Setelah sampai di depan pintu ruangan Rose, Levon menyengir mendengar perselisihan antara Rose dan Fletcher. Ia mengerti, Fletcher sedang melancarkan aksinya untuk mendapatkan cinta Rose.
Pintu ruangan Rose terbuka lebar, sehingga Levon masuk begitu saja dan berpura-pura tidak tahu ada Fletcher di dalam, “Permisi, Nona— Tuan Fletcher?” Levon berpura-pura menghentikan langkah dan sedikit terkejut dengan keberadaan Fletcher.
“Kebetulan sekali kau ada disini, Sampah!” pekik Fletcher dengan tatapan mata merendahkan Levon.
“Levon?” sapa Rose lembut.
“Sepertinya aku menganggu waktu kalian,” balas Levon sambil memutar badannya.
“Tunggu, Levon.” Fletcher berkata lembut tersenyum palsu sambil menghampiri Levon. “Apakah kau lupa, kau telah memukulku di kantin? Kau bisa saja kulaporkan pada polisi atas tuduhan penganiayaan kepadaku, tetapi kau tak perlu khawatir. Kau tidak akan kulaporkan
“Hahahaha,” Levon justru tertawa menatap Fltecher.“Mengapa kau tertawa, Bodoh?” tanya Fletcher dengan senyuman miring. Ia menganggap Levon sudah gila.“Tuan, saya mengejarmu bukan untuk memohon padamu agar tidak melaporkanku pada polisi. Apalagi memberikan dua tiket itu secara sia-sia kepada Tuan,” jelas Levon menertawakan Fletcher.Fletcher menampar keras Levon dengan tatapan marah, “Lalu untuk apa kau mengejarku kalau bukan untuk itu?”“Untuk ini.” Levon tersenyum seperti tidak merasakan adanya tamparan. Ia mengambil hp di kantong celana dan memberikan pada Fletcher.“Kau sepertinya sudah gila!” Fletcher tidak mau mengambil hp itu, tapi beberapa detik kemudian ia menyengir dan tertawa keras, “Kau memang benar-benar sudah gila karena takut masuk penjara.”Levon tak mau kalah, ia juga tertawa keras seirama dengan Fletcher. Dan itu justru membuat Fletch
“Aku sang penguasa!” Levon menyeringai dan hanya menjawab dari dalam hatinya. Ia terus tetap melangkah meninggalkan Fletcher.Levon mengambil peralatan cleaning service di ruangan lantai satu. Levon tak langsung pergi ke ruangan Rose. Ia pergi ke ruangan CEO terlebih dahulu.Melihat pintu bergerak, Pulisic spontan berdiri dari meja kerjanya. Ia tahu siapa yang membuka pintu itu. Hanya Sang Tuan dan dirinya yang dapat membuka pintu ruangan CEO.“Tuan?” sapa ramah Pulisic dengan posisi setenga membungkuk tanda hormat.“Ada tugas untukmu,” ucap Levon tanpa basa-basi. Tatapannya begitu dingin dan sangat serius.“Siap, Tuan. Saya akan menjalankan tugas itu!” respon cepat Pulisic dengan sikap sempurna seperti seorang prajurit yang siap menerima tugas dari komandan perang.“Cepat kau hapus permanen rekaman cctv yang mengarah pada lift. Sebelum ada yang tahu, hapus rekaman yang memper
“Saat kita berada di dalam lift, aku tidak melihat Levon seperti yang kukenal. Dia seperti binatang buas ... Sangat dingin dan menakutkan,” ungkap Fletcher pada Eric yang mendaratkan tubuhnya juga di kursi di depan meja kerja Fletcher.“Itu sudah biasa jika orang sedang marah.”“Tidak, tidak ... Tidak seperti yang kau lihat waktu dia marah di kantin. Dia tidak sedang marah. Dari cara sikapnya, dia bukan orang sembarangan. Jika kau melihanya, kau tak akan sanggup menatapnya lebih lama.” Fletcher menjelaskan dengan menerawang jauh mengingat sikap mengerikan yang ditunjukkan Levon di dalam lift.“Apa kau sedang bercanda?” Jari Eric mengetuk-ngetuk meja dan sedikit tidak percaya dengan ucapan Fletcher.“Kau akan percaya jika kamu melihat rekaman cctv itu.” Fletcher menyandarkan tubuh di kursi kerjanya sambil menghembus napas kasar.“Oke, aku akan percaya setelah melihatnya sendiri.&rdquo
Di malam hari sekitar pukul 18:30, Rose menjemput Levon di rumah sewanya. Mereka langsung menuju restoran RDO dan menemui Ethan untuk meminta tiket ekslusif premium gratis sesuai yang dijanjikan.Saat memasuki pintu belakang, ada sebuah lorong panjang di dalam. Di ujung lorong, ada sebuah pintu yang di jaga ketat oleh lima orang satpam. Levon dan Rose cukup memperlihat tiket itu mereka, dan mereka membukakan pintu yang menghubungkan ke dunia fantasi.“Wooowwwww ... apakah aku sedang bermimpi?” Levon membuka mulut dan tidak berkedip ketika ia sudah berada di dunia fantasi. Ia menampar pipinya sendiri untuk memastikan, apakah ia sedang bermimpi atau tidak. “sakit, aku tidak bermimpi.”“Kamu lihat sendiri, kita seperti ada di dunia lain.” Rose juga tidak mengedipkan mata menyapu pandangan ke sekelilingnya.“Iya Rose, dunia fantasi ini adalah ideku. Dan kamu beruntung, pemiliknya saat ini sedang bersamamu.” Levo
“Tolong usir dia!” perintah Rose pada satpam yang lewat di hadapannya. “dia sudah mengganggu ketenangan pengunjung lainnya.”“Itu tidak benar. Aku kesini datang untuk menikmati keindahan dunia fantasi ini, bukan untuk mengganggu,” timpal Fletcher.“Baiklah seperti ini saja. Kalian berpisah,” kata Si Satpam bijak dalam menangani permasalahan pengunjung.“Kamu dengar itu, Fletcher!” pekik Rose mempertebal ucapannya dan menarik tangan Levon untuk pergi dari hadapan Fletcher. Sementara itu, Si Satpam juga pergi meninggalkan Fletcher.“Sialan,” umpat Fletcher kesal. “aku harus cari cara untuk mengganggu mereka.”Beberapa detik berpikir keras, akhirnya Fletcher menemukan cara untuk mengganggu mereka. Ia memanggil seorang penyihir, “Penyihir oh penyihir. Datanglah!”Penyihir itu datang dari udara dan menghampiri Fletcher dengan wajah memerah, “Meng
Senyuman miring Ethan dan Fletcher kini semakin kecut. Mereka kesal karena obat itu dicampur ke hidangan Leo pizza, tetapi Levon tidak memakannya. Kini justru mereka melihat Rose memanggil waitress untuk membawa Leo pizza itu ke belakang. Dari gerakannya, mereka tahu Rose meminta waitress untuk membungkus Leo Pizza dan ingin dimakan dirumah.“Aku udah kenyang, bisakah kita melanjutkan petualangan lagi?” ajak Levon pada Rose sambil mengambil hp barunya di kantong celana.“Ya tentu! Sekarang masih jam delapan. Masih kurang empat jam untuk menikmati keindahan ruangan bawah tanah ini.” jawab Rose pada Levon yang sedang mengetik pesan di hp.Mereka pun menyusuri dan pergi ke dunia fantasi yang lain. Mereka pergi ke dunia fantasi kerajaan dan zaman masa purba.Mereka benar-benar takjub akan keindahan dunia fantasi di ruangan bawah tanah restoran RDO. Hingga tidak terasa ada pemberitahuan bahwa sudah hampir jam 12. Itu artinya restoran RD
Ethan tidak tahan menahan sakit perut, dan berlari menuju kamar mandi. Sementara itu, Levon dan anak buahnya tertawa puas menatap Ethan. “Itu akibat jika bermain-main denganku,”ucap Levon menyeringai. “Jaga dia! Jangan sampai Ethan mencari obat penawar. Jika dia mulai tidak merasakan kesakitan, beri makan hotdog itu lagi padanya. Lakukan sampai jam tujuh. Dan katakan padanya, dia dipecat oleh Tuan Leo!” titah Levon begitu dingin menatap kelima anak buahnya. Lalu, ia menoleh ke arah Pulisic dan menderap langkah ke luar. Pulisic mengerti, ia mengikuti Sang Tuan dari belakang untuk mengantarnya pulang. *** Keesokan hari di kantor, semua mata menatap iri dan dengki pada Levon yang baru datang. Levon tersenyum miring, tetapi ia tetap memasang wajah konyol dan berpura-pura heran melihat tatapan mereka. “Hei Lev, apakah kamu sudah memakan Leo Pizzanya?” tanya Rose menghampiri Levon. “Iya sudah, tetapi Leo Pizza itu membuatku sakit perut.” Lev
“Pengkhianat itu harus diberi pelajaran,” geram Pulisic mengepalkan tangan.“Pengkhianat? Apakah kau sudah menemukan bukti kejahatan Fletcher?” tanya Levon tersenyum kecut pada Pulisic.“Belum. Tuan benar, dia sangat licik dan rencananya terorganisir. Hingga saat ini belum ditemukan bukti bahwa Fletcher dibalik penurunan omzet perusahaan. Tapi, saya akan tetap mencari bukti itu. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.”“Ah sudahlah ... Aku hampir lupa punya janji pada Rose. Aku akan kesana menerima hadiah darinya,” respon Levon malas dan menggerakkan tubuh ke atas.“Sepertinya Rose menyukai Tuan. Dia perempuan baik yang mau berteman dengan siapapun. Saya rasa dia pantas menjadi pendamping hidup Tuan,” ucap Pulisic melebarkan senyuman pada Sang Tuan yang sudah berdiri.Levon hanya tersenyum kecut tanpa ada jawaban. Ia menderap langkah menuju ruangan Rose.&ldq