Home / Fantasi / Sang Penguasa / 4. Bayang Bayang Kekuasaan

Share

4. Bayang Bayang Kekuasaan

Author: Alyssa123
last update Last Updated: 2024-09-22 11:31:27

Kerajaan Karstiel semakin terbelah antara tirani dan pemberontakan, namun kekuatan yang lebih dalam dan gelap mulai berperan. Di medan perang, di istana, dan di seluruh pelosok kerajaan, nasib semua orang bergantung pada permainan politik yang mematikan. Sementara itu, masyarakat berada di ambang kehancuran, merasakan dampak tirani yang semakin menyesakkan.

Pertempuran di Tengah Kegelapan

Bayangan malam turun dengan cepat di atas medan perang. Di tengah keributan prajurit yang terluka dan debu yang beterbangan, Elira berusaha mengendalikan situasi. Pasukan pemberontak masih bertahan, meskipun mereka kalah jumlah. Di dekatnya, Bayangan bergerak dengan ketenangan yang tak biasa, setiap langkahnya mematikan, setiap gerakannya tampak mengandung kekuatan yang tak bisa dijelaskan.

Pertarungan antara Panglima Valdrik dan Bayangan berlangsung sengit. Valdrik, dengan pedang besar di tangan, terus menyerang, mencoba memojokkan lawannya. Namun, Bayangan melesat seperti angin, bergerak tanpa suara dan selalu satu langkah di depan.

"Siapa sebenarnya kau?" teriak Valdrik di tengah derasnya hujan panah yang dilepaskan dari kedua sisi.

Bayangan tidak menjawab, hanya matanya yang menyala tajam di balik tudung gelap. Tiba-tiba, Bayangan berhenti dan mengangkat tangannya. Valdrik merasa tubuhnya menjadi berat, seolah-olah kekuatan tak terlihat menahannya.

"Aku adalah bayangan dari masa depan yang akan kau benci," jawab Bayangan dengan suara rendah namun menggema. "Dunia ini tidak bisa bertahan dengan kekuasaan yang kau layani."

Sebuah ledakan energi terjadi, dan Valdrik terlempar ke belakang, jatuh dengan keras ke tanah. Pasukan Almarik mulai mundur, terguncang oleh kekuatan yang tidak mereka pahami. Elira, yang menyaksikan pertarungan itu dari kejauhan, merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perang di sini. Kekuatan gelap yang terlibat dalam pertempuran ini bukanlah hal yang bisa diabaikan.

intrik dan Pengkhianatan di Istana

Sementara pertempuran di luar kota Castelon berlangsung, di dalam istana, Lord Serafin dan Valerian sedang mengatur rencana yang lebih halus. Istana Karstiel, dengan arsitektur megahnya, penuh dengan lorong-lorong yang berfungsi sebagai tempat konspirasi. Serafin tahu bahwa Almarik sedang menghadapi ancaman besar dari pemberontak, tetapi dia juga tahu bahwa waktu untuk bergerak dalam permainan politik semakin dekat.

Malam itu, Serafin diundang untuk menemui Valerian di ruang rahasia yang tersembunyi jauh di bawah istana. Di sana, Valerian telah menyiapkan peta besar dari seluruh kerajaan, setiap wilayah ditandai dengan cermat.

"Perang ini hanya awal," kata Valerian sambil menunjuk pada wilayah yang mulai jatuh ke tangan pemberontak. "Almarik tidak bisa bertahan lama. Bahkan dengan kekuatannya, pemberontakan akan terus menyebar."

"Jadi, apa rencanamu?" tanya Serafin dengan suara rendah, penuh kewaspadaan.

Valerian tersenyum licik. "Aku akan mengkhianati Almarik pada saat yang tepat. Saat dia kehilangan kendali atas tentara dan rakyat, aku akan muncul sebagai penyelamat. Tapi sebelum itu terjadi, kita harus memastikan bahwa semua yang mendukungnya lenyap."

Serafin merasakan desakan dalam dadanya. Rencana Valerian sangat berbahaya, tetapi di baliknya tersembunyi kesempatan besar. Jika dia berpihak pada Valerian dan berhasil, dia bisa mengamankan posisi kuat dalam kerajaan yang baru. Namun, jika gagal, hukuman mati tak terelakkan.

"Dan bagaimana kita memastikan pemberontak tidak mengambil alih seluruhnya?" Serafin mencoba mencari kepastian.

"Itu urusanku," jawab Valerian sambil tersenyum. "Kita hanya perlu memainkan peran kita dengan tepat. Ketika Almarik jatuh, kita akan berada di tempat yang benar untuk menguasai segala sesuatu."

Serafin tidak bisa mengabaikan ketegangan yang mulai memuncak di dalam istana. Para bangsawan sudah mulai merasakan kelemahan Almarik, dan mereka mulai mengalihkan kesetiaan mereka. Di balik tirai istana yang megah, semua orang berusaha mencari tempat aman sebelum badai besar datang.

Distopia di Tengah Keruntuhan

Di luar istana dan medan perang, masyarakat Karstiel hidup dalam bayang-bayang tirani yang semakin menekan. Pajak yang terus meningkat dan kekerasan dari para tentara kerajaan membuat kehidupan semakin tak tertahankan. Desa-desa yang dahulu subur kini berubah menjadi tempat yang penuh penderitaan dan ketakutan.

Di desa Ravar, tidak jauh dari Castelon, Sorrel, salah satu pemimpin petani yang bergabung dengan pemberontak, menyaksikan kemunduran desanya dengan hati yang berat. Sawah-sawah yang dulunya menghasilkan banyak hasil bumi kini terbengkalai, ditinggalkan oleh penduduk yang melarikan diri ke hutan untuk menghindari tentara Almarik.

"Kita harus bertahan," ucap Sorrel kepada rakyat yang tersisa, namun dia sendiri merasa lelah.

Penduduk desa mulai kehilangan harapan. Mereka terjebak di antara kekejaman rezim Almarik dan ketidakpastian dari gerakan pemberontak. Bagi banyak orang, tak ada yang menjanjikan masa depan yang lebih baik. Mereka hanya hidup dari hari ke hari, berharap bisa selamat hingga esok tiba.

Salah seorang penduduk desa yang lebih tua, Iriel, duduk di tepi ladang yang terbengkalai, memandang ke arah perbukitan tempat pertarungan berlangsung. "Aku telah melihat banyak raja datang dan pergi," gumamnya pelan. "Tapi tidak ada yang sekejam Almarik. Dunia ini sedang sekarat di bawah kekuasaannya."

Suasana distopia yang mulai mencengkeram Karstiel tidak hanya berdampak pada petani, tetapi juga pada perdagangan, ilmu pengetahuan, dan budaya. Semua yang dulu berkembang kini layu. Kota-kota besar yang dulu megah berubah menjadi tempat yang penuh dengan pengemis dan tentara bayaran. Setiap sudut kerajaan terasa seperti bayangan dari kejayaannya yang dulu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penguasa    bab 49: Awal Kehidupan yang Berbeda

    Masa bayi Luna dan putra Raja Rehan berjalan dalam dua dunia yang berbeda. Di istana, putra Rehan tumbuh dikelilingi oleh kemewahan dan kemuliaan. Setiap langkahnya diawasi oleh pelayan dan pengasuh yang setia, sementara para ahli dan penasihat kerajaan mengawasi perkembangan mental dan fisiknya dengan teliti. Setiap suara tangis dari sang pangeran akan disambut dengan segera oleh orang-orang yang siap menenangkan, memberinya kenyamanan dan perlindungan penuh.Di sisi lain, Luna tumbuh di rumah sederhana di pinggir istana, di dalam lingkungan yang tenang namun jauh dari kemewahan. Ibunya, Rose, menyayanginya dengan segenap jiwa. Meski tidak memiliki semua keistimewaan yang dimiliki pangeran, Luna tumbuh dengan cinta yang tulus. Rose mengajarkan Luna tentang kehidupan sederhana, kerja keras, dan kebijaksanaan. Dari hari ke hari, kecantikan Luna semakin terpancar, dan di balik matanya yang cerah tersimpan rasa ingin tahu yang tak terpadamkan.Perbedaan Nasib dan Awal PertemuanWaktu ber

  • Sang Penguasa    bab 48: Hadiah untuk Rose dan Kelahiran Luna

    Di luar istana, suasana pagi tak kalah meriah. Di hari yang sama dengan kelahiran pewaris takhta kerajaan Edholm, seorang bayi perempuan lain dilahirkan di dalam benteng pelayan. Bayi itu, meski tidak lahir dari keluarga bangsawan, membawa kebahagiaan yang sama besarnya bagi ibunya, Rose, seorang pelayan setia yang telah mengabdi kepada keluarga kerajaan selama bertahun-tahun.Bayi itu diberi nama Luna, sebuah nama yang diambil dari sinar rembulan yang menerangi malam kelahirannya. Luna lahir dengan kecantikan alami yang segera membuat banyak orang terpesona. Matanya yang cerah dan kulitnya yang lembut seperti porselen menjadi anugerah bagi Rose, seorang ibu yang penuh cinta dan kebanggaan.Kehamilan yang Diketahui oleh Raja RehanBeberapa bulan sebelum kelahiran ini, Raja Rehan sendiri mengetahui tentang kehamilan Rose secara tidak sengaja ketika ia sedang berkeliling memeriksa persiapan di istana. Melihat perut Rose yang mulai membesar, Raja Rehan berhenti dan menanyakan keadaannya.

  • Sang Penguasa    bab 47: Hadiah dari Kerajaan Tetangga

    Pagi itu, suasana istana Edholm dipenuhi dengan kegembiraan dan antusiasme. Setelah berita kelahiran pewaris takhta tersebar ke seluruh kerajaan, utusan dari berbagai wilayah tetangga mulai berdatangan membawa hadiah sebagai tanda penghormatan dan perayaan. Setiap kerajaan, besar maupun kecil, ingin menunjukkan dukungan dan rasa hormat kepada Raja Rehan dan Ratu Natasya. Mereka mengirim hadiah-hadiah istimewa yang menggambarkan kebesaran dan kekayaan negeri masing-masing.Di aula besar istana, Natasya duduk di kursi kebesarannya, bayi kecilnya beristirahat dalam dekapan lembut. Sementara Rehan berdiri di sisinya, mengawasi jalannya upacara penyerahan hadiah dengan wajah penuh kebanggaan.Hadiah dari Kerajaan EldoriaUtusan pertama yang datang adalah dari Kerajaan Eldoria, salah satu kerajaan tetangga yang paling kuat dan makmur. Mereka dikenal akan seni dan keahlian kerajinan tangan yang luar biasa. Utusan tersebut, seorang pria berusia lanjut dengan jubah keemasan yang disulam dengan

  • Sang Penguasa    bab 46: Hari Pertama Natasya Menjadi Seorang Ibu

    Fajar menyingsing dengan lembut di atas istana Edholm, memandikan dunia dengan sinar keemasan yang hangat. Hari itu, tidak ada yang lebih berarti bagi Natasya selain keheningan pagi yang baru saja pecah oleh suara-suara kecil dari sang bayi yang tengah menggeliat di dalam dekapan hangatnya. Matanya belum terbuka penuh, tapi tubuh mungilnya sudah mencari kehangatan ibunya, insting alami yang menyatukan mereka berdua dalam keajaiban yang begitu murni.Natasya, yang kini telah menjadi seorang ibu, duduk di atas ranjang berkanopi sutra. Wajahnya tampak lelah setelah malam yang panjang, namun kelelahan itu tertutupi oleh cahaya lembut yang terpancar dari sorot matanya. Ia memandangi wajah bayinya—wajah yang begitu sempurna, dengan pipi halus dan bibir mungil yang sesekali bergerak, seolah menggumamkan janji-janji masa depan.Bayi itu adalah anugerah bagi Natasya, namun ia juga membawa tanggung jawab yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dunia yang dulu terasa begitu luas dan penuh petua

  • Sang Penguasa    bab 45: Perayaan Sang Pewaris

    Pagi di Edholm kali ini berbeda. Matahari memanjat langit dengan keagungan yang lebih cerah dari biasanya, cahayanya menyinari seluruh sudut kerajaan, menyentuh lembah-lembah hijau dan bukit-bukit emas, memberikan kehangatan yang tak biasa. Udara dipenuhi semerbak bunga musim semi yang dibawa angin lembut, dan di atas sana, burung-burung berkicau seakan turut merayakan peristiwa yang paling ditunggu-tunggu oleh segenap rakyat Edholm.Di seluruh penjuru kerajaan, rakyat bersuka cita. Suara lonceng besar di menara pusat berdentang keras, mengirimkan kabar gembira bahwa anak Raja Rehan dan Permaisuri Natasya telah lahir. Seluruh Edholm bergetar dalam gemuruh perayaan, tak ada seorang pun yang bisa melawan dorongan hati untuk bersorak bahagia. Sebuah era baru telah dimulai, dan bersama kelahiran bayi kerajaan, muncul harapan baru yang begitu dinantikan oleh rakyat yang selama ini hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.Rakyat Edholm Bersuka CitaDi pasar-pasar yang biasanya dipenuhi ter

  • Sang Penguasa    bab 44: Sang Cahaya Baru di Langit Edholm

    Malam di Edholm terasa berbeda dari biasanya. Bintang-bintang tampak lebih terang, seolah alam semesta menyaksikan momen yang begitu agung. Angin malam berhembus pelan, menyelusup lembut di antara pepohonan istana, membawa bisikan-bisikan dari zaman yang telah lama berlalu. Di istana megah itu, waktu seakan terhenti; segenap kehidupan seolah tertumpu pada satu titik—di mana Natasya, permaisuri tercinta, tengah berada di ambang keajaiban yang telah lama dinantikan. Di dalam kamar yang dipenuhi cahaya lilin lembut, Natasya terbaring, matanya memancarkan kekuatan dari dalam dirinya. Ia telah melewati perjalanan yang panjang, sembilan bulan yang penuh cinta, harapan, dan impian. Kini, waktunya telah tiba. Tubuhnya adalah samudra yang menggulung gelombang, setiap tarikan napasnya seperti pasang yang naik, memanggil kehidupan yang akan segera hadir. Rehan berada di sisinya, menggenggam erat tangan Natasya, seolah tak ingin melepaskannya pada detik-detik genting ini. Wajahnya tegang, namun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status