Share

Invitation

Isandra terdiam, kondisinya belum cukup memungkinkan. Seluruh tubuhnya terasa nyeri dan pegal, namun ia merasa tidak enak jika menolak.

"Sir Noah, tolong sampaikan ucapan maaf saya pada yang mulia. Karena sepertinya saya belum mampu untuk memenuhi undangan beliau hari ini. Jika beliau berkenan, bisakah acaranya diundur beberapa hari lagi?" ucapnya..

"Baiklah, yang mulia, saya mengerti. Akan saya sampaikan. Kalau begitu saya undur diri" ucap Noah.

Isandra pun hanya mengangguk, kemudian Noah menunduk hormat dan berjalan keluar dari kamar itu.

Ceklek

Pintu itu tertutup, meninggalkan Isandra dan Marrie sendirian di dalam sana. "Marrie tolong simpan perhiasan dan gaun ini dengan baik" ucapnha seraya memberikan perhiasan dan gaun itu.

"Baik, yang mulia" balas Marrie.

Isandra pun melanjutkan makan siangku yang sempat tertunda, 'Astaga mengangkat sendok ini saja rasanya berat sekali' batin Isandra mengeluh.

"Marrie berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanyanya.

"Seminggu yang mulia" jawab Marrie.

Clang

Garpu yang dipegang Isandra pun jatuh, ia menatap Marrie terkejut, "A-apa?!" ucapnya tidak percaya.

Isandra bicara dengan Flammedra tidak sampai satu jam tapi ia tidak sadarkan diri selama seminggu? Yang benar saja!

"S-saya tidak berbohong, yang mulia. Anda benar-benar sudah seminggu tidak sadarkan diri, bahkan yang mulia kaisar sendiri sering menjenguk anda saat mal- hmph" Marrie menutup mulutnya sendiri saat mengucapkan 'Yang mulia kaisar'

Isandra menaikkan sebelah alisnya, 'Dia datang menjenguk saat malam hari? Bukankah dia membenci Isandra? Untuk apa dia datang menjenguk?' batin Isandra heran. Ia pun menggeleng pelan, kepalanya pusing jadi sebaiknya kesampingkan dulu saja.

Apapun itu, ia tidak boleh terlalu hanyut.

~~//~~

Di sebuah ruang kerja besar, nampak seorang pria dengan surai putihnya tengah berjalan mondar mandir sembari menggigit kukunya. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seperti tengah mengkhawatirkan sesuatu.

Tok tok tok

Ia menoleh dengan cepat saat pintu itu diketuk, "Masuk" ucapnya.

Ceklek

Pintu terbuka, seorang pria berambut hijau masuk kemudian menunduk hormat, "Yang mulia" sapanya.

"Bagaimana?" tanya Galen cepat. Ia sedari tadi menunggu kembalinya Noah dari kamar tempat Isandra dirawat.

"Tuan putri menerima hadiah anda yang mulia, beliau bahkan memuji hadiah anda. Beliau mengucapkan terima kasih atas hadiah itu"ucap Noah. Nampak Galen membelalak terkejut mendengar hal itu.

"Benarkah?!" tanyanya. Tentu saja ia terkejut, Isandra selama ini selalu menolak haidahnya, dan juga perawatan yang ia berikan. Itu sebabnya Galen kerap berpikir bahwa Isandra membencinya.

"Benar yang mulia" jawab Noah.

"Lalu, undanganku?" tanya Galen.

"Maaf yang mulia, tuan puteri mengatakan bahwa keadaannya sedang tidak memungkinkan jadi dia tidak bisa memenuhi undangan anda" ucap Noah.

Galen menunduk sedih, "Sepertinya dia memang membenciku" lirih Galen.

"Tidak yang mulia, bukan begitu. Tuan puteri tidak menolak karena membenci anda, beliau bahkan mengatakan untuk mengundur undangan anda sampai kondisi beliau memungkinkan. Itu artinya beliau menerima undangan anda" ucap Noah.

Galen tersenyum kecil, ia senang saat mendengar Noah mengatakan bahwa Isandra tidak membencinya. Ah ia jadi tidak sabar menantikan hari dimana ia menikmati teh bersama puterinya.

'Mulai sekarang, aku akan merubah semuanya'

Dua hari kemudian,

Klang krieett

"Yo count bajingan"

Sapa seorang pemuda pirang dengan santai pada pria buncit yang terikat di kursi, count Berrel. Ia nampak tidak baik-baik saja sejak kejadian mengamuknya Isandra. Sudah dua hari ia ditahan, dan tidak diberi makan maupun air setetespun.

"Ck hey! Bangun!" seru pemuda itu. Siapa lagi kalau bukan Evan? Putra mahkota kekaisaran Eleino.

Bugh

"Kkhhhhh huff huff" count Berrel mengerang kesakitan saat bogeman mentah dari Evan mengenai wajahnya. Jangan berharap akan dibangunkan dengan disiram air, itu terlalu lembut.

"Bangun" ucap Evan dingin. Mata emas itu berkilat tajam menatapnya rendah, ah ini dia sifat asli Evan.

"Y-yang Mulia? S-s-saya mo-"

Bugh

"Aakkhhh" erangan kesakitan kembali terdengar saat Evan melayangkan bogemannya lagi ke wajah count Berrel.

"Siapa yang mengizinkanmu berbicara?" tanya Evan dengan nada dingin nan seram. Membuat count Berrel bergetar ketakutan saat melihat mata emas menyala itu.

Sebenarnya darah kekaisaran sendiri sudah cukup menakutkan, tapi darah Aquillio ini sudah berbeda level. Keluarga yang dulunya adalah Grand Duke itu benar-benar bagaikan monster.

Belum lagi keturunan mereka yang selalu mendapatkan Guardian, membuat mereka ditakuti oleh seluruh kalangan.

Dan sekarang, darah Aquillio bercampur dengan darah Eleino, keluarga kaisar yang terkenal dengan elemen api serta sihir sucinya. Tentu saja membuat mereka tidak terkalahkan.

Saat Count Berrel sudah diam, Evan pun tersenyum miring. "Saat sampai di ruang kerjamu, kulihat banyak sekali botol wine berserakan" ucap Evan seraya berjalan menuju meja panjang dengan berbagai macam alat penyiksa di atasnya.

Tangannya terulur mengambil sebuah penjepit kecil yang biasanya digunakan untuk mencabut kuku tahanan, "Dan kusadari bahwa gaun adikku sangat lusuh, tubuhnya begitu kurus dan tidak terawat, apa semua ini ada hubungannya count?" tanya Evan seraya berjalan mendekati count Berrel.

"Sa-saya... Saya-aakkkhhhh" suara erangan kembali terdengar saat Evan mencabut kuku di jari kelingking count Berrel.

"Jangan gugup begitu. Jawab 'iya' jika memang benar, dan jawab 'tidak' jika itu tidak benar. Mungkin aku akan mengampunimu jika kau mengaku" ucap Evan datar.

"I-i-iya ya-yang mulia. It-itu benar" ucap count Berrel dengan tubuh gemetarnya.

Rahang Evan mengeras, ia mengepalkan tangannya kuat hingga buku-buku jari itu memutih. Haruskah ia bunuh count sialan ini sekarang?

Ah tidak, ayahnya akan marah jika dia mengambil keputusan seenaknya. Baiklah, mari beri dia udara untuk bernafas sejenak.

"Besok kau akan menemui seseorang, berdoalah semoga dia mau mengampunimu" ucap Evan seraya berjalan keluar dari ruangan itu.

TBC

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status