Share

Bertemu lagi

Author: Sunrise
last update Huling Na-update: 2021-07-08 14:33:45

Hari minggu merupakan hari yang paling membahagiakan bagi Bianca karena dia memiliki waktu untuk bersantai sejenak. Untuk itu, dia memilih bangun siang. Waktu telah menunjukkan pukul 8, Bianca terbangun seraya mengusap kedua matanya.

Sarah, sekretaris pribadinya mengirim pesan lewat wa. Dia mengatakan kalau hari ini ada klien pada pukul 9:00 WIB. "Astaga! Kenapa aku bisa lupa?" Langkahnya terburu-buru dengan melepaskan piyamanya hanya dalam hitungan detik. Lalu, mencuci muka serta menggosok gigi dengan cepat.

Setelah itu, ia langsung memakai kemejanya berwarna hitam dengan lengan yang panjangnya hampir mendekati telapak tangannya. Penampilannya yang nerd, tak mengira dia seorang miliarder.

Karena terburu-buru, sepasang sepatu high heelsnya berbeda. Yang kanan berwarna navy, sedangkan yang kiri berwarna hitam. Tinggi kedua high heelsnya sama. Jadi, tak terlalu terasa kalau beda.

Tanpa menghiraukan sepasang sepatunya yang tak serasi, ia melangkah kakinya untuk menuruni tangga dengan cepat. Ketika hampir menginjak anak tangga yang paling bawah, dia terpeleset. Tanpa menghiraukan rasa sakitnya, ia terus berjalan.

Sesampai di tempat parkir, dia menunggu Suryo yang tak kunjung datang. Agak sebal karena sopir itu tidak menampakkan batang hidungnya selama 15 menit. Rasa sakit pada kakinya gara-gara terjatuh tadi, mulai ia rasakan.

Saat dia melihat kakinya yang luka, dia menyadari kalau memakai sepatu yang berbeda. Dia merutuki kebodohannya sendiri. Dalam waktu bersamaan, Suryo datang sambil tertawa melihat majikannya memakai sepatu yang tak sama.

"Kamu ini, ditungguin gak datang-datang. Pas datang, eh malah ngetawain aku." Bianca tampak kesal terhadap Suryo.

"Non Bianca sih lucu. Masa pakai sepatu ya terbalik." Suryo terus menertawakan Bianca. Membuat gadis itu risih.

"Seharusnya kamu bantuin aku. Misal, menyuruh Asisten Rumah Tangga buat mengambil sepatuku. Bukan malah menertawaiku. Mau gajimu kupotong?"

"Eh, jangan dong non Bianca. Kalau gajiku dipotong, nanti gimana nasib istri dan anakku?" Suryo mengerucutkan bibir.

"Makanya jangan suka menertawai orang. Apalagi, kalau majikanmu sendiri," Bianca terlihat kesal.

"Maaf, Non. Saya janji gak akan ulangi lagi," ucap Suryo. Wajahnya tampak kusut.

"Ya sudah, tolong panggilkan asisten rumah tangga untuk mengambil sepatuku yang satunya lagi."

"Baik, Non. Oh ya, sepatu yang mana? Hitam atau navy?"

"Hitam aja. Tolong cepat, ya. Karena aku keburu."

"Baik, Non." Suryo segera bertindak seperti apa yang diperintahkan Bianca. Namun, Bianca menunggu Suryo begitu lama. Karena tak sabar, dia pun berjalan tanpa memakai high heelsnya. Dia melepaskan sepasang high heels itu.

Saat dia mencari Suryo, ia malah memergoki pria itu sedang asyik bercengkrama dengan Asisten Rumah Tangga yang bernama Mandha hingga melontarkan beberapa candaan. Bianca menepuk dahi melihat kedua orang itu. "Aku yang terburu-buru ditunggu klien, eh dia malah asyik disini bersama Asisten Rumah Tangga yang baru," batin Bianca dengan kesal.

Tanpa berkata-kata lagi, ia langsung menampakkan diri didepan mereka berdua. "Ehem..." Suara Bianca cukup membuat keduanya terkejut.

"Non Bi┄Bianca," ucap Suryo dengan terbata-bata. Mandha menundukkan kepala dengan wajahnya yang memerah. Mereka gugup seolah ketahuan berselingkuh.

"Suryo, kamu ini sudah punya istri dan anak. Tetapi masih saja tak bisa menjaga sikapmu dengan baik," Bianca menggelengkan kepala, heran dengan perilaku Suryo.

"Non, tolong jangan kasih tahu sama istri saya, ya," tutur Suryo dengan rasa malu.

"Se┄Sebenarnya saya tidak ada hubungan apa-apa dengannya, Bu. Saya hanya menyapa Suryo saja," ucap Mandha. Ia tak mau sepenuhnya dipersalahkan.

"Be┄Benar, Bu. Kami tidak melakukan apapun."

"Kamu ini gimana sih, tadi bilangnya jangan kasih tahu istrimu dan sekarang malah mengatakan tidak punya hubungan apapun dengan Mandha." Bianca menggelengkan kepala.

"Jadi, begini, Bu…"

"Sudahlah! Itu urusan nanti saja. Dan sekarang, ada yang lebih penting yang harus aku lakukan." Bianca menatap Suryo dan Mandha silih berganti. "Suryo, tadi apa yang aku suruh?"

"Memanggil Asisten Rumah Tangga agar mengambil sepatu hitam non Bianca yang satunya lagi," ucapnya dengan perasaan gugup.

"Kamu tahu itu, tetapi kenapa malah kamu ada disini dan punya kesempatan berduaan dengannya? Apa kalian berdua mau aku pecat?"

"Ja┄jangan, bu. Saya butuh pekerjaan ini," ujar Mandha. Wajahnya penuh penyesalan.

"Sudahlah! Ambilkan sepatu high heels ku yang warna hitam," desak Bianca sambil memberikan high heel nya yang berwarna navy pada Mandha.

"Baik, Bu." Mandha memilih menaiki tangga, lalu mengambil high heels warna hitam milik Bianca.

Hanya lima menit, Mandha turun dari tangga seraya membawa satu high heels berwarna hitam. Gadis itu membungkukkan badan, memakaikan sepasang high heels hitam. Setelah selesai, Bianca menatap Suryo.

"Ayo, Suryo kita pergi!" seru Bianca. Suryo menurutinya. Namun, pria itu menoleh ke arah Mandha sambil menampakkan senyuman yang mempesona. Mandha tersenyum seraya melambaikan tangan.

                         *****

Ketika dalam perjalanan, Bianca terlibat macet yang cukup parah. Mengharuskannya untuk menghela nafas dengan kesal. Dia menatap sekelilingnya yang dipadati kendaraan bermotor. Padahal, dia tak memiliki banyak waktu. Dia memijat pelipisnya. Tak tahu harus bagaimana.

"Non, gimana ini? Sepertinya non Bianca akan terlambat," ungkap Suryo. Bianca mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Ya sudah. Tunggu saja!" ujar Bianca. Suryo menganggukkan kepala mengerti. Kemudian, Bianca menelepon Sarah. Wanita itu menerima telepon dari Bianca.

"Iya, Bu? Ada apa?" tanya Bianca bernada sopan.

"Sarah, dimana posisimu sekarang?"

"Sepertinya, sebentar lagi saya telah sampai di Restoran ala mami," ucapnya sambil melihat kearah jendela mobil.

"Kalau begitu, kamu handle dulu, ya. Saya terjebak macet disini."

"Baik, Bu."

Restoran ala mami merupakan salah satu restoran yang megah dan besar. Disana memiliki ruangan vip hingga vvip. Tak heran, lokasi itu sering dijadikan pertemuan penting antar perusahaan atau orang-orang kaya.

Untuk pemesanan tempat vvip, tak murah. Setidaknya, mengeluarkan uang 15 juta hingga 75 juta tergantung dari ruangan mana yang dipakai. Pemesanan itu hanya berlaku per hari, tak ditentukan batas waktunya. Mahalnya harga ditentukan dari tempat yang semakin aman dan memiliki nuansa yang indah.

Biasanya, harga 75 juta itu memiliki fasilitas ruangan ac, pijat gratis, kolam renang yang berukuran cukup besar, terdapat sauna, bisa karaokean sepuasnya tanpa terganggu karena memiliki peredam suara yang baik, sehingga tidak mudah didengar oleh orang lain dari luar ruangan itu. 

Selain itu, dapat menikmati alunan biola yang sangat indah, serta dengan bebas mengganti makanan jika tak sesuai selera. Mengganti makanan tidak dipungut biaya. Tetapi, harga makanan tidak termasuk dalam 75 juta. Setiap makanan memiliki varian yang berbeda.

Sangat berbeda dibandingkan yang harga 15 juta. Ruangannya tak sebesar ruangan yang seharga 75 juta. Yang didapatkannya pun juga tak banyak. Hanya ruangan ber-ac, pijat gratis, serta kolam ikan. Selain itu, peredam suara juga tak sebaik ruangan yang seharga 75 juta.

Selain dua harga itu, terdapat harga 20 juta, 35 juta, 45 juta, dan 50 juta. Semua memiliki keunggulan serta kekurangan masing-masing. Karena klien yang akan bertemu dengan Bianca penting, klien itu berada pada vvip yang harganya 75 juta.

Tetapi siapakah klien penting itu? Bianca masih terjebak macet dan membuatnya kesulitan untuk pergi ke restoran ala mami. Entah berapa lama lagi ia harus seperti itu. Dia sudah tak sabar ingin segera melepaskan diri dari kemacetan. Hanya saja, macet yang panjang, mungkin akan membuatnya kesulitan.

Disaat kebingungannya, kaca mobilnya diketuk oleh seorang pria tampan. Bianca tak menyadari jika sosok itu merupakan Axel.

"Eh, ada apa, ya?" tanya Suryo.

"Lihatlah, ada goresan pada bagian mobil sedanku!" ungkap Axel. Entah dia menyadari atau tidak dengan kehadiran Bianca, dia terus berbicara dengan Suryo.

"Waduh, gimana ini? Maaf deh. Saya tanyakan dulu sama majikan saya untuk biaya perbaikannya," ucap Suryo.

"Ada apa?" tanya Bianca yang merasa terpanggil. Belum mendengar jawaban Suryo, dia melihat wajah yang tak asing. "Axel?" batinnya. Walau sesulit apapun macet yang menjebaknya, ketika ia melihat sosok itu, suasana hatinya mulai berubah.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sang Pengantin Iblis   Game panas

    Axel mendesah. Gairahnya memuncak. Sentuhan Vivian memang tak bisa ia tolak. Axel memperdalam ciumannya. Mereka saling melirik pada film yang mereka tonton, hingga durasi adegan panas pada film itu habis. Mereka saling melepaskan diri. "Kamu sungguh cepat. Aku kira kamu akan kalah dariku," kata Axel. "Aku adalah roh iblis. Sulit bagiku untuk kalah dari pria sepertimu." "Baiklah. Mari kita tunggu adegan selanjutnya. Kali ini, aku akan menang." "Oh ya? Kamu tidak akan menang dariku." Vivian mendekati Axel hingga wajah mereka begitu dekat. Wanita itu tersenyum miring. "Honey, kamu melanggar salah satu aturan." "Aku tidak melanggar apapun." "Tetapi, kamu baru saja menggodaku, Honey." "Aku tidak menggodamu." "Caramu mendekatimu itu seperti menggodaku." Jari telunjuk Axel menyentuh hidung wanita itu lembut. "Kamu saja yang berpikiran aneh. Selama aku tidak menciummu atau menyentuhmu, itu tidak masalah." Vivian melipat kedua tangan. "Kamu lupa ya apa aturan tadi, Honey? Aku mengat

  • Sang Pengantin Iblis   Permainan berbahaya

    Vivian mengenakan salah satu dress yang baru ia beli di Mall. Dia menatap cermin sambil tersenyum. Axel berdiri di belakang Vivian seraya memeluknya dari belakang. "Kamu cantik, Honey," puji Axel sambil mengusap kepala wanita itu dengan lembut."Ini tubuh Bianca. Bagaimana kamu tahu kalau aku cantik?" tanya Vivian. Senyuman Axel tampak pada bibirnya."Apapun itu, bagiku kamu cantik." Axel mencium rambut wanita itu dari belakang."Aku ingin mencoba dress yang lain.""Kamu beneran gak sabar ya ingin segera berkencan denganku?" godanya, menaikkan salah satu alis."Ya udah, aku pakai dress ini aja.""Duh, istriku ini mulai ngambek ya. Tetapi, sikapmu yang seperti ini bertambah manis. Aku suka," bisiknya dengan nada seksi. Lidah Axel bermain pada telinga itu. Tak lama, ia menyudahinya."Kalau kamu terlambat, kita akan kesulitan ke Bioskop," kata Vivian. Ia menatap malas seraya melipatkan kedua tangan. Axel tersenyum. Selain menggoda Vivian

  • Sang Pengantin Iblis   Vivian vs. Victoria

    Vivian mengepalkan tangan. Ia tak mengira bertemu musuh lamanya di rumah itu. Awalnya, Victoria juga tak tahu kalau Vivian berada di tubuh Bianca. Namun, setelah insiden perselingkuhan Axel terkuak, Victoria dapat merasakan gelombang aura yang sangat kuat dari tubuh Bianca.Sejak saat itu ia mulai memperhatikan orang-orang disekitar Vivian secara diam-diam. Dia juga menanamkan sesuatu pada diri Meili saat anak buahnya dikalahkan oleh Vivian. Hal itu yang memicu Meili memilih bunuh diri.Jika dilihat dari karakteristik Meili, ia bukan tipe perempuan yang mengakhiri hidupnya. Victoria berhubungan dengan kematian Meili. Sayang, Vivian tak tahu hal itu. Tetapi, dia agak curiga ketika Meili lebih memilih melompat dari lantai tiga.Namun, kecurigaan itu perlahan memudar, saat melihat Meili bersimbah darah. Setelah semua terjadi, kini Vivian mulai mengerti. Kehadiran Victoria memberinya petunjuk. Yang dia tak bisa prediksikan, roh iblis itu datang lebih cepat ketimbang

  • Sang Pengantin Iblis   Musuh lama

    Barang belanjaan yang cukup banyak membuat Vivian agak kesulitan membawanya. Ia melihat Suryo yang tertidur pulas di mobil. Suara ketukan kaca mobil mengagetkannya seketika."Eh, Non. Sudah selesai?" tanya Suryo seraya mengusap kedua matanya. Ia masih agak mengantuk."Udah dong. Oh ya, kenapa kamu memanggilku non lagi?""Udah kebiasaan, Non. Nggak enak rasanya kalau diubah begitu.""Kamu menyebutku begitu, telingaku jadi gatel." Vivian mengusap telinga."Saya kan sudah memanggil Non bertahun-tahun. Rasanya tidak sopan jika tidak memanggil seperti itu. Nggak apa-apa kan, Non?" Suryo mengusap kedua matanya lagi."Ya udah terserah kamu.""Barang belanjaan Non kemana? Saya mau taruh di bagasi mobil.""Sudah ku taruh semua baru saja. Sepertinya, kamu masih mengantuk, ya.""U-udah nggak, Non," kata Suryo. Ia tak ingin dianggap sebagai sopir yang tidak kompeten. Dia berusaha agar menahan rasa kantuknya."Pak Suryo, kalau

  • Sang Pengantin Iblis   Malaikat maut

    Keduanya saling bertatapan. Tak berlangsung lama, malaikat maut itu mengeluarkan rantai ikatan. Rantai itu dapat mengikat roh iblis dengan cukup kuat. Namun, Vivian selalu tahu trik ini.Dia berhasil menghindar walau tak menggunakan kekuatannya. Malaikat maut itu terus mengayunkan rantai ikatan ke arah Vivian. Lagi-lagi hal itu sia-sia. Vivian menyeringai.Dia tahu malaikat maut tidak pernah menunjukkan kekesalannya. Terlihat, hanya dua kali serangan gagal, malaikat maut terhenti. Ia menyimpan kembali rantai ikatan itu."Apa kamu nggak bosan ingin menangkapku terus?" Vivian mengerucutkan bibir."Vivian, kamu sudah terlalu lama hidup di dunia manusia. Sudah saatnya, kamu kembali ke gerbang langit.""Gak mau. Aku tahu, kalian p

  • Sang Pengantin Iblis   Berfoya ria

    Sebuah Mall yang berada di daerah perkotaan lebih ramai ketimbang biasanya. Mungkin dikarenakan hari minggu, menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk menghabiskan hari liburnya di Mall. Beberapa butik ternama telah dipadati pengunjung. Mereka berbondong-bondong membeli pakaian dengan harga murah. Terjadinya diskon besar-besaran hampir semua butik yang ada di Mall tersebut. Salah satu pengunjung Mall itu memancarkan auranya. Orang-orang berlalu lalang terkesima dengan kecantikan serta bentuk badan yang dimilikinya. Sosok itu adalah Vivian. Walau semua pakaian Bianca serba tertutup, tak menjadi penghalang baginya untuk berpakaian terbuka. Ia menyulap salah satu kemeja Bianca yang berlengan panjang menjadi tanpa lengan. Dia melepas semua lengannya tanpa menyisakan sedikitpun menggunakan pendedel. Lalu, ia menggunakan benang dan juga jarum. Ia meminjam semua peralatan itu pada Ratna. Kemudian, ia menjahit bagian yang kurang rapi. Masih belum cukup puas,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status