Hayden duduk santai di kursi agungnya. Di tengah-tengah aula istana kediamannya yang menjadi tempat berpesta. Dengan segelas champagne menggantung diantara kedua jarinya. Ia menikmati pesta kecil yang dirancang oleh istrinya, Fuschia, untuk dirinya dan pasukannya.
Sesekali bibirnya mengukir senyum tatkala menyaksikan para prajuritnya tampak bersenang-senang dengan makanan dan alkohol yang disajikan elok oleh para pelayan. Lantunan musik orkestra mengiringi jalannya dansa para pasangan. Kakinya menghentak kecil, ikut terbawa alunan musik.
“Kau boleh berdansa, Yang Mulia.” Saran Raymon yang berdiri di sisinya masih dengan sikap siaga.
“Mana bisa aku berdansa tanpa pasanganku, Raymon? Aku sudah menjadi pria beristri.”
“Tentu saja, Yang Mulia.”
“Mengapa kau tak berdansa dan menikmati pesta ini, Raymon? Aku melihat banyak nona mencuri pandang kepadamu.”
“Tapi Yang-”
“
Tidak ada kata yang tepat selain keterkejutan saat pintu kamarnya terbuka, dan Fuschia melihat ada orang lain di sana. Fuschia berdiri terpatung di bibir pintu kamarnya. Kepala belakangnya seperti dipukul dengan tongkat baseball. Meskipun ia belum pernah dipukul menggunakan benda itu sebelumnya, tapi ia bisa membayangkan betapa sakitnya. Seperti saat ini. Kepalanya pening seketika.“Fuschiaku, darimana saja kau selama ini?” Tanya Hayden menyelidik, jarinya mengetuk meja tak sabaran.Fuschia masih terpatung. Matanya menangkap Hayden duduk di sofa, sedangkan Raymon berdiri tegap di belakangnya. Dua orang yang paling ia benci di semesta, ada di hadapannya saat dirinya seorang diri. Fuschia menelan ludahnya pahit. Ia menarik nafasnya perlahan.“Hayd- Saya menyapa Yang Mulia Putra Mahkota.” Fuschia membungkuk, tangannya yang sudah kering, kembali basah tatkala menjinjing kecil gaunnya.“Tolong jawab aku, Fuschia.&rdq
Siapa yang menyangka akan ada hari saat Fuschia bisa menikmati sajian teh bersama tokoh-tokoh penting dalam novel ini? Ada Hayden yang dengan anggun duduk di depannya. Lalu ada Raymon berdiri di belakang Hayden dengan sikap siaga, serta Sarah – yang tengah menyamar sebagai Sergei, duduk di sisi Fuschia.Tiga orang busuk yang menertawainya malam itu ada di satu tempat. Dan di sinilah dirinya sekarang, menyeruput teh bersama mereka yang telah membunuhnya.Sesekali Fuschia akan melirik tajam pada Raymon.‘Aku sangat menantikan hari di mana aku bisa melihat tubuhmu dicabik-cabik monster, Raymon.’ Fuschia menggertakkan giginya.Ia menahan emosi marah yang siap meluap dengan menyeduh teh hangat. Sebenarnya ia lebih ke orang yang ngopi, jadi kebiasaan bangsawan di sini meminum teh masih asing untuknya. Sekalipun ia telah melakukan aktivitas ini selama 13 tahun, tetap saja cita rasanya tidak berubah. Ia merindukan kopi yang mampu melegakan
“Itu bukanlah sebuah … rumor, Yang Mulia.” Jawabanku membuat mereka berdua, ah tidak, membuat mereka bertiga syok.“Fuschiaku, apa maksudmu dengan itu?”Oh! Aku sangat suka menyaksikan wajah Hayden terlipat seperti itu. Ekspresi Sarah juga tidak kalah menghibur.“Jika mereka mengatakan kalau aku bermain dengan pria di tempat terpencil lalu membawanya ke Istana Melati, maka itu bukan sebuah rumor, tapi fakta.”“Tapi kenapa?” Sarah melirik Hayden sekilas, aku pun demikian.“Sebentar, Yang Mulia. Apa yang kau pikirkan saat aku mengatakan kalau aku bermain dengan seorang pria? Tidak mungkin... kau tidak mungkin berpikir kalau aku melakukan hal senonoh, bukan? Hohoho.”“Ten-tentu saja, Yang Mulia. Lantas apa yang kau lakukan bersama pria itu?” Sarah menyahuti.“Oh, kami menjadi teman. Dia adalah tukang kebun yang merawat taman di dekat Danau Hi
“Jadi ini benar, Yang Mulia? Ada seseorang yang mencoba meracunimu melalui bahan kimia? Itukah sebabnya kau lebih sering jatuh sakit sejak datang ke Istana?” Kekuatiran Elysian membuat hati Fuschia sedikit lebih hangat.“Mungkin iya, mungkin juga tidak .”Tubuhku memang jauh lebih rentan sakit setelah aku memasuki Istana. Tapi kupikir itu semua terjadi karena mentalku yang sangat lelah. Terutama setelah aku kembali dari masa lalu seperti saat ini. Namun, jika bukan karena stres, mungkinkah Hayden telah melakukan sesuatu?Kalau ingatanku benar, di masa lalu kepalaku terasa berat setelah aku menghabiskan malam bersama Hayden. Waktu itu aku berusaha untuk tampak baik-baik saja sambil menahan pening yang dahsyat. Hingga Hayden memberiku obat itu, yang harus kuminum setiap hari sebagai vitamin.Tapi sekarang, kepalaku sudah terasa berat bahkan sebelum aku menghabiskan malam bersamanya. Apakah aku telah terekspos bahan kimia jebakan Hayd
“Tidak ada. Saya hanya ingin mengirimkan pesan dari Putra Mahkota kepadamu. Beliau tidak ingin orang sembarangan yang menyampaikan pesan itu kepadamu. Jadi saya lah yang diutus.” Ekspresi datar Raymon tampak seperti biasanya, hanya saja Fuschia menangkap kesenduan dari sorot matanya.‘Mengapa kau tampak … tidak tenang? Hampir tidak pernah aku melihatmu gugup seperti itu. Atau jangan-jangan,’“Hmm, begitukah? Kalau kau ada di sini, apa artinya sekarang Putra Mahkota sedang bersama Tuan Sergei di kantornya?”Raymon memandangi Fuschia. “Benar, Tuan Sergei yang menjaga Putra Mahkota.”‘Ohohoho, jadi kau diusir ke mari karena dua orang itu sedang ingin bersama? Itukah sebabnya kau tampak sedikit gelisah? Aku tak mengira seorang yang tangguh dan dingin sepertimu bisa merasa gelisah karena seorang wanita, Raymon.’“Putra Mahkota pasti mengirimmu ke sini agar kau beristira
“Haaaa.” Aku menghela nafas semalaman.Mataku bengap karena aku tidak tidur semalaman. Benar-benar tidak memejamkan mata sejenakpun. Perasaanku campur aduk. Banyak cemas, gelisah, marah, risih, tapi juga excited. Karena akhirnya aku maju selangkah menuju tujuanku, yakni hamil.Tapi tetap saja, berbaring di atas kasur empuk bak marshmallow ini pun tidak membuatku terlelap. Membayangkan besok aku akan menghabiskan malam bersama pria yang tidak aku kenal di atas ranjang ini cukup membuatku terjaga.Aku masih berguling ke sana ke mari menguasai kasurku yang luas. Memporak-porandakan sprei putih yang tiap hari ditata rapi oleh para pelayan. Aku membenamkan kepalaku ke bantal.“Aaaarrrghhh!” Kutarik nafas dalam-dalam, lalu membenamkan kepalaku lagi ke bantal. “Aaaaaaarrrrggghhh!”Di sela-sela jariku sudah banyak rambutku yang rontok akibat tarikan kuatku. Aku bisa saja botak karena mengkhawatirk
Aku menatap kedua mata mereka. Keduanya tampak serius. Tapi wajah serius mereka super menggemaskan. “Pfthehehe. Kalian menggemaskan.” Pujiku, tapi mereka malah mendelik heran.“Hey! Berani-beraninya kau! Mengatai peri menggemaskan!”“Ayolah, itu adalah pujian. Anyway, jadi kenapa aku tidak boleh datang ke tempat itu? Apa kalian tahu sesuatu?”“Huh! Dasar manusia! Bagaimana kau bisa tak tahu padahal kau hidup dekat dengan mereka!”Aku memiringkan kepala karena bingung. Setahuku, kuil adalah tempat untuk berdoa kepada dewa Drachen, pencipta dunia ini, serta yang memberkahi sihir ke tanah ini. Kami sebagai bangsawan lumayan sering mengunjungi tempat itu untuk memberikan offering. Dan offering itu akan disalurkan kepada rakyat jelata yang membutuhkan. Aku pun sesekali mengunjunginya bersama Ibu. Di sana, orang-orangnya ramah dan berkelas. Aku cukup menikmati kunjunganku ke sana karena di sana memiliki efek
Perjalanan ke kuil tidak membutuhkan waktu yang lama. Perjalanannya pun mulus. Kereta kuda tidak seberapa goyang karena jalanan telah diaspal dengan baik. Menunjukkan betapa terurusnya kuil ini.Kereta kudaku telah tiba terlebih dahulu. Disusul dengan kereta kuda Yang Mulia Ratu.“Selamat dating, wahai Matahari kecil kerajaan Drachentia, Yang Mulia Ratu. Serta bulan kecil kerajaan Drachentia, Yang Mulia Putri Mahkota.” Seorang pendeta laki-laki dengan pakaian besar warna putih menyambut kami. Ia tersenyum ramah dan menuntun kami memasuki gedung serba putih itu.Sejak perkenalan dengannya, aku sudah was-was. Karena bisa jadi orang ini adalah seorang alkemis yang sedang menyamar. Entah bahan kimia apa yang telah dibuatnya. Bisa jadi dia adalah alkemis yang membantu Hayden menciptakan senjata itu.“Kau tampak gugup, Putri Mahkota.” Kata Ratu yang duduk di sebelahku.Sekarang kami berada di sebuah ruangan khusus berdoa. Ka