Tuan Muda Yun Ji berjalan dan masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Ketua Cut Dan.Tangannya memegang gagang Pedang Bulan Dingin, dan merasakan hawa dingin masuk ke dalam pergelangan tangannya."Apa benar yang dikatakan oleh Ketua Cut Dan?" gumam Tuan Muda Yun Ji.Tuan Muda Yun Ji berjalan, dan karena pikiran itu, tanpa sadar dia malah bukannya menuju jalan pulang, tapi malah menuju sebuah lembah yang cukup curam."Hei! Kemana ini?" tanya Tuan Muda Yun Ji sambil edarkan pandangan ke segala arah.Tuan Muda Yun Ji malah melihat ke bawah lembah, dan merasa ada sesuatu yang memanggil dia untuk masuk ke dalam lembah itu.Huppppp!Tuan Muda Yun Ji melompat ke dalam lembah, dan berjalan di sekitar lembah yang lembab."Gua? Siapa yang memiliki gua itu?" gumam Yun Ji.Kembali, karena rasa penasaran, Yun Ji memasuki gua itu, dan terlihat ada cahaya di sana. Tapi saat Yun Ji masuk, tidak ada cahaya itu lagi. Semuanya gelap.Tanpa Yun Ji sadari, ada sesuatu yang menuntunnya untuk terus berjala
Raja Obat tanpa menunggu waktu lama, dia langsung melesat menuju arah Gunung Arak, gunung tempat bermukimnya si pemabuk Raja Mabuk."Tidak bisa, aku dan tua bangka itu harus melakukan sesuatu, bila perlu membawa Arya jauh pergi dari negeri ini!" kata Raja Obat.Hiatttttt!Bagaikan kesetanan, Raja Obat terus menunggangi kudanya dengan kecepatan yang tinggi, tidak sedikit pun berhenti agar sampai secepatnya di Gunung Arak.***Di negeri Burma, Sekte Naga Hitam.Amarah Ketua Chu Cai dari awal gagal memiliki pusaka Pakaian Kijang Emas semakin bertambah saat tahu kalau sahabatnya, Ki Barata, sudah tewas dibunuh oleh Arya, dan yang paling menyakitkan bagi dia adalah tubuh Ki Barata dipotong-potong bagaikan memotong daging hewan.Dan, setelah cukup lama mencari, anak buah Ketua Chu Cai akhirnya membawa pulang Tuan Muda Yun Ji, yang masih terus membawa mayat Ki Barata."Yun Ji! Apa yang kau bawa itu, kenapa bisa bau begitu?" bentak Ketua Chu Cai saat baru bertemu dengan putra angkatnya itu.P
Seorang panglima Kerajaan Phin memacu kudanya dengan kecepatan yang sangat tinggi, dia melesat tanpa peduli apakah kudanya sudah letih atau tidak.Panglima itu sampai di sebuah lembah yang penuh dengan ramuan obat, dan dia langsung melompat dari kudanya."Raja obat! Raja obat!" teriak panglima itu memanggil penghuni lembah itu.Hupppp!Dari sebuah tebing yang ada di atas lembah itu, seorang lelaki dengan pakaian yang kebesaran melesat dan mendarat di tanah dekat panglima kerajaan itu."Panglima Jun Tai?" tanya raja obat heran.Raja obat sangat tahu kalau Panglima Jun Tai datang, pasti ada sesuatu yang terjadi di istana."Ada apa kau datang kemari, Panglima?" tanya raja obat."Tetua raja obat, mendapatkan panggilan khusus dari Yang Mulia Kaisar Raja Hui!" kata Panglima Jun Tai."Mendapatkan panggilan khusus? Ada apa? Apa ada keluarga istana yang sakit keras?" tanya raja obat penasaran."Tidak! Ini tidak ada hubungannya dengan sakit!""Jadi apa?" tanya raja obat lagi."Sebaiknya kau dat
Tetua Co Got kembali dari negeri Burma dengan tangan hampa, harapan untuk memiliki pusaka pakaian kijang emas sirna saat Arya lebih cepat dari dia saat akan meraih pusaka kijang emas itu.Berkali-kali dalam perjalanan pulang tetua Co Got memaki dan membuat keributan, dan itu jelas untuk melampiaskan rasa frustasi yang dia rasakan."Berikan aku arak!" teriak tetua Co Got saat dia memasuki sebuah kedai minum di sebuah desa.Dengan segera pelayan itu memberikan apa yang diminta oleh tetua Co Got.Glukk ... Glukkk!!"Hanya dalam dua kali minum saja, minuman keras satu kendi langsung habis dan masuk ke perut tetua Co Got."Tambah lagi!" teriak tetua Co Got.Kembali pelayan membawa apa yang diminta tetua Co Got. Dan saat minuman tambah itu datang prajurit kerajaan Phin masuk ke kedai itu dan membagikan sebuah sketsa wajah.Mata tetua Co Got yang sudah merah karena minum semakin merah karena melihat sketsa wajah di kertas itu.Brakkkkkkk!Meja yang ditempati oleh tetua Co Got langsung hancur
Arya dan tiga peri yang kini bersama Arya berjalan menuju ke Hutan Bidadari."Kalian tidak bisa hidup di dunia manusia, kalian terlalu polos untuk sadari apa saja yang ada di pikiran manusia!" kata Arya.Peri Merah diam, dia memang membenarkan apa yang dikatakan oleh Arya itu.Mereka, bangsa peri, memang terlalu polos, karena mereka selalu memandang semuanya dengan pemikiran mudah diatasi.Tapi, masalah yang baru saja datang pada mereka kini menyadarkan mereka kalau bangsa manusia itu bukan bangsa yang mudah untuk dipahami."Sesungguhnya aku masih ingin berada di dunia manusia ini!" kata Peri Putih dengan wajah yang menunduk."Kenapa kau inginkan berada di dunia ini? Bukankah kau sudah rasakan bagaimana sakitnya hidup di dunia ini?" tanya Arya."Itu karena aku sudah bertemu denganmu!" jawab Peri Putih."Apa maksudmu?" tanya Arya."Apakah kau tidak mengenaliku?" tanya Peri Putih."Kau siapa?""Sungguh kau sudah lupakan aku, wahai lelaki pengintip!" kata Peri Putih."Hahahahah! Jadi...
Arya tersenyum mendengar perkataan dari Tetua Liban, perkataan yang mengatakan kalau yang akan merasakan berikutnya ilmu hipnotisnya adalah Arya."Apa kau yakin kalau ilmu anehmu itu akan mempan terhadapku?" tanya Arya meremehkan kemampuan hipnotis Tetua Liban."Apa? Kau pikir kemampuan ini tidak mampu menguasai dirimu!" bentak Tetua Liban."Baik, coba kau lakukan padaku!" kata Arya dan dia malah berjalan ke arah Tetua Liban.Tetua Liban merasa tertantang, dan dia mulai mengalirkan tenaga dalam dan menggunakan seluruh kemampuan ilmu hipnotisnya pada Arya.Sementara itu, Arya juga sudah mengalirkan kekuatan batin ke pikirannya, itu untuk menolak hipnotis yang akan diberikan Tetua Liban padanya."Sekarang, gorok lehermu sendiri?" kata Tetua Liban memberikan perintah pada Arya.Sesuatu yang aneh datang dan mengalir di pikiran Arya, sebuah perintah untuk menggorok lehernya sendiri.Arya sejenak terdiam, seolah dia mampu dikuasai oleh hipnotis yang diberikan oleh Tetua Liban padanya.Sreee