Share

Tea Time

Keesokkan harinya,

"Yang mulia, anda ingin gaya rambut seperti apa?" ucap Marrie seraya menyisir rambut pirang keemasan itu.

Sejak kejadian kemarin, banyak hal yang berubah. Para pekerja di istana Lily bertambah dan diganti, makanan yang mereka sajikan tidak lagi sup sayuran seperti biasanya.

Kemarin juga para pekerja butik datang untuk mengukur Isandra. Sepertinya perlakuan count Berrel selama ini telah terungkap, namun belum ada satupun kabar mengenai hukumannya.

"Kepang saja ke samping Marrie, aku ingin menggunakan perhiasan dan gaun yang kaisar berikan" ucap Isandra.

Marrie pun menurut dan mulai melakukan pekerjaannya, ia menyisir kemudian mengepang rambut pirang panjang Isandra ke samping.

Menghasilkan kepangan yang cantik dan rapih, tak lupa sedikit anak rambut Isandra ia sisakan di bagian kanan dan kiri untuk menambah kesan indah.

Isandra mengenakan gaun berwarna biru indah yang kemarin dihadiahkan kaisar, cocok dengan warna mata sekaligus perhiasannya.

"Oh astaga tuan putri cantik sekali" ucap Marrie sembari mengusap air mata di sudut matanya. Ya, kepuasan setiap dayang adalah saat tuan mereka tampil cantik memesona.

"Sudah Marrie, kita harus bergegas" ucap Isandra. Sebenarnya ia hanya malu karena terlalu banyak dipuji.

~~//~~

"Anda sudah tampan, yang mulia. Saya mohon untuk segera menuju taman yang sudah disiapkan" ucapnya.

"Ck yang benar? Apa Isandra akan berpikir sama denganmu?" tanya Galen ragu. Tolong yang mulia, anda adalah pria incaran nomor satu se-Eleino saat masih muda, bahkan hingga sekarang pun masih begitu. Jadi jangan khawatirkan penampilan anda.

Tok tok tok

Mereka berdua menoleh saat pintu kamar Galen diketuk, "Masuk" ucap Galen.

Ceklek

Evan mengeluarkan kepalanya dari sela pintu, "Ayah kenapa lama sekali? Isandra sudah menunggu sedari tadi" ucap Evan kesal.

"Benarkah? Kalau begitu, ayo" ucap Galen segera berjalan keluar dari kamarnya.

Noah menghela nafasnya panjang, dulu hanya mendiang permaisuri yang bisa membuat Galen pusing dengan penampilannya sendiri.

~~//~~

Sebuah taman yang indah, banyak bunga bermekaran dengan berbagai macam bentuk dan warna. Nampak seorang gadis cantik jelita yang tengah duduk sendirian di sebuah meja teh dengan beberapa camilan di hadapannya.

Isandra masih bersabar menunggu sang kaisar untuk datang. Marrie sudah lama ia minta untuk menunggu di tempat lain, karena memang beginilah aturannya.

"Isandra"

Sang empunya nama menoleh saat namanya disebut, nampak seorang pria tampan dengan surai seputih awan dan mata emas yang menyala.

Juga seorang pemuda yang berusia sekitar 20 tahun memiliki surai keemasan seperti Isandra dan mata emas yang mirip dengan pria berambut putih itu.

Isandra sempat mematung sejenak, astaga ia bahkan bisa saja melupakan para husbunya jika begini terus. 'Seandainya sahabat perwibuanku bisa melihat ini' batinnya terpesona.

Namun sepersekian detik kemudian ia segera berdiri kemudian membungkuk seraya melebarkan kedua sisi gaunnya. "Saya memberi salam kepada yang mulia kaisar dan yang mulia putra mahkota" ucap Isandra sopan.

Galen tersenyum pahit melihat putrinya, 'Kesopananmu itu menyakitiku puteriku' lirihnya di dalam hari. "Angkat kepalamu" ucap Galen.

Isandra pun mengangkat kepalanya, nampak Galen dan Evan kini sudah mengambil posisi duduk yang berhadapan dengan kursi Isandra.

Setelah mereka duduk, Isandra pun menuangkan teh di cangkir mereka masing-masing terlebih dahulu baru menyusul duduk di kursinya. Jangan tanya ia memelajari etiket darimana, semua ini berkat Marrie dan Ilmu Etiket SKS.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Galen seraya mengangkat cangkir tehnya, kemudian menyesapnya pelan.

"Saya sudah sangat sehat yang mulia, terima kasih atas pengertian anda" ucap Isandra sopan.

Galen tersenyum kecil, "Syukurlah kalau begitu, katakan saja jika kau menginginkan sesuatu" ucap Galen.

"Baik yang mulia, sekali lagi terima kasih banyak" ucap Isandra.

'Kenapa dia tidak memanggilku ayah?' batin Galen sedih.

Karena keduanya nampak diam dalam kecanggungan, Evan pun berinisiatif membuka pembicaraan.

"Kau terlihat sangat cantik hari ini, hadiah yang diberikan ayah terlihat sangat cocok untukmu, apa kau menyukainya?" tanya Evan.

Isandra menoleh ke arah kakaknya itu dengan wajah bersemu, "T-terima kasih yang mulia. Sa-saya menyukainya" ucap Isandra malu. Ayolah siapa yang tidak malu dipuji oleh makhluk tampan surgawi seperti ini?

Evan terkekeh geli melihat adiknya yang bersemu malu, "Kalau begitu, maukah kau berjalan-jalan ke ibukota bersamaku? Kita akan berbelanja dan menghabiskan uang ayah" ucapnya tertawa jahat.

"Kondisikan ekspresimu Estevan" ucap Galen seraya menyeruput tehnya, nampak bibirnya mengurva tersenyum dibalik cangkir teh itu. Sebenarnya ia juga tengah menahan tawanya, wajah merona Isandra sangat lucu menurutnya.

"Akan saya pikirkan ajakan anda yang mulia" ucap Isandra.

Mereka kembali terdiam seraya menyeruput tehnya, Galen nampak mengode Evan dengan sebuah anggukkan.

Evan pun membalas anggukkan ayahnya itu, kemudian mengode pada penjaga yang berdiri sekitar 10 meter dari tempat mereka duduk.

"Isandra, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu" ucap Galen. Isandra menatap ayahnya itu bingung. Siapa? Mengatakan apa?

"Lepaskan aku! Kalian tidak tahu aku ini siapa?! Dasar penjaga tidak berguna! Lepaskan! Lepaskan!"

Isandra menoleh saat mendengar suara seorang pria yang ribut meminta dilepaskan, matanya membola saat melihat count Berrel yang diikat tangan dan kakinya, tengah diseret oleh dua orang penjaga.

Bruk

Count Berrel jatuh dengan tidak elitnya, wajahnya mencium rumput taman itu dengan bokong yang menungging. Isandra masih menatap count Berrel dengan tatapan rumitnya.

"Yang mulia, ini...apa maksudnya?" tanya Isandra.

"Dia mengambil uang yang seharusnya kuberikan untukmu. Lalu menghabiskannya pada minuman keras dan berjudi. Jadi aku membawanya kemari untuk meminta maaf padamu" ucap Galen.

Isandra terdiam, padahal selama ini Isandralah yang menyiksa dirinya sendiri. "Y-yang mulia, saya-"

"Tunggu, yang mulia. Saya mengambil uang itu karena gadis ini tidak pernah mau menggunakannya. Saya tid-"

Dugh

"Aakkkhhhhh" count Berrel mengerang kesakitan saat Evan menginjak punggungnya, membuat kepala sang empu kini menyentuh tanah.

"Jaga ucapanmu, dia adalah putri kekaisaran ini" ucap Evan dingin seraya menatap Berrel rendah.

"Isandra, apa itu benar? Kau tidak pernah menyentuh uang yang kuberikan? Kenapa?" tanya Galen sedih.

Isandra menatap kesedihan Galen dengan tatapan terkejutnya, bukankah ia tidak pernah menyayangi Isandra? Kenapa ia sedih saat Isandra tidak menerina uang yang ia berikan?

Bruk

TBC

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status