Hanah tak perduli, dia masih penasaran dengan lelaki itu.
"Serius, aku kecewa dengan selera kamu Hanah. Coba pikirkan level kamu dengannya, bahkan aku tidak mengira dia membayar berkuliah di sini. Bisa saja dia cuma siswa penerima bantuan.""Terserah kalian mau bilang apa, aku kan cuma penasaran, kenapa kalian ribut?""Enggak Han, kamu itu tertarik sama tuh cowok."Hanah menggigit bibirnya, "Dia sudah beristri, aku bisa apa," lirihnya nyaris tak terdengar.Sementara itu Jono melenggang ke area kampus dengan tenang. Saat itu ia melihat seorang gadis yang cukup di kenalnya berada di sudut ruangan."Laila?" gumamnya keheranan. "Apa dia sungguh berkuliah di sini?"Gadis itu masih fokus dengan penjelasan seorang dosen di depan kelas. Tentu saja Jono sangat terkejut melihat Laila yang dulu bekerja sebagai pelayan di rumahnya berada dalam satu ruangan dengannya.Beberapa menit kemudian dosen sudah selesai dengan mata kWiliam masih diam memperhatikan Jono.Ia tidak melihat Jono datang sebagai pengacau. Bisa jadi Jono memanglah kerabat istrinya."Kalau begitu, kita adalah orang dekat. Maaf karena aku tidak mengenalmu," kata Wiliam merendah."Bagus. Tapi aku memintamu untuk membatalkan kerja sama dengan Gress korporasi, bukankah perusahaan itu tidak terlalu bagus untukmu?"Gress adalah perusahaan milik Desta, perusahaan tersebut sedang devisit dan nyaris tumbang karena kekacauan manajemen."Tapi... bagaimana kau bisa tahu soal itu? Aku bahkan belum memutuskan apapun."Jono tertawa tanpa suara, ia juga tahu perusahaan Wiliam dalam kondisi pailit. Bagaimana dia bisa tahu? Ah, apa susahnya jika memiliki banyak uang? "Putuskan saja sekarang, lalu jual perusahaanmu padaku, beres bukan?"Mendengar hal itu Wiliam malah heran sekarang. Air wajahnya berubah merah padam. Tersinggung."Jangan percaya, sayang. Dia cuma orang miski
Hati Winda meremang, ia merasa Jono telah menipunya selama ini. Ini sangat tidak adil karena hidupnya sangat sengsara waktu itu."Mas, apa semua ini nyata?" Winda mengejar langkah Jono yang menuju gerbang sementara pengawal masih mengekor di belakang Jono.Jono meliriknya sekilas, dia hanya melihat seujung kuku, seolah tak pernah mengenalnya."Mas, jelaskan padaku, kau sengaja menyembunyikan kekayaanmu supaya aku tidak memintanya darimu? Apa sih tujuanmu sebenarnya?!" ujarnya dan menarik ujung kemeja yang dikenakan Jono.Tak ayal lagi Jono tidak bisa melanjutkan langkahnya. Ia terhenti karena tarikan Winda."Kau siapa berani bertanya tujuanku? Kalau memang seperti itu, bukankah lebih menyenangkan kamu? Kita sudah bebas sekarang, menikah saja dengan Desta, jangan urusi hidupku!""Mas! Kau harus membayar kesalahanmu karena menipuku!" teriak Winda, tapi Jono sudah tidak menggubrisnya.Desta juga bisa melihatnya, melihat bag
Jono diam, ia memang sedang kesal karena ayahnya membahas soal pernikahan. Masalah ibunya memang bukan salah ayahnya sepenuhnya, tapi biar saja ayahnya merasa disalahkan sekarang ini."Ibumu, apa yang kau dapatkan?" lanjut Jovan kemudian. "Tidak banyak, dia ada di Jakarta ini, tapi mungkin tidak baik-baik saja."Tangan Jovan mulai gemetaran mendengar kabar istrinya tidak baik-baik saja. Ia takut wanita itu lebih menderita lagi."Itu semua salahku, seharusnya aku bisa melakukan sesuatu untuk membawanya jauh dan tidak ditemukan.""Ayah, masa lalu tidak lagi penting saat ini. Bagaimanapun caranya aku pasti akan menemukan ibu, ayah tidak usah berpikiran semacam itu dan menyalahkan diri sendiri."Sejumput air bening menyembul di sudut mata yang mulai kentara garis keriputnya, hati Jono menjadi sesak melihat ayahnya bersedih.Ia mulai menyesal sekarang, hati ayahnya yang selembut sutra menjadi luapan kekesalannya tadi."A
Jono merenungi ucapan Hanah.'Manusia memang bisa cepat berubah,' batinnya. Tapi Laila adalah gadis baik yang selama ini dikenalnya, mana mungkin melakukan sesuatu yang tidak bermoral?"Dimana aku bisa menemuinya dalam keadaan seperti itu? Seperti yang kamu katakan?""Itu mudah. Dia selalu ada di klub Fantasia, bahkan banyak seusia Laila yang lebih cantik dan aduhai di sana. Kenapa? Kau penasaran?"Jono gugup. Penasaran? Tentu, tapi bukan karena mau melakukan perbuatan amoral. Akan tetapi ia butuh menolong Laila jika diperlukan.Tidak seharusnya Laila berada di tempat seperti itu.Ia mulai terluka mendengar kisah ini, ia tidak bisa menerimanya!"Jonathan, apakah kau mau menemui Laila di klub Fantasia?"Jono terkejut, bukan urusan Hanah bagaimana ia menemui Laila."Tidak, tentu saja tidak. Bukankah itu tempat terkutuk? Aku bukan penggemar sebuah klub yang tidak berguna."Hanah terkekeh, ia berpikir Jono
Hanah mematut dirinya di cermin. Iapun melepaskan dua giwang yang berderet di telinga kanan kirinya. Ia akan merubah sedikit penampilan urakan dan tomboi nya dengan penampilan yang lebih feminim."Kalau rumor itu benar, artinya aku masih memiliki kesempatan untuk mendekati dia," lirihnya berbicara dengan dirinya sendiri di cermin.Ada salah seorang temannya mengatakan bahwa Jono adalah seorang duda. Jadi tidak benar Jono adalah seorang pria yang beristri.Hanah juga merapikan potongan rambutnya lalu memoles sedikit lipstik berwarna jambu di bibir tipisnya.Saat melihat ayahnya masuk, ia mengembangkan senyum pada ayahnya."Hanah, ayah harus pergi, bisakah kau menemui Tante Bianca sendirian?"Hanah langsung cemberut, ia tahu hal itu harus membuatnya bertemu dengan Leo si bodyguard es itu lagi."Ayah, Tante Bianca selalu memintaku mengobrol dengan Leo, padahal ayah tahu Leo seperti apa?"Jovan tertawa lebar. Sebena
Jovan yakin Jono telah salah faham dengan foto para gadis itu.Putranya terlihat sangat cemburu, berpikir bahwa perasaannya terhadap ibunya adalah kepalsuan."Ini adalah bukti bahwa ayah memang tidak mencintai ibu. Kenapa ayah melakukannya? Seharusnya ayah tidak perlu berpura-pura seolah menjadi suami yang setia?""Duduklah, dan tenangkan dirimu. Itu semua bukan untuk ayah."Meskipun sangat kesal Jono menurut, iapun duduk di hadapan ayahnya."Baik, jelaskan!" katanya tegas, membuat Jovan tersenyum geli."Foto-foto itu... Sebenarnya ayah berpikir untuk menikahkan kamu dengan salah satu diantara mereka. Akan tetapi kamu menolak tawaran ayah untuk menikah dengan salah satu diantaranya," kata Jovan kemudian.Jono langsung menegang, "Menikah? Perjodohan?"Jovan mengangguk. "Teman-teman ayah memiliki beberapa kenalan dan mereka merekomendasikan ayah gadis-gadis ini."Jono menggaruk kepalanya. Memang benar tempo ha
"Maafkan aku, aku sungguh tidak sedang mengusirmu.""Tenang saja, aku tahu kau pasti tidak enak karena bersama seorang gadis di hadapan ayahmu. Itu lumrah, apalagi jika itu adalah istrimu, pasti mereka akan salah faham."Mendengar itu Jono hanya tersenyum kecut. Istri adalah hal yang paling mengguncang perasaannya. Kalau perlu ia akan membalas wanita itu dengan mendapatkan wanita yang lebih cantik dan sempurna.Hanah memasuki mobilnya dan melaju pergi meninggalkan apartemen Jono.Sementara itu Jovan baru saja menikung masuk ke dalam pelataran apartemen."Nyaris saja...," gumam Jono karena kepergian Hanah yang tidak berselang lama dengan kedatangan ayahnya."Kenapa ada di luar?" tanya Jovan saat turun dari mobilnya. "Aku melihat ada mobil baru keluar dari sini, apa dia teman wanitamu?""Ah, hanya teman kuliah, ada tugas kelompok dan baru saja selesai.""Kenapa nggak tunggu ayah? Kita bisa makan malam bersama."
Jovan menggelengkan kepalanya tak percaya dengan pilihan Jono.Diantara empat gadis itu, Laila adalah yang terburuk."Kenapa ayah? Ayah tidak menyukainya? Kalau ayah tidak suka, lupakan saja soal pernikahan.""Tunggu, ayah cuma penasaran kenapa kamu memilihnya. Dia adalah gadis yang paling kampungan dan juga sangat miskin, ayah tidak menyangka."Jono pun tak mengerti. Bahkan rumor yang ia dengar dari Hanah cukup menjijikkan. Lalu kenapa dia justru memilih Laila? Bagaimana kalau Laila lebih buruk dari Winda?"Ayah, ini adalah kesepakatan. Ayah cuma ingin aku menikah dan melahirkan seorang anak, apa itu tidak cukup?""Seharusnya kau menikahi wanita yang kau cintai, itu yang ayah harapkan.""Kalau begitu, lupakan saja pernikahan. Selesai."Jovan mendesah. Ia sangat takut kalau Jono sampai tidak menikah dan ia tidak punya harapan memiliki cucu. Bagus juga kalaupun Jono tidak mencintai gadis itu, tapi tetap bisa punya ket