Tidak terasa lima hari telah berlalu sejak rapat darurat itu. Senjata-senjata yang sedang tinggal sedikit lagi selesai. Satrio Wirang, Wirang, Raja Argadana dan Anggoro sedang berkumpul membahas persiapan perang mereka sudah sejauh mana. Satrio Wirang untuk mengajuk usul untuk menutup sementara tembok sebelah utara dengan kayu terlebih dahulu mungkin tidak dapat menghentikan pasukan musuh tapi setidaknya dapat menghambat mereka.
Saat mereka sedang serius membahas semua itu dengan serius tiba-tiba ada seorang prajurit masuk dan berbisik pada Raja Argadana. Sontak wajah Raja Argadana langsung pucat. Bahkan Raja Argadana sudah tidak mampu berdiri lagi. Dia langsung duduk di kursinya. Melihat itu Anggoro, Satrio Wirang dan Arum Sari menjadi penasaran sebenarnya apa yang di bisikan oleh prajurit tadi pada Raja Anggara.
"Ada apa?, Kakak" tanya Anggoro.
"Ini benar-benar bahaya pasukan Salakanegara sudah ada di perbatasan" panik Raja Argadana.
"Apa bukan kah
Sudah dua minggu berlalu dari petarungan berdarah antara Satrio Wirang melawan seribu pasukan Kerajaan Salakanegara yang dipimpin oleh Senopati Adhiyaksa. Kerajaan Wesi Kuning sudah kembali damai. Rakyat di sana sudah memulai kegiatan sehari-hari mereka seperti sediakala. Para prajurit sudah mulai mahir menggunakan senjata rahasia jamur beracun rancangan Satrio Wirang. Tembok kerajaan bagian utara yang roboh sudah diperbaiki. Berkat jasanya mengalahkan 1000 pasukan Kerajaan Salakanegara. Satrio Wirang di anggap pahlawan oleh rakyat Kerajaan Wesi Kuning. Rakyat di sana begitu menghormatinya dan selalu memperlakukannya begitu baik.Di istana Kerajaan Wesi Kuning. Satrio Wirang, Arum Sari, Anggoro dan Raja Argadana sedang berkumpul untuk membahas apa yang akan mereka lakukan selanjutnya dan tentang masa depan Kerajaan Wesi Kuning."Sekarang apa langkah Kita selanjutnya?" tanya Anggoro mengawali pembicaraan."Kekuatan Kita sudah bertambah. Semua prajurit
Di sebuah pasar pedesaan yang ramai dengan orang berjualan. Satrio Wirang sedang berjalan-jalan di pasar itu. Dia pergi sendirian karena Arum Sari sedang tidak enak badan. Jadi Arum Sari memutuskan untuk tidak ikut Satrio Wirang berlanja di pasar dan lebih memilih beristirahat di penginapan. Sedangkan Satrio Wirang mendapatkan tugas untuk berbelanja keperluan untuk perjalanan mereka. Karena bekal mereka yang sudah mulai menipis sedangkan perjalanan mereka menuju tempat Suku Pegunungan Utara masih sangat jauh.Satrio Wirang mampir ke toko obat-obat karena teringat Arum Sari yang sedang sakit. Namun Setelah masuk ke dalam toko. Dia kebingungan memilih obat untuk Arum Sari. Dia tahu penyakit apa yang sedang di derita Arum Sari. Yang dia tahu hanya kondisi Arum Sari yang lemas dan tubuhnya sangat lemas. Di tengah kebingungannya memilih obat yang cocok untuk Arum Sari. Tiba-tiba ada yang memberikannya sebuah obat."Beli saja ini!, dia hanya deman biasa" kata orang itu
Satrio Wirang, Arum Sari dan Alikusuma sudah sampai di Pegunungan utara. Mereka bertiga ingin segara mendaki pegunungan itu. Namun baru berada di lereng gunung saja mereka sudah dihadang oleh beberapa orang dari Suku Pegunungan Utara. Ternyata bukan sekedar rumor bahwa orang-orang dari Suku Pegunungan Utara memiliki tubuh yang kekar. Dan mereka juga terlihat sangat kuat. Orang-orang dari Suku Pegunungan itu bersenjatakan sebuah kapak dari yang besar.Satrio Wirang yang tidak ingin membuat keributan mengabaikan orang-orang dari suku pegunungan utara yang menghadangnya dan tetap berjalan menaiki pegunungan itu. Namun baru beberapa orang-orang sudah berada di depannya dan menghalangi jalanya."Orang luar di larang memasuki wilayah pegunungan" kata salah satu orang dari Suku Pegunungan Utara."Aku ingin bertemu dengan Kebo Ijo. Jadi jangan halangi jalan Kami" marah Satrio Wirang."Ada urusan apa Kamu ingin menemui pemimpin kami?" tanya orang dari Suku P
Angin berembus sangat kencang di puncak pegunungan. Matahari bersinar tepat di atas puncak pegunungan. Seakan-akan ingin menjadi saksi dari pertempuran dua insan manusia yang akan mempertaruhkannya mereka. Satrio Wirang berdiri dengan gagah berani. Jubah Naga Hitamnya yang beterbangan tertiup angin membuatnya terlihat seperti sorang pahlawan. Sedangkan di arah berlawanan berdiri Kebo Ijo memegang Pusaka Gada Naga Bumi. Tubuh Kebo Ijo yang besar seolah menutupi matahari. Dia terlihat seperti raksasa yang sangat mengerikan apalagi Gada Naga Bumi yang besar berada di tangannya membuat seperti tidak mungkin untuk di kalahkan."Ambil senjata mana saja yang Kau suka" Kebo Ijo menawarkan berbagi senjata pada Satrio Wirang."Aku di tidak membutuhkan senjata-senjata itu" tolak Satrio Wirang."Baik lah tapi jangan menyesal" ucap Kebo Ijo."Lebih baik kita mulai saja pertarungan ini" ajak Satrio Wirang.Mereka berdua sudah bersiap di posisi masing-masin
Siang itu Satrio Wirang sedang berada di sebuah penginapan. Dia termenung melihat keluar jendela penginapan. Matanya tertuju pada puncak Pegunungan utara. Dia masih belum lepas dari kekalahannya melawan Kebo Ijo. Di terbayang pertarungannya dengan Kebo Ijo. Dalam pertarungan itu semua serangan yang dia lancarkan tidak dapat melukai Kebo Ijo. Bahkan Satrio tidak mampu sedikit pun menggores kulit Kebo Ijo yang sangat keras. Meski ada luka di tubuh Kebo Ijo tapi bukan dirinya yang melakukan itu tapi Naga Antaboga yang mengambil alih tubuhnya. Di mulai membayangkan jika dia datang menemui Kebo Ijo tanpa adanya Alikusuma. Mungkin dia dan Arum Sari sudah mati di tangan Kebo Ijo.Alikusuma yang melihat Satrio Wirang termenung. Menghampirinya dan menepuk pundak Satrio Wirang."Kenapa Kamu malah melamun di sini?, Wirang" tanya Alikusuma."Entahlah, Aku sendiri juga tidak tahu" jawab Satrio Wirang."Apa Kamu masih memikirkan tentang pertarungan dengan Kebo Ij
Saat itu di sebuah halaman. Satrio Wirang menatap tajam Alikusuma. Di sisi lain Alikusuma juga membalas tatapan dari Satrio Wirang. Alikusuma memasang kuda-kudanya dan bersiap dengan Pusaka Naga Putih di tangannya. Sedangkan Satrio juga bersiap dengan kuda-kudanya. Bahkan Satrio Wirang langsung menggunakan mata Antaboganya. Wajah mereka berdua kelihatan begitu serius.Satrio Wirang memulai serangan dengan menembakkan jarum beracun dari senjata rahasianya. Tapi masih dengan mudah di tangkis dengan Tongkat Naga Putih. Ternyata itu hanya untuk mengalihkan perhatian dari Alikusuma. Satrio Wirang langsung melancarkan pukulan susulan. Namun hal ini sepertinya sudah di baca oleh Alikusuma. Belum sempat memukul Alikusuma. Satrio Wirang sudah di pukul oleh Alikusuma dengan Tongkat Naga Putihnya. Satrio Wirang merasa heran bagaimana Alikusuma bisa membaca gerakannya. Di tambah Satrio Wirang yang menggunakan mata Antaboganya bisa membaca gerakan Alikusuma tapi anehnya. Satrio Wirang mas
Pagi itu. Satrio Wirang, Arum Sari dan Alikusuma bersiap untuk menuju ke pegunungan utara. Mereka sudah membuat kesepakatan dengan Kebo Ijo bahwa siang ini akan di ada pertarungan kedua antara Satrio dan Kebo Ijo. Ini adalah kesempatan terakhir bagi Satrio Wirang untuk mendapatkan kembali Pusaka Gada Naga Bumi dari tangan Kebo Ijo. Hasil latihannya selama ini akan di uji dalam pertarungan kali ini. Meski sudah berlatih dengan keras Satrio Wirang masih merasa sedikit ragu karena dalam pertarungan sebelum dia kalah telak dari Kebo Ijo. Hal ini juga di sadari oleh Alikusuma yang melihat tangan Satrio Wirang yang tidak hentinya bergemetar."Apa Kamu sudah siap?, Wirang" tanya Alikisuma."Aku siap dan kali ini aku pasti akan mengalahkan Kebo Iji" jawab Satrio Wirang."Dalam pertarungan nanti Aku hanya berpesan agar Kamu membuang semua keraguanmu supaya tidak mengganggu pertarunganmu. Ingat, yakinlah dengan kekuatanmu dan latihan yang telah Kamu jalani" pesan Al
Pagi-pagi buta. Arum Sari sudah keluar dari penginapan. Dia hendak berbelanja ke pasar untuk merayakan keberhasilan mereka yang telah berhasil merebut kembali Pusaka Gada Naga Bumi. Dengan ini mereka sudah mempunyai empat pusaka naga sisanya tinggal Pusaka Tombak Halilintar yang ada di tangan Aryo Guntur. Pusaka Pedang Naga Api yang ada di tangan Wisang Geni dan satu lagi Pusaka Panah Naga Angin yang ada di tanganan Elangga. Setidaknya mereka sudah merebut setengah dari jumlah pusaka naga yang telah di curi.Suasanya pasar sudah sangat rame. Orang-orang sudah lalu lalang melakukan jual beli. Suara para pedagang terdengar di mana-mana. Mereka berteriak menawarkan dagangan mereka. Meski udara pagi masih begitu dingin tapi tidak bisa mencegah mereka untuk menjemput rezeki.Arum Sari tengah memilih-milih sayuran yang akan dia beli. Saat pagi begini sayuran yang di jual masih sangat segar. ketika sedang asyik memilih sayuran tiba-tiba ada seseorang yang tidak di kenal mencu