Pukulan pemimpin Zhou dan tapak Fang bertemu menghasilkan suara yang keras memenuhi malam. Ledakan juga tercipta di sekitar mereka, keduanya mengalirkan tenaga dalam yang cukup besar dalam pertukaran jurus itu. Tidak ada yang terluka, namun pemimpin Zhou mundur beberapa langkah sementara Fang masih berdiri kokoh di tempat ia berpijak seperti sediakala.
"Kau," pemimpin Zhou menunjuk Fang dengan tatapan tidak percaya, "Bagaimana kau bisa memiliki kekuatan mengerikan seperti ini?" Dia tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya.
Fang menggelengkan kepalanya, tidak berniat menjawab pertanyaan itu. Ia mengalihkan perhatian pemimpin Zhou dengan menyerangnya, "Seharusnya kau memperhatikan musuhmu dan tidak membahas yang lain." Suara Fang pelan namun terdengar jelas di telinga pemimpin Zhou.
Untungnya pria bertopeng itu mampu menahan serangan Fang, namun membuatnya harus melompat dari pohon dan kembali ke dekat anak buahnya.
Fang ikut melompat dan membuat jarak beb
Jangan lupa vote dan rate bintang 5
Chu Di dan pendekar lainnya maju menyerang Fang terlebih dahulu. Mereka melakukan itu untuk menyibukkannya dan berharap bisa membuat celah, lalu pemimpin Zhou bisa menyerangnya. Melihat dari strategi yang mereka tampilkan, Fang menebak kelompok Gagak Pembunuh sering melakukan hal ini. Akan tetapi, tentunya Fang adalah orang yang berbeda, ia mampu menganalisa pergerakan lawannya dalam sekali lihat dan mengetahui apa yang harus dilakukannya.Sesuai dugaan Fang, pemimpin Zhou menyerang dirinya saat ia memperlihatkan celah. Pria bertopeng itu tidak menyadarinya, celah itu memang sengaja Fang buat untuk menarik perhatiannya.Ketika pemimpin Zhou ingin menyerangnya dengan memanfaatkan celah, Fang berbalik arah dan mendaratkan satu pukulan ke dada pria bertopeng tersebut."Argh," pemimpin Zhou menjerit pelan, dia buru-buru mengalirkan tenaga dalam untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan."Ketua," jerit anggota kelompok Gagak Pembunuh bersamaan. Mereka menat
Fang menghindari serangan-serangan pedang pemimpin Zhou, meskipun dari kekuatan serta tenaga dalamnya lebih besar daripada pria bertopeng tersebut, namun tetap saja bukanlah hal yang bijak untuk menyambut serangannya dengan tangan kosong."Permainan pedangmu cukup baik, tetapi masih banyak celah. " Di sela-sela pertarungan mereka, Fang mengomentari pemimpin Zhou yang membuat pria paruh baya itu mendengus kesal dibalik topengnya."Omong kosong!" Pemimpin Zhou tidak terima dengan pendapat Fang. Dia merupakan pendekar yang telah lama malang melintang di dunia persilatan, sudah banyak pendekar-pendekar yang tewas di pedangnya, jadi dia tidak merasa permainan pedangnya banyak menunjukkan celah."Akan ku buat kau menarik kata-katamu." Pria bertopeng tersebut menambahkan.Serangannya berubah semakin cepat, Fang harus menggunakan tenaga dalam yang besar untuk melapisi tubuhnya agar jika terkena sabetan tidak mengalami luka parah. Namun, sebisa mungkin ia menghind
Setelah membebaskan para gadis yang menjadi tahanan, Fang melanjutkan aksinya dengan mendatangi satu persatu tenda kelompok Gagak Pembunuh yang ada di tempat itu untuk mencari harta yang mereka tinggalkan. Fang begitu terkejut sekaligus terpukau setelah melihat gunungan harta berupa perhiasan maupun uang yang tersimpan di satu tenda."Tidak heran kelompok Gagak Pembunuh bisa menjadi kumpulan penjahat nomor satu di Kekaisaran Yang. Mereka bisa mengumpulkan harta sebanyak ini? Sudah berapa banyak orang-orang yang mereka rampok?" Fang bergumam dalam hatinya, masih memandangi gunungan harta yang ada di hadapannya."Aku tidak akan bisa membawanya sendiri, namun meninggalkannya di tempat ini bukanlah hal yang bijak." Pemuda itu mengusap dagunya, berpikir keras bagaimana cara membawa harta-harta tersebut.Fang kemudian teringat pada penjelasan kakeknya ketika ia masih di Hutan Kematian. Sang kakek mengatakan, dari cerita mendiang ibunya Fang, Liontin yang tersemat di leherny
Matahari tepat berada di atas kepala, panas dan teriknya membakar hingga ke kulit ketika Fang tiba tidak jauh dari sebuah gerbang kota. Di atasnya tertulis dengan rapi beberapa kata yang sangat besar, IBUKOTA KEKAISARAN YANG, KOTA AWAN PUTIH. Suasana begitu ramai, banyak antrian di sepanjang jalan keluar-masuk kota. Fang turun dari Bintang Kecil dan berdiri di antrian paling belakang, menunggu giliran masuk. Ia kemudian mendekati warga yang ada di depannya dan menanyakan sesuatu. "Maaf paman, apakah setiap harinya memang ramai seperti ini?" Fang cukup terpukau, ini kali pertamanya melihat antrian panjang. "Sebagai ibukota dari Kekaisaran Yang, kota Awan Putih memang sering ramai pengunjung. Namun, biasanya tidak sepanjang dan sepadat ini. Hari ini memang tidak biasa, ku dengar putra dari Kaisar Li sedang di perja
Kepulangan pangeran Li Jianchen ke istana disambut langsung oleh kaisar saat ini, Li Ning dan permaisurinya. Keduanya melepaskan pelukan rindu karena sudah sebulan penuh tidak bertemu dengan putra mereka satu-satunya itu. "Ayahanda, Ibunda." Sapa pangeran Li lalu memeluk keduanya. Kaisar Li dan permaisuri melakukan hal yang sama, mereka memeluk erat sang putra. Kaisar Li memang dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan dingin, namun saat bersama keluarga, dia merupakan sosok ayah yang baik dan penuh kasih sayang. Setelah itu, kaisar Li mengajak pangeran Li Jianchen untuk pergi ke ruangan pribadi keluarga kekaisaran, setelah tiba di sana, pemimpin tertinggi Kekaisaran Yang itu menanyakan peristiwa-peristiwa yang dialami putranya.
Pelayan yang menemani Fang begitu terkejut, matanya melotot dan mulutnya terperangah setelah melihat pemuda itu benar-benar memborong semua tanaman gaib langka yang ditemuinya di lantai empat Rumah Anggrek Ungu. Tidak berhenti sampai di sana, Fang meminta pelayan tersebut menemaninya ke lantai selanjutnya untuk mencari tanaman gaib langka lainnya. "Tuan muda, Anda sudah membeli lebih dari sepuluh tanaman gaib langka, meskipun terbilang sedikit namun harganya cukup fantastis." Pelayan mengingatkan Fang. "Tidak masalah, aku akan membelinya." Fang kembali menggoyangkan uang yang ada di kantong hitam di tangannya. "Kalau uang ini kurang, aku masih memilikinya." Dia menambahkan. "Rumah Anggrek Ungu hanya menyediakan tanaman gaib di lantai empat dan lima, jadi setela
Salah satu keahlian yang dimiliki setelah mencapai tingkat Pendekar Bumi, Fang bisa merasakan aura yang ditinggalkan oleh seseorang meskipun sudah berhari-hari, sebab itulah dia mengikuti aura yang keluar dari tubuh Tabib Tangan Dewa. Fang baru menghentikannya setelah tiba di hutan yang tidak jauh dari kota, karena aura yang ditinggalkan Tabib tua itu menghilang di sana. "Kenapa aura tubuhnya bisa hilang di tempat ini, mungkinkah senior Tabib Tangan Dewa sudah menyadari aku mengikutinya?" Fang membatin, sebelumnya dia memang sudah menduga tingkat kekuatan yang ditunjukkan Tabib Tangan Dewa bukanlah yang asli, melainkan disamarkan. Fang bisa merasakannya, sebab teknik yang digunakan sang tabib sepuh mirip dengan yang dipakainya. Fang menatap ke seluruh penjuru tempat itu, beberapa saat kemudian dia menaikkan kewaspadaannya sebab merasakan sesuatu mendekatinya.
Setelah kembali ke kota Awan Putih, Tabib Tangan Dewa kebingungan sebab dia tidak tau harus berbuat apa. Fang yang menyadari hal tersebut mulai menanyakannya. "Sebenarnya, aku tidak memiliki uang untuk mengajakmu menginap ataupun sekedar membawamu makan. Aku baru saja tiba di kota ini dua hari yang lalu, sebab itulah aku memutuskan untuk menjual pil di Rumah Anggrek Ungu dan menyewa satu tempat karena disana aku bisa utang terlebih dahulu baru membayarnya setelah mendapatkan uang. Namun, semua uangku sudah habis, sebab aku hanya menjual pil-pil berkualitas rendah karena tidak ingin identitasku diketahui." Tabib Tangan Dewa merasa bersalah kepada Fang. Sementara itu, Fang tertawa kecil membuat Tabib Tangan Dewa tambah kebingungan dan sedikit kesal "Kau mengejekku anak muda?" Tabib Tangan Dewa menaikkan alisn