“Bukannya kamu sama si Christ itu sudah putus?” Aga meletakkan satu gelas teh hangat di atas nakas, lalu berdiri dengan melipat tangan di depan dada. Wajahnya terulas masam karena mengingat nama Christ yang terpampang di ponsel milik Bening.
“Suudaah,” jawab Bening kemudian bangkit dan menggeser bokongnya sedikit demi sedikit mendekati nakas.
“Kamu ngabari dia kalau lagi sakit?”
“I-ya.” Bening bersila lalu mengambil bantal untuk menutupi pahanya yang terbuka lebar di depan Aga. Meraih gelas teh, lalu meminumnya sedikit demi sedikit, dengan terus menatap wajar datar Aga dengan tanda tanya. “Pak Aga tahu dari mana?”
“Dia barusan nelpon dan saya yang angkat.”
“Kok nggak dikasih ke saya, telponnya?” Bening sediki
Mulut Bening sibuk mendesis nyeri sedari tadi. Tubuhnya sudah tidak sabar ingin berbaring, setelah memeriksaan diri di rumah sakit bersama Aga.“Pak, tebus obatnya di apotek luar aja,” pinta Bening setelah kembali dari toilet. “Pengen pulang, terus baring aja seharian.”“Telat.” Aga meraih tangan Bening yang berdiri di depannya dan membawa tubuh itu untuk duduk di sampingnya. “Resepnya sudah masuk ke dalam.”Bening menghela, dan langsung merebahkan kepalanya di pundak Aga karena mengantuk. Setelah semalaman tidurnya tidak tenang karena perut yang melilit, maka pagi ini Bening dilanda kantuk yang luar biasa.“Apartemen sama rumah sakit juga nggak jauh, Ning,” lanjut Aga membiarkan gadis itu berada di pundaknya. &
Menikah.Satu kata itu, tentu saja sering terlontar dari mulut Bening ketika masih menjalin kasih dengan Christ. Ketika menikah nanti, Bening memiliki impian untuk mengadakan pesta pernikahan yang sangat mewah dengan dihadiri banyak tamu dari segala kalangan.Bening betul-betul ingin menjadi ratu sehari, yang bersanding dengan sang raja yang dicintainya.Akan tetapi, jika hanya pergi ke penghulu dan sah, seperti kata Aga, Bening mana mau melakukannya. Lagi pula, Bening juga tidak yakin kalau ia juga memiliki rasa suka, seperti yang selalu Aga katakan.“Bisa nggak, kalau masuk ke sini pencet bel dulu,” protes Bening sembari mematikan kompor. “Saya itu sudah lumayan sehat, jadi sudah bisa bukain Bapak pintu.”
Dari jarak lima meter, Bening sudah bisa melihat kalau pintu ruangan Rohit terbuka sekitar sepuluh sentimeter. Sementara itu, meja sekretaris yang ada di depan ruang pria itu terlihat kosong dan bersih. Tidak seperti biasanya. Bening menebak, kalau sekretaris Rohit hari ini tidak masuk kerja.Saat sudah berada di depan pintu dan hendak mengetuknya, Bening langsung mengurungkan niatnya sejenak. Ada suara wanita yang sudah sangat ia kenal tengah berbicara serius dengan Rohit, yaitu Vira. Untuk itu, Bening hanya berdiri dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menguping pembicaraan tersebut.“Sisil?” Suara Rohit terdengar melempar pertanyaan pada lawan bicaranya.“Iya, sekarang yang megang kasusnya si Sisil, itu. Karena, juniornya si … Oky itu, kecelakan tunggal dan kakinya patah.”
Kelopak mata Awan mengedip hingga berkali-kali, saat melihat wanita dewasa yang berada di samping sang papa tersenyum padanya.“Tante siapa?” tanya Awan seraya mendongak dan mempertemukan tatapan bingungnya pada Bening.“Ini Tante—”“Cantik!” potong Bening tiba-tiba sambil berjongkok cepat di depan bocah yang wajahnya sangat mirip dengan Aga. Semoga saja, hanya wajahnya yang mirip, tapi tidak dengan sifatnya. “Panggil aja Tante Cantik.”Bening kemudian mendongak untuk melotot pada Aga. Ia tidak ingin Aga menyebutkan nama Bening di hadapan Awan. Bening khawatir, jika Awan akan menceritakan tentang pertemuannya ini pada Vira nantinya. Kalau hal itu sampai terjadi, Vira sudah pasti akan menuduh bahwa Beninglah yang telah
Bening tidak mengerti, harus berbicara seperti apa dengan Awan ketika dirinya hanya berada berdua dengan bocah tersebut. Sementara Aga, kini meninggalkan dirinya ke toilet dan kepergian pria itu terasa sangat lama sekali.“Tante tinggal di mana?” tanya Awan setelah menelan satu gigitan burger ke dalam perutnya. Sedari tadi, bocah tersebut terlihat senang-senang saja ketika mereka jalan bertiga seperti sekarang. Bening jadi prihatin, bagaimana kira-kira perasaan Awan ketika tahu bahwa kedua orang tuanya nanti bercerai.Lantas, siapa yang akan merawat Awan nantinya? Di mana bocah itu akan tinggal, dalam artian, ke mana hak asuhnya akan berada?“Tinggal di apartemen.”“Papaku apartemennya ada banyak,” pamer Awan seperti kebanyakan anak ke
Haluuh semuaa ...Ada total 2000 koin gratis dari Sang Sekretaris dan Cinderella Hot Story untuk 10 pembaca yang beruntung. It means 200 koin untuk 1 pembaca. Caranya gampang dund, yaitu : 1. Kasih komen bintang ***** di salah satu novel on going yang saia sebut di atas. NOTE : Bukan komen di bab yakk, tapi di luar bab yang ada bintangnya.2. Follow igeh saia @kanietha_ Gampang, kan ~~ Bagi yang beruntung, akan diumumkan tanggal 4 April yakk.Makasiy banyak buat yang sudah sabar menunggu update dari saia yang belakangan ini rada riweuh dengan dunia nyata. Kisseeedd .... PS : Bakal ada hadiah plus-plus untuk 3 orang pemberi gems terbanyak di masing-masing cerita, dan akan diumumkan setelah tamat yakk. ¡Buena suerte!
Pagi ini, perut Bening hanya terisi oleh segelas kopi pahit yang belum ia habiskan. Nasi yang ia masak sudah matang sedari tadi, tapi Bening tidak memiliki selera makan sama sekali. Sejak kemarin, Bening selalu saja memikirkan nasib Awan, serta Aga yang ngotot hendak mengajaknya menikah.Sebenarnya, apa yang Aga cari dari diri Bening, sampai pria itu seolah sanggup melakukan apa saja untuk memilikinya. Bahkan, Aga sudah tidak segan lagi mengajak Bening untuk datang ke penghulu, agar bisa segera menikah dengannya.Semakin dipikirkan, kepala Bening semakin bertambah pusing saja.Sejurus kemudian, Bening yang masih duduk di meja makan untuk menikmati kopinya pun berdecak keras. Ia melihat pintu unitnya terayun ke dalam, lalu Aga muncul dengan memasang wajah tanpa dosa sama sekali.
Bening memangku wajah dengan kedua tangan di meja makan. Melihat Awan yang tengah menyantap pizza, yang baru saja dibeli dalam perjalanan ke apartemen, setelah menjemput bocah itu pulang sekolah.Pada akhirnya, Bening jadi tidak tega jika harus mengabaikan Awan, dan membiarkan putra Aga itu berada di sekolah hingga sore tanpa ada yang menjemput. Beruntung, urusan Bening dengan Rohit yang dimulai sejak pagi sudah rampung semua. Sehingga, ia bisa menjemput Awan meskipun sedikit telah karena kemacetan di jalan raya yang tidak bisa dihindarkan.Akhirnya, Bening akhirnya bisa bernapas lega. Semua warisan yang diberikan Sinta sudah berpindah dan masuk semua ke dalam rekeningnya. Sejak saat ini, Bening sudah tidak lagi ingin berurusan dengan keluarga Ilham dan semua hal terkait pria itu.Bening ingin menjalani hidup