Melihat Arya keluar dari tahanan, para tahanan budak lainnya pun tidak mau tinggal diam. Mereka semua kabur dari ruangan tahanan itu dan berlari ke geladak kapal. Ini yang Arya harapkan. Dengan kaburnya para tahanan, anak buah kapal akan memiliki kesibukan sendiri, dan itu yang akan Arya manfaatkan untuk menyelamatkan Putri Gut dari kamar penyekapan. Huppppp!! Dengan gerakan ringan, Arya melewati lorong demi lorong kapal besar itu. "Aku yakin di sana Tuan Putri Gut disekap," ucap Arya. Dia mengatakan itu karena melihat sebuah kamar kapal yang dijaga oleh tiga penjaga dengan golok lebar di tangan mereka. Whusssssssss!! Plakkkkkk!! "Apa yang ... Bammmmmmm!! Dalam dua gerakan saja, tiga penjaga kamar itu sudah Arya lumpuhkan. Meskipun begitu, keributan tetap tidak bisa dihindari. Namun, suara itu tertutupi oleh keributan yang terjadi di geladak kapal. Brakkkkkkk! Arya menendang pintu kamar. Hanya dengan satu tendangan, pintu itu hancur berantakan. "Putri Gut!" teriak Arya men
Arya dan Putri Gut sampai di daratan yang cukup jauh dari keramaian. Di sana, Arya menurunkan tubuh Putri Gut. "Tuan Putri, tidak apa-apa?" tanya Arya. "Tidak, Arya, aku baik-baik saja," jawab Putri Gut. Arya tersenyum dengan jawaban Putri Gut. Dia merasa sudah melakukan hal yang benar. "Kita berada di mana ini, Tuan Putri?" tanya Arya. "Kemungkinan kita berada di kota Dong, tapi aku belum tahu pasti," jawab Putri Gut. "Apakah jauh dari kerajaan?" "Sangat jauh, bahkan ini adalah pinggiran dari wilayah kerajaan Burma," jawab Putri Gut. "Berapa lama perjalanan?" tanya Arya. "Jika berjalan kaki, mungkin satu purnama, mungkin lebih," kata Putri Gut. Arya tidak terlalu memikirkan jarak itu, yang dia pikirkan adalah keselamatan Putri Gut. Apalagi, dia juga harus mencari keberadaan Intan. "Apakah di sini ada sebuah sekte yang menakutkan?" tanya Arya. "Perguruan? Mungkin yang kau maksud adalah sebuah sekte," kata Putri Gut. "Mungkin iya," jawab Arya. Putri Gut berpikir keras, mem
Arya mengerutkan dahinya karena perkataan gadis itu, dia tidak percaya Jiak gadis itu menawar dirinya untuk menemani gadis itu selama satu malam. "Aku bukan pemuda seperti yang kau pikirkan nona," ucap Arya. "Aku tidak peduli, yang jelas kau harus menemani aku malam ini," kata gadis itu. "Sudahlah Yun Mei, dia tidak mau menemani dirimu, mungkin kau kurang cantik." Gadis lain bicara dari belakang Arya, dan itu semakin membuat Arya dalam posisi yang tidak bagus. "Apa maksudmu Hon Sun, aku tidak cantik? Jadi kau pikir kau lebih cantik dariku?" bentak gadis yang bernama Yun Mei itu. "Sudah pasti, aku jauh lebih menarik dari pada dirimu," kata Hon Sun dan menyampingkan rambutnya menunjukkan bola besar yang tumbuh indah di tubuhnya. Arya semakin terpojok, tidak tahu harus katakan apa, dia merasa seperti bahan rebutan dari dua gadis itu. "Anak muda tampan, siapa diantara kami yang paling cantik?" tanya Yun Mei pada Arya. "Kenapa bertanya padaku?" tanya Arya. "Bodoh! Apa kau tidak bi
Haaaaaaaaaaa! Hut Lau menunjukkan tenaga dalamnya pada Arya, dan itu memang tenaga dalam yang sangat besar. Tapi Arya tidak mau kalah, dia juga ingin menunjukkan jika dia bukan pemuda yang boleh direndahkan, apalagi dia baru sampai di negeri Burma. "Bagus! Memang harus memiliki kemampuan jika ingin melawan diriku," kata Hut Lau. Whusssssssss!! Hut Lau bergerak ke arah Arya, dan menyerang dengan kecepatan yang tinggi. Plakkkk! Keduanya adu tenaga dalam. Pancaran tenaga dalam dari keduanya yang bertenaga dalam tinggi itu menghembuskan angin yang kencang. Tangan adu tenaga dalam, kaki saling tendang dan itu terus terjadi hingga keduanya sama-sama mundur ke belakang. "Kau cukup lihai anak muda, tapi itu belum cukup jika tanpa gunakan senjata," kata Hut Lau. Arya diam, dia tidak ingin gunakan pedang urat petir, karena itu sama dengan Arya bertarung dan akan membunuh Hut Lau. "Dimana senjata mu, anak muda?" tanya Hut Lau. Arya diam tidak menjawab, dia bingung untuk menjawab apa.
Huppppppp!! Satu tubuh berpakaian hitam sampai di dekat kota Hon, Ibukota kerajaan Burma. Tubuh berpakaian hitam itu membawa sesosok tubuh perempuan berpakaian hijau di pundak. "Ini dia kota Hon. Aku sudah lama tidak ke kota ini, aku harap semuanya masih sama saja," ucap orang itu. Orang itu menatap dari ketinggian bukit Hon, bukit yang menjadi perbatasan antara ibukota kerajaan dengan kota lainnya. "Saatnya menunjukkan jika aku sudah sampai di kota ini," ucap sosok itu. Sosok itu merogoh sesuatu dari balik bajunya, dan itu seperti sebuah petasan yang besar. "Chu Cai! Aku tiba disini, sambut aku!" Desis orang itu. Whusssssssss!! Jledaaarrrrrrr!! Suara ledakan yang keras, yang begitu memekakkan telinga terdengar di udara saat sosok hitam itu melemparkan petasan yang besar itu ke udara. Asap dari petasan itu membentuk seekor naga, dan asap itu terlihat menakutkan karena sosok naga dari asap itu. "Jemput aku disini," kata sosok berpakaian hitam itu. Sosok itu meletakkan peremp
Seperti yang dikatakan oleh ketua yoi. Ketua perompak macan laut menemui markas wilayah dari sekte naga hitam. Dan seperti yang diminta oleh ketua Yoi, anak buah sekte naga hitam bagian wilayah Dong langsung bergerak untuk menculik putri Gut. Mereka terus awasi pergerakan Arya dan putri Gut. Dan saat ada kesempatan anak buah dari sekte naga hitam itu langsung memasuki kamar putri Gut. "Apa yang kalian inginkan?" teriak putri Gut saat melihat belasan orang memasuki kamarnya. "Kami inginkan dirimu," jawab salah satu anak buah sekte naga hitam itu. Bammmmmmm!! Tapi satu pukulan, serta satu tubuh terlempar masuk ke dalam kamar putri Gut. "Apa yang terjadi?" teriak pemimpin dari wilayah sekte naga hitam wilayah Dong. "Jangan coba-coba untuk menculik atau melukai dia, atau kalian semua akan mati," kata Arya yang sudah berdiri di pintu masuk kamar putri Gut. "Hajar dia!" kata pemimpin penculikan itu. Bersamaan dengan perintahnya itu, dia bergerak ke arah putri Gut. Tukkkkkk! Dia m
Ketua penculik yang membawa putri Gut melesat ke arah Utara, berkali-kali dia melihat ke belakang, dan memastikan jika Surya tidak akan mengejar dirinya. Saat ketua penculik itu sampai di markas mereka, ketua Yoi, ketua dari perompak macan laut sudah menunggu dengan wajah yang sumbringah. "Tidak salah memang aku percayakan tugas ini pada sekte terkuat di negeri ini," kata ketua Yoi. "Diam kau, kalau aku tahu tugas ini sangat berat, aku tidak akan mau melakukan tugas seberat ini," kata ketua penculik itu. Ketua bagian dari wilayah kota Dong. Ketua Bit. "Kenapa mengatakan seperti itu ketua Bit? Bukankah aku sudah membayar mahal?" ucap ketua Yoi. "Kau memang membayar mahal, tapi harga yang harus aku bayar jauh lebih mahal lagi. Kemungkinan besar nyawa dari anak buahku tidak tertolong lagi," kata ketua Bit pada ketua perompak macan laut itu. Wajah ketua Yoi berubah warna, dia tidak menyangka jika Arya akan sekuat itu. "Ini gadis mu, segera pergi dari sini," usir ketua Bit pada ketua
Tubuh Ketua Bit bergetar hebat saat Arya dengan mudahnya menghalau serangannya. Padahal, serangan itu sudah dialirkan dengan tenaga dalam yang besar. Tubuh Ketua Bit mundur, dia tidak mau berada di bawah ancaman pedang Arya. "Satu langkah lagi kau mundur, maka kau akan kehilangan kepalamu," kata Arya mengancam. Langkah kaki Ketua Bit langsung kaku karena ancaman dari Arya. Dia berhenti di tempat, dan wajahnya pucat pasi. "Apakah sekarang kau akan bekerja sama?" tanya Arya. "Ba... Baik! Aku akan bekerja sama, katakan saja apa yang ingin kau tahu!" kata Ketua Bit. "Tidak banyak, aku hanya ingin tahu kemana gadis itu?" tanya Arya. Ketua Bit tahu jika itu yang akan Arya tanyakan, dan dia berusaha mencari cara agar Ketua Yoi jauh sebelum dia memberikan kemana Ketua Yoi pergi. "Katakan!" bentak Arya dan menekan pedang Awan Merah ke leher Ketua Bit yang terpaksa mundur kembali. Punggung Ketua Yoi tertahan karena tubuh Ketua Yoi sudah mentok ke dinding, dan itu juga menekan pedang di
Semua orang memilih mundur karena kehadiran Arya yang tiba-tiba. Tidak ada yang merasakan pancaran energi Arya sebelum dia turun ke lantai rumah tuan Nug."Siapa kau keparat?" maki tuan Nug."Apakah itu penting?" tanya Arya.Tuan Nug diam, dia merasa geram karena Arya sudah gagalkan niatnya untuk dapatkan koin emas yang banyak dari hasil penjualan putri Gut."Kenapa diam saja, bunuh dia!" bentak tuan Nug pada anak buahnya yang berjaga di sana."Berhenti di sana jika ingin hidup!" ancam Arya."Alah ... Sombong! Banyak cakap!" ucap salah satu anak buah tuan Nug dan menyerang dengqn cepat.Plakkkkkk!!Arya dengan cepat menampar bagian leher anak buah tuan Nug itu dengan keras.Tidak ada suara karena lehernya sudah patah, dan dia jatuh dengan kondisi yang tewas."Apakah ada lagi yang ingin menyusulnya ke neraka?" tanya Arya."Ada ribut-ribut apa ini?"Ketua Yoi datang dan dia langsung berteriak keras."Kau .. bagiamana kau bisa ada disini?" bentak ketua Yoi pada Arya.Ketua Yoi tidak meny
Arya sudah tahu jika dia hanya akan dijadikan bahan permainan oleh dua orang yang membawanya.Apalagi saat Arya dibawa keluar dari kota Bing. Kecurigaan Arya semakin besar, tapi itu tidak membuatnya ragu."Kemana kalian akan membawa aku?" tanya Arya."Ikut saja, tidak usah banyak bertanya," kata salah satu anak buah ketua Ruoy."Baiklah!"Arya terus dibawa, dan akhirnya mereka sampai di pinggiran hutan. Dan saat itulah kedua orang anak buah ketua Ruoy berhenti."Apakah kita sudah sampai?" tanya Arya."Sudah!""Di sini?" tanya Arya lagi."Benar! Di sinilah kuburanmu!"Arya tersenyum, tebakan tentang dia akan dipermainkan kini sudah kenyataan."Kenapa kalian begitu yakin jika aku akan mati?" tanya Arya.Hahahahahahaha!!Satu tawa keras menjawab pertanyaan Arya. Dan dari semak belukar keluar belasan orang bersama dengan ketua Ruoy."Anak muda! Nasibmu sungguh tidak beruntung karena harus berurusan dengan kelompok air hitam!" kata ketua Ruoy pada Arya."Salah! Bukan aku yang bernasib tida
Wajah anak buah ketua Yoi pucat, itu karena Arya mengatakan perkataan itu sambil menahan amarah."KATAKAN! KEMANA KETUA KALIAN MEMBAWA PUTRI GUT?" bentak Arya.Amarah Arya sampai pada puncaknya, karena tidak ada yang menjawab setiap ucapannya."Baik ... Jika tidak ada yang menjawab, artinya kalian sangat suka jika aku gunakan kekerasan," ucap Arya.Sreeetttt.Arya mencabut pedang awan merah, dan dengan mata yang merah, Arya berjalan ke arah rombongan terakhir itu."Jika tidak ada yang membuka mulut, maka kalian semua akan tewas," kata Arya.Semua orang yang ada pada rombongan terakhir itu mundur, ketakutan karena amarah Arya.Haaaaaaaaaaa!!Whusssssssss!!Crasssssss!!Arya bergerak, dan hanya bayangan kuning emas yang terlihat karena gerakan cepat Arya.Aaaaaaaaaaaaaaaaa.Dua jeritan bersamaan terdengar bersahutan. Dan dua tubuh tanpa kepala kehilangan nyawanya, tergeletak di tanah."Apakah tidak akan ada yang menjawab?" tanya Arya."Ketua Yoi pergi menemui tuan Nug," ucap seseorang d
Tubuh Ketua Bit bergetar hebat saat Arya dengan mudahnya menghalau serangannya. Padahal, serangan itu sudah dialirkan dengan tenaga dalam yang besar. Tubuh Ketua Bit mundur, dia tidak mau berada di bawah ancaman pedang Arya. "Satu langkah lagi kau mundur, maka kau akan kehilangan kepalamu," kata Arya mengancam. Langkah kaki Ketua Bit langsung kaku karena ancaman dari Arya. Dia berhenti di tempat, dan wajahnya pucat pasi. "Apakah sekarang kau akan bekerja sama?" tanya Arya. "Ba... Baik! Aku akan bekerja sama, katakan saja apa yang ingin kau tahu!" kata Ketua Bit. "Tidak banyak, aku hanya ingin tahu kemana gadis itu?" tanya Arya. Ketua Bit tahu jika itu yang akan Arya tanyakan, dan dia berusaha mencari cara agar Ketua Yoi jauh sebelum dia memberikan kemana Ketua Yoi pergi. "Katakan!" bentak Arya dan menekan pedang Awan Merah ke leher Ketua Bit yang terpaksa mundur kembali. Punggung Ketua Yoi tertahan karena tubuh Ketua Yoi sudah mentok ke dinding, dan itu juga menekan pedang di
Ketua penculik yang membawa putri Gut melesat ke arah Utara, berkali-kali dia melihat ke belakang, dan memastikan jika Surya tidak akan mengejar dirinya. Saat ketua penculik itu sampai di markas mereka, ketua Yoi, ketua dari perompak macan laut sudah menunggu dengan wajah yang sumbringah. "Tidak salah memang aku percayakan tugas ini pada sekte terkuat di negeri ini," kata ketua Yoi. "Diam kau, kalau aku tahu tugas ini sangat berat, aku tidak akan mau melakukan tugas seberat ini," kata ketua penculik itu. Ketua bagian dari wilayah kota Dong. Ketua Bit. "Kenapa mengatakan seperti itu ketua Bit? Bukankah aku sudah membayar mahal?" ucap ketua Yoi. "Kau memang membayar mahal, tapi harga yang harus aku bayar jauh lebih mahal lagi. Kemungkinan besar nyawa dari anak buahku tidak tertolong lagi," kata ketua Bit pada ketua perompak macan laut itu. Wajah ketua Yoi berubah warna, dia tidak menyangka jika Arya akan sekuat itu. "Ini gadis mu, segera pergi dari sini," usir ketua Bit pada ketua
Seperti yang dikatakan oleh ketua yoi. Ketua perompak macan laut menemui markas wilayah dari sekte naga hitam. Dan seperti yang diminta oleh ketua Yoi, anak buah sekte naga hitam bagian wilayah Dong langsung bergerak untuk menculik putri Gut. Mereka terus awasi pergerakan Arya dan putri Gut. Dan saat ada kesempatan anak buah dari sekte naga hitam itu langsung memasuki kamar putri Gut. "Apa yang kalian inginkan?" teriak putri Gut saat melihat belasan orang memasuki kamarnya. "Kami inginkan dirimu," jawab salah satu anak buah sekte naga hitam itu. Bammmmmmm!! Tapi satu pukulan, serta satu tubuh terlempar masuk ke dalam kamar putri Gut. "Apa yang terjadi?" teriak pemimpin dari wilayah sekte naga hitam wilayah Dong. "Jangan coba-coba untuk menculik atau melukai dia, atau kalian semua akan mati," kata Arya yang sudah berdiri di pintu masuk kamar putri Gut. "Hajar dia!" kata pemimpin penculikan itu. Bersamaan dengan perintahnya itu, dia bergerak ke arah putri Gut. Tukkkkkk! Dia m
Huppppppp!! Satu tubuh berpakaian hitam sampai di dekat kota Hon, Ibukota kerajaan Burma. Tubuh berpakaian hitam itu membawa sesosok tubuh perempuan berpakaian hijau di pundak. "Ini dia kota Hon. Aku sudah lama tidak ke kota ini, aku harap semuanya masih sama saja," ucap orang itu. Orang itu menatap dari ketinggian bukit Hon, bukit yang menjadi perbatasan antara ibukota kerajaan dengan kota lainnya. "Saatnya menunjukkan jika aku sudah sampai di kota ini," ucap sosok itu. Sosok itu merogoh sesuatu dari balik bajunya, dan itu seperti sebuah petasan yang besar. "Chu Cai! Aku tiba disini, sambut aku!" Desis orang itu. Whusssssssss!! Jledaaarrrrrrr!! Suara ledakan yang keras, yang begitu memekakkan telinga terdengar di udara saat sosok hitam itu melemparkan petasan yang besar itu ke udara. Asap dari petasan itu membentuk seekor naga, dan asap itu terlihat menakutkan karena sosok naga dari asap itu. "Jemput aku disini," kata sosok berpakaian hitam itu. Sosok itu meletakkan peremp
Haaaaaaaaaaa! Hut Lau menunjukkan tenaga dalamnya pada Arya, dan itu memang tenaga dalam yang sangat besar. Tapi Arya tidak mau kalah, dia juga ingin menunjukkan jika dia bukan pemuda yang boleh direndahkan, apalagi dia baru sampai di negeri Burma. "Bagus! Memang harus memiliki kemampuan jika ingin melawan diriku," kata Hut Lau. Whusssssssss!! Hut Lau bergerak ke arah Arya, dan menyerang dengan kecepatan yang tinggi. Plakkkk! Keduanya adu tenaga dalam. Pancaran tenaga dalam dari keduanya yang bertenaga dalam tinggi itu menghembuskan angin yang kencang. Tangan adu tenaga dalam, kaki saling tendang dan itu terus terjadi hingga keduanya sama-sama mundur ke belakang. "Kau cukup lihai anak muda, tapi itu belum cukup jika tanpa gunakan senjata," kata Hut Lau. Arya diam, dia tidak ingin gunakan pedang urat petir, karena itu sama dengan Arya bertarung dan akan membunuh Hut Lau. "Dimana senjata mu, anak muda?" tanya Hut Lau. Arya diam tidak menjawab, dia bingung untuk menjawab apa.
Arya mengerutkan dahinya karena perkataan gadis itu, dia tidak percaya Jiak gadis itu menawar dirinya untuk menemani gadis itu selama satu malam. "Aku bukan pemuda seperti yang kau pikirkan nona," ucap Arya. "Aku tidak peduli, yang jelas kau harus menemani aku malam ini," kata gadis itu. "Sudahlah Yun Mei, dia tidak mau menemani dirimu, mungkin kau kurang cantik." Gadis lain bicara dari belakang Arya, dan itu semakin membuat Arya dalam posisi yang tidak bagus. "Apa maksudmu Hon Sun, aku tidak cantik? Jadi kau pikir kau lebih cantik dariku?" bentak gadis yang bernama Yun Mei itu. "Sudah pasti, aku jauh lebih menarik dari pada dirimu," kata Hon Sun dan menyampingkan rambutnya menunjukkan bola besar yang tumbuh indah di tubuhnya. Arya semakin terpojok, tidak tahu harus katakan apa, dia merasa seperti bahan rebutan dari dua gadis itu. "Anak muda tampan, siapa diantara kami yang paling cantik?" tanya Yun Mei pada Arya. "Kenapa bertanya padaku?" tanya Arya. "Bodoh! Apa kau tidak bi