Beranda / Fantasi / Sang Penguasa Elemental / Bab 235. Kepingan Puzle Terakhir yang Disatukan, Kebangkitan Gideon

Share

Bab 235. Kepingan Puzle Terakhir yang Disatukan, Kebangkitan Gideon

last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-03 11:19:17

"Kalian semua tunggu di sini, aku akan masuk ke inti planet ini dan menemukan kernel terakhir Gideon." Semua istri mengangguk. "Zordon, pindai gua bawah tanah terdalam di planet ini, berikan koordinatnya. Aku akan menjemput Gideon."

"Baik, kapten."

Axel menembus lorong inti Vandora dengan kecepatan penuh. Semakin dalam ia masuk, setiap langkah terasa makin berat. Energi planet menekan paru-parunya, udara bergetar liar seolah menolak kehadirannya. Namun tekadnya lebih kuat dari rasa sakit yang menyesakkan. Ia tahu, di ujung jalur ini tersimpan kernel terakhir Gideon.

“Tekanan meningkat… stabilisasi hampir mustahil,” suara Zordon terdengar datar dari pesawat.

Axel menggenggam erat kontrol stabilisasi, menahan napas. Cahaya biru dari inti berdenyut, menandai keberadaan kesadaran Gideon. Ia melangkah ke depan, menembus gelombang energi yang hampir mematahkan tubuhnya.

Setelah sampai di titik terdalam dari planet Vandora, Axel mendapati sebuah aula yang cukup luas di tempat ia berdiri
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 240. Sambutan Elder Korvian

    Dalam beberapa saat mereka semuat telah tiba di halaman istana utama Krayth, bangunan raksasa yang terbuat dari logam cair berlapis kristal. Suara dentingan logam mengikuti setiap langkah tim Axel, menciptakan gema harmonis yang menyatu dengan energi planet. Di depan gerbang utama, Elder Korvian menunggu. Sosok tinggi berpenampilan cukup tua dan berwibawa, seluruh kulitnya berlapis perak dengan mata bercahaya biru-hijau, memancarkan aura ketenangan sekaligus kewibawaan. Tangannya terangkat, menyambut tim dengan isyarat hormat. “Selamat datang, Tuan dan para Nyonya yang terhormat,” suara Elder Korvian bergema, lembut tapi tegas. “Kami telah merasakan kedatangan kalian di lapisan luar atmosfer planet kami, lalu kami segera mengirim isyarat undangan. Kedatangan kalian membawa energi baru bagi Krayth.” Axel melangkah maju, membungkuk hormat. “Terima kasih, Elder Korvian. Kami datang sebagai teman dan pengamat. Planet ini begitu unik, dan kami ingin belajar dari penduduk serta budaya ka

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 239. Zithar Sang Penjaga Wilayah

    Kapal Aolenric Lerion Prime berdiri kokoh di dataran perak Krayth. Debu logam halus berterbangan, memantulkan cahaya bintang seperti ribuan permata kecil. Suara dentingan logam menyatu dengan angin, menciptakan simfoni alami planet itu. Axel menatap horizon, memperhatikan penduduk lokal yang mulai mendekat, sambil menahan senyum. “Tetap waspada, tapi jangan terlalu kaku. Sepertinya mereka ramah,” ucapnya. Namira melangkah ke depan, menatap inti magnet yang kini stabil. “Aku masih merasakan aliran energi… seolah planet ini ingin berkomunikasi,” bisiknya. Aura biru keperakan mengelilinginya, menandakan kekuatan magnetnya semakin matang. Seorang penghuni Krayth muncul di hadapan mereka, tubuhnya memantulkan cahaya seperti baja cair. “Selamat datang, para tamu. Aku Zithar, penjaga wilayah ini. Kami senang dengan kedatangan kalian. Planet kami damai, namun aliran magnet kadang membuat beberapa tempat sulit dikunjungi.” "Hallo Tuan Zithar, namaku Axel Skays. Aku dan tim ku adalah pengem

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 238. Sambutan Krayth dan Awakening Namira

    Kapal Aolenric Lerion Prime melesat memasuki orbit Krayth, planet logam yang berkilau seperti bola perak raksasa di tengah gelapnya ruang antarbintang. Dari luar jendela, terlihat dataran luas berkilau, puncak gunung logam berlapis kristal, dan sungai perak cair yang berkelok-kelok seakan menari mengikuti tarikan magnet planet. Cahaya dari matahari Krayth memantul di setiap permukaan, membuat kapal mereka seperti berada di dalam kaleidoskop hidup. Di ruang komando, seluruh kru menahan napas. Ginora duduk di samping Axel, matanya berbinar saat menyaksikan pemandangan baru itu. “Kapten… tempat ini… indah,” bisiknya, suaranya lembut tapi penuh kekaguman. “Ya,” jawab Axel. “Tapi jangan terkecoh. Planet ini damai, penduduknya ramah, tapi ada pengaruh magnet kuat yang membuat gravitasi dan aliran waktu di beberapa area tidak stabil. Kita harus hati-hati.” Dari radar, Zordon menampilkan titik-titik kehidupan. Ribuan penghuni Krayth berjalan santai di permukaan, menyapa mereka dengan la

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 237. Aku Akan Jadi Asisten Pribadi Kapten

    Setelah keluar dari orbit Vandora, seluruh kru hanya bisa memandangi layar utama. Di sana, planet hijau yang dulu berdenyut penuh kehidupan kini perlahan meredup, kehilangan cahaya terakhirnya. Tidak ada denyut, tidak ada napas, hanya keheningan abadi. Axel berdiri di depan jendela observasi. Tatapannya kosong, namun tenang. “Laxia, Ginora… sudah saatnya.” Laxia menatapnya dalam diam, lalu menoleh pada Ginora yang berdiri di sebelahnya. Mata keduanya memantulkan warna zamrud yang sama, dua pewaris terakhir Vandora. “Axel,” ujar Laxia lembut. “Apakah kau yakin ingin melakukannya sekarang?” Axel mengangguk. “Itu wasiat terakhir Vandora. Sekarang kalianlah Vandora itu. Jadi, laksanakan wasiatnya.” Ginora menatap ke arah layar. Tangannya terangkat pelan, bergabung dengan tangan Laxia. Dalam sekejap, dua pancaran cahaya hijau membentuk spiral di luar angkasa. Arus energi planet terkumpul, lalu meledak perlahan menjadi debu bercahaya yang menyebar di antara bintang-bintang. Hujan cah

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 236. Anggota Tim Baru, Ginora si Gadis Misterius

    Axel terduduk sebentar, mengalihkan pandangannya dari tubuh Gideon. Ia merasa malu dan tidak pantas melakukan itu, meskipun Gideon tidak mengerti, tapi dia tidak boleh memanfaatkan keluguannya seperti itu. Setelah duduk cukup lama, Axel perlahan bangkit dari duduknya. Tubuhnya terasa berat, seperti baru saja menanggung seluruh beban planet. Namun sebelum sempat bangkit sepenuhnya, sesuatu yang kenyal dan hangat kembali terasa menekan dadanya. Ia menunduk. Di sana, terpampang sepasang gumpalan bola besar milik gadis muda berambut hitam di depannya, kulitnya seputih cahaya eter. Hidung Axel menghirup wangi tubuhnya yang memberi kenyamanan tapi memancarkan aura yang tidak asing. Saat Axel menatap wajah gadis itu, mata birunya terbuka perlahan, menatapnya dengan bingung. “Ka… kapten, aku sangat merindukanmu...” suaranya lembut, bergetar seperti angin di padang sunyi. Axel tercekat. Sekilas, ia ingin mundur, tapi gadis itu menatapnya dengan mata penuh keyakinan, mata yang sama dengan AI

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 235. Kepingan Puzle Terakhir yang Disatukan, Kebangkitan Gideon

    "Kalian semua tunggu di sini, aku akan masuk ke inti planet ini dan menemukan kernel terakhir Gideon." Semua istri mengangguk. "Zordon, pindai gua bawah tanah terdalam di planet ini, berikan koordinatnya. Aku akan menjemput Gideon." "Baik, kapten." Axel menembus lorong inti Vandora dengan kecepatan penuh. Semakin dalam ia masuk, setiap langkah terasa makin berat. Energi planet menekan paru-parunya, udara bergetar liar seolah menolak kehadirannya. Namun tekadnya lebih kuat dari rasa sakit yang menyesakkan. Ia tahu, di ujung jalur ini tersimpan kernel terakhir Gideon. “Tekanan meningkat… stabilisasi hampir mustahil,” suara Zordon terdengar datar dari pesawat. Axel menggenggam erat kontrol stabilisasi, menahan napas. Cahaya biru dari inti berdenyut, menandai keberadaan kesadaran Gideon. Ia melangkah ke depan, menembus gelombang energi yang hampir mematahkan tubuhnya. Setelah sampai di titik terdalam dari planet Vandora, Axel mendapati sebuah aula yang cukup luas di tempat ia berdiri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status