Share

Sang pemilik Hati
Sang pemilik Hati
Author: Ara putri

Prolog

Author: Ara putri
last update Huling Na-update: 2022-02-17 20:58:41

Gadis Patah Hati

 

Cinta tidak bisa dipaksakan. Sekuat apa pun untuk bersatu, tapi jika belum jodoh kita bisa apa?

 

Sedih, penyesalan, patah hati. Mungkin itu yang sedang dirasakan Intan saat ini. Bagaimana tidak? Seseorang yang dulu begitu dicintai, begitu didambakan untuk menjadi teman terbaik untuk sehidup semati, tapi sekarang sedang bersanding dengan orang lain di atas pelaminan mewah itu. Menampilkan senyuman tanpa dosa disana, tidak tahu kah dia? Di sini ada seorang gadis yang telah ia hancurkan hatinya?

 

Bagaimana rasanya jika kamu meminta kepastian, tapi yang kamu dapatkan adalah undangan? Hancur, sedih, tidak percaya dengan apa yang terjadi, itulah yang masih dirasakan Intan. Dirinya masih belum percaya, ternyata semua Ucap manis dulu penuh kebohongan, kata-kata manis itu ternyata racun yang berbisa, yang sekarang mampu merogoh hati gadis cantik itu tanpa perasaan.

 

Intan maju dengan senyum yang dipaksakan di bibirnya, “selamat atas pernikahan kalian ... Aku harap kalian akan selalu bahagia.”  Ucapan Sungguh berbeda dengan pikiran dan hatinya, padahal di dalam ia sedang menyumpah serapah pria yang tersenyum tanpa dosa itu.

 

“Terima kasih sudah mau datang,” ucap sang pengantin wanita yang tersenyum. Intan tahu, wanita itu tidak salah, karena mungkin dia juga tidak tahu apa yang terjadi. Bukankah tidak seharusnya ia juga ikut dibenci?

 

“Tentu saja aku harus datang ... Aku  tidak ingin melewatkan sesuatu yang seharusnya dari lama aku lihat. Tapi meskipun aku terlambat, tidak apa-apa yang terpenting Allah sudah menjauhinya dari ku,” ucap intan sambil melirik sinis sang mantan.

 

Wanita itu hanya terlihat melongo tidak mengerti, sedangkan sang pengantin pria sudah ketar-ketir. Intan tertawa hambar melihat pertunjukan didepanya. Karena sudah tidak ingin mengganggu kebahagiaan orang lain, meskipun kebahagiaan itu di atas penderitaan dirinya sendiri. Ia berlalu pergi dari panggung indah itu dengan senyuman yang dipaksakan.

Percuma ... Percuma jika kita berusaha mempertahankan sebuah hubungan yang sepihak, padahal yang di sana sudah jelas tidak menginginkan dirinya. Luka ini teramat sakit untuk ia rasakan, sampai rasanya ia ingin mengakhiri semuanya. Tapi ... Untuk apa? Bukankah dia harus menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja setelah ditinggalkan. Agar pria itu tahu, diriku bisa lebih bahagia tanpa dirinya.

 

Intan berlari keluar dari rumah yang membuat ia merasa sesak nafas, sesekali ia harus menyeka air matanya yang menetes tanpa malu untuk pria bajingan itu? Ohh ayolah mata, kerja samanya. Sungguh jika dilihat orang-orang disana pasti sangat menyedihkan, tapi untuk sekarang ia tidak pikirkan itu dulu. Lebih baik dia menjauh dari kerumunan.

 

Sampailah di pohon rimbun yang sedikit jauh dengan rumah sang mantan, di sana gadis itu langsung menangis kencang yang dari tadi dirinya coba tahan.  Bahkan dia tanpa malu berteriak keras mengeluarkan keluh kesah dalam hatinya. Dirinya tahu, tempat ini sepi, jadi kemungkinan tidak ada orang yang melihatnya.

 

“Kau menangis untuk dirinya? Padahal dia sudah bahagia dengan orang lain, Apa kau masih Sangat mencintainya? Kau cemburu?”  Intan tersentak kaget mendengar suara seorang pria, padahal tadinya ia pikir hanya dia sendiri di bawah pohon rindang ini. Dan pertanyaan-pertanyaan itu membuat logika Gadis itu kembali.

 

Intan mendongak mencari keberadaan pemilik Sura bas itu.

 

Ahh ... Pohon ini lagi. Padahal pohon ini salah satu saksi bisu saat pria yang diatas pelaminan itu mengucapkan banyak janji-janji manis untuk dirinya, yang pada akhirnya hanya menjadi tak berguna. Karena melamun lagi, gadis itu bahkan mengabaikan keberadaan pria tadi.

“Siapa bilang aku cemburu? Gak kok,” ucap intan sedikit malu karena terpergok sedang menangis.

 

“Lalu kenapa menangis?”

 

“Aku hanya lagi menyesali keadaan ... Kenapa dulu aku begitu percaya dengan janji-janji manisnya, yang ternyata semuanya bohong!”

Pria itu terkekeh geli melihat kekesalan Intan. Padahal tadi begitu menghayati patah hatinya, tapi sekarang langsung berubah ke mode galak. Pria itu memutuskan untuk duduk lebih dekat, meskipun masih dengan jarak aman yang tidak melampaui batas.

 

“Itulah kenapa Allah melarang kita untuk berpacaran, karena dia tidak ingin umatnya merasakan sakit hati seperti ini.” Intan terdiam mendengarnya, sesekali masih berlanjut menyeka air matanya. “Untuk apa berpacaran, yang pada akhirnya hanya menambahkan dosa. Kamu lihat kan? Bukan cinta yang kamu dapatkan tapi hanya menjadi penjaga jodoh orang!”

 

Deg

 

Hati gadis itu berdetak kencang mendengar perkataan pria yang tidak dikenalnya itu. Sepertinya dia seorang pria lulusan pondok, terlihat gaya berpakaiannya yang terlihat seperti pria baik-baik.

 

“Kalau begitu tolong katakan, bagaimana cara mencari jodoh yang baik?” tanya Intan yang sudah bisa menguasai diriku, dia tidak lagi menangis.

 

“Ta’aruf,”

 

Intan tidak setuju dengan pendapat itu, baginya itu cara yang sangat kuno. Bukankah pacaran lebih baik? Kita bisa melihat dan mempelajari sifat lawan jenis kita. Lagi pula kita tidak tahu kan, bagaimana kalau ternyata pria itu kasar dan suka memukul, itu pasti akan membuat dirinya menyesal karena sudah memilih untuk berjodoh dengan pilihan orang lain.

 

“Kau pasti berpikir cara itu sangat kuno, tapi percayalah tidak ada ajaran Allah itu menyesatkan.”

 

“Bagimu berbicara itu mudah, tapi menjalankannya lah yang susah. Tidak ada yang bisa menjamin akan bahagia dengan menikah seperti itu, bagaimana bisa hidup  bersama dengan seseorang yang belum kita kenal dengan baik?”

 

Pria itu menyeringai, “Lalu? Apa kau sudah bahagia dengan seseorang yang sudah kau kenal dengan baik? Bukankah berpacaran belum tentu menjamin sebuah kebahagiaan?” Pertanyaan-pertanyaan itu sungguh membuat hati Intan kembali berdenyut perih. “Kau hanya belum tahu, berpacaran setelah menikah itu lebih indah dari yang dibayangkan. Apa pun yang dilakukan berdua semuanya halal, tidak perlu berpikir lagi takut berbuat zina yang berujung dosa.” Pria itu bahkan tidak lelah untuk menjelaskan semua itu pada gadis disamping-Nya, bahkan ia terlihat sangat menghayati Ucap yang keluar dari bibir tipisnya itu.

 

Tidak sadarkan dia, ada seseorang yang sedang terpesona!!

 

Untuk kali ini Intan tidak punya jawaban lagi. Apa yang dikatakan pria itu memang benar, meskipun sudah berpacaran tiga tahun, tetap saja pria itu menghianatinya. Bahkan orang yang baru saja ia kenal bisa membuka ia nyaman bercerita banyak hal seperti ini, bahkan bisa membuat ia seolah lupa bahwa hari ini hari menyediakan untuknya.

Intan tersenyum kecut menyadari kenyataan, ternyata tidak seindah yang di bayangkan nya dulu. Semuanya berubah dengan seiringnya waktu. Dan waktu sekarang menjelaskan, ternyata orang asing bisa membuat ia senyaman ini mengeluarkan keluh kesahnya. Ini sungguh luar biasa, membuat dirinya merasa lebih baik.

 

Sebuah ide gila langsung menghiasi otak abstrak Intan. Sekarang gilirannya yang menyeringai, membuat pria itu bergidik ngeri dengan senyum aneh Intan. Bukankah pria itu bilang berpacaran setelah menikah itu indah? Jadi sekarang waktunya untuk menggoda pria ini. Ehh ... Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu!

 

“Siapa nama mu tuan yang bijak?” Pertanyaan Intan membuat  pria itu gelagapan sendiri.

 

“Zaki alfahri.” Jawa pria itu sedikit gugup.

 

“Ya sudah...,”

 

“Apanya?” tanya pria itu bingung.

Intan tersenyum lebar, membuat perasaan Zaki semakin tidak enak.  Sebelum mengucapkannya Intan memilih untuk berjalan menjauh, karena ia tahu mungkin setelah ini dia pasti disangka gila oleh pria yang baru ditemuinya.

 

“Mas zaki saja  yang meminang Aku! Biar kita bisa pacaran setelah menikah.” Setelah mengedipkan sebelah matanya, intan langsung melarikan diri. Sedangkan pria yang bernama Zaki itu sudah mematung terkejut mendengarnya, sebelum senyum manis tersungging setelah itu.

 

'Baiklah gadis patah hati ... Tunggu saja pinangan ku! Aku akan segera mewujudkan ucapanmu!”

 

******

 

Cerita baru, jangan lupa untuk  tinggalkan jejak

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sang pemilik Hati   Kisah akhir kita

    “Akhirnya, hubungan mereka menjadi sangat baik,” gumam Naila. Naila turut merasa senang melihat kebahagiaan kakak dan kakak iparnya. Meskipun pada akhirnya ia sendiri mendapatkan luka ini, tapi ia tetap saja merasa bahagia. Dengan mereka yang berhasil menyingkirkan Najwa, akhirnya keluarga baru kakaknya bisa kembali damai dan menjalani hidup dengan normal kembali.“Kamu kenapa senyum-senyum?” Tanya Bima yang muncul dari belakang Naila.“Lagi bahagia lihat mereka ... Serasi bangat kan?”Bima menganggukkan kepalanya. Ia juga merasa bahagia melihat adik perempuan satu-satunya itu bahagia. Tapi ia hanya sedikit merasa heran, tidakkah gadis ini merasa sedikit marah pada Intan?“Apa sekarang kamu membenci adikku?”Naila menarik perhatiannya dari dua sejoli itu, kembali ia menatap heran Bima.“Maksud mas Bima bagaimana?”Bima mengangkat bahunya, “barang kali aja ... Kan adikku sudah membuat mu sakit seperti sekarang ini. Jika kamu marah pun itu hal yang wajar,” Naila tersenyum mendengar pe

  • Sang pemilik Hati   masih ingin berpisah?

    Hah?Intan mengernyit tak mengerti. “Penjara? Kenapa sepenjara?” Intan semakin kesal. Suaminya pasti mencoba mengalihkan pembicaraan. “Karena sekarang mas sudah memenjarakan Najwa. Demi kamu Dan demi keluarga kita. Dia tidak akan mengganggu kita lagi.” ucap Zaki meyakinkan.Intan terkejut tak percaya. Tidak mungkin, tidak mungkin seorang Zaki akan memenjarakan sepupu kesayangannya itu kan? Intan menolak untuk percaya dengan itu.“Kamu pasti berbohong. Gak mungkin kamu tega, mas.” Intan menggeleng tak percaya.“Kalau kamu gak percaya, ayo kita ke kantor polisi sekarang.” Zaki sungguh-sungguh mengatakannya, “sudah seperti ini, tapi kamu masih tidak mempercayai suamimu?” Antara percaya dan tak percaya. Sekarang intan jadi takut, apa benar gadis itu dipenjara karenanya? Jika ia sekarang musuhnya akan bertambah banyak. Intan tak senang, meskipun gadis itu sudah banyak melakukan hal buruk padanya, tapi entah kenapa ia merasa kasian. “Aku ... Aku,” tak tahu lagi. Sekarang intan merasa bin

  • Sang pemilik Hati   Naila lumpuh

    “Bunda ... Bagaimana keadaan Naila?” Intan baru saja kembali lagi ke rumah sakit setelah ia sempat pulang untuk beristirahat sebentar. Itu mertuanya yang suruh, jika tidak mungkin dirinya tak akan beranjak sedikit pun dari buangan Naila.Tika menarik nafas panjang, dengan suara bergetar ia berkata “Naila sudah sadar, nak. Tapi ...,”“Tapi kenapa?” “Kata dokter ... Untuk sementara waktu mungkin Naila gak bisa jalan, Tan.” Tangis yang ia coba tahan akhirnya pecah juga. Melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya hati ibu mana yang tidak terluka. Dirinya tidak ingin ini semua terjadi, tapi ia juga tak bisa menyalahkan siapapun atas takdir ini.Intan segera berlari memeluk tubuh yang terguncang hebat itu. Ia tak tega melihat ibu mertuanya menangis seperti ini. Seharusnya dirinya yang ditabrak dan terluka, mungkin tidak akan membuat orang-orang akan merasa sedih seperti sekarang ini.“Bun, maaf. Jangan menangis lagi. Ini semua salah Intan, semua gak akan jadi begini jika saj...,” Tika la

  • Sang pemilik Hati   Pembalasan untuk Najwa

    Lima belas menit berlalu, Zaki menunggu seseorang dengan tak sabaran. Tak lama Najwa muncul dari balik pintu depan tangan terikat dan dijaga oleh dua orang bodyguard berbadan kekar. Bukanya merasa bersalah, Najwa malah tersenyum senang melihat Zaki yang ada didepannya.Zaki memerintahkan anak buahnya untuk segera melepaskan ikatan tangan gadis itu agar bisa berbicara leluasa.“Masih berani tersenyum?” Zaki mengaku takjub dengan keberanian gadis ini. Entah berani atau sudah gila, Zaki sendiri tak tau apa yang dialami sepupunya ini.“Tentu saja. Sepertinya aku berhasil membuat mu tertarik untuk menemui ku,” ucap Najwa penuh percaya diri.Zaki tak percaya apa yang didengarnya. Kenapa gadis masih begitu tenang? Tapi ia yakin dibalik keterangan yang dia sembunyikan ada rasa cemas yang menghantui.“Baiklah. Setelah ini dipastikan kamu tidak akan berani untuk tertawa, bahkan bibir mu tak aku biarkan sedikit pun tersenyum! Bagaimana?!”Kali ini Najwa langsung kehilangan senyumnya. Ia menatap

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan 2

    Suara tabrakan membuat semua orang yang melihatnya terkejut. Intan menyentuh lutut dan kepalanya yang terasa sakit karena terbentur di jalan aspal. Saat ia mencoba bangkit dan menoleh ke belakang, ia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Wajah wanita itu berubah menjadi pucat pasi melihat Naila terbaring di tengah aspal sana dengan berlumuran darah.“Naila!” Ia berteriak keras. Intan segera berdiri dan berlari ke tubuh Naila yang sudah mengeluarkan darah cukup banyak. “Ya Tuhan ... Kenapa jadi begini,” Intan menangis sambil memangku tubuh Naila. Melihat orang-orang yang hanya sibuk menonton dan tak ada niat untuk membantu, Intan berteriak keras meminta pertolongan.“Pak, tolong adik saya. Tolong bawa ke rumah sakit.” Intan memohon pada orang-orang yang melihat kecelakaan itu. Mereka segera menghubungi ambulance, dan setelah itu ia tak ingat apapun karena ia hanya sibuk memperhatikan adik iparnya itu.Setelah ambulance datang tubuh Naila segera di angkat masuk, Intan ikut menema

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan

    Intan mengungkapkan kepergian suaminya ke kantor ini disertai sedikit pengalaman. Sekali lagi pria itu tak ingin mengantarnya untuk memeriksa di rumah sakit, meskipun begitu berharap untuk ditemani suaminya. Sudah dua minggu berlalu, tapi Zaki masih bersiap-siap dingin pada Intan. Seperti pria itu sangat marah sekarang. Dan lagi, Intan tahu jika suaminya telah mendengar setiap kutipannya pada Ferdi kemarin itu. Pantas saja suaminya sangat marah. “Kak,” Intan terkejut melihat sang adik ipar yang sudah masuk ke dalam kamarnya, dengan cepat menguapkan sisa air matanya. “iya… Kenapa Nai?” “Kakak habis nangis ya?” “Gak kok… Oh ya, kenapa cari kakak?”Naila terlihat bingung untuk mengatakannya, “itu ... Kakak Intan mau ke rumah sakit ya? Hari ini jadwal kakak periksakan?” “Iya”, Intan masih membukanya dengan Zaki, jadi ia tak pernah mendengar inspirasi dari Naila. “Aku aja ya kak, nemenin ke rumah sakit?” Intan tersenyum, lalu mengangguk lemah. “Gak usah Nai, kakak bisa sendiri kok.

  • Sang pemilik Hati   Cemburu

    Mereka terdiam sepanjang perjalanan menuju rumah. Tak ada seorang pun yang mau terlebih dahulu untuk memulai pembicaraan, apalagi Intan. Melihat wajah marah suaminya saja ia sudah merinding. Ya, seseram itu wajah suaminya sekarang di mata Intan.Saat sampai di depan rumah, Zaki keluar dengan membanting pintu dengan keras. Intan yang masih berada di dalam mobil tak bisa lagi menahan air matanya mengalir. Apa salahnya kali ini?Selalu saja seperti ini. Marah tanpa sebab, lalu ada akhirnya hanya meminta maaf. Tapi bodohnya dia selalu saja melunak jika suaminya telah meminta maaf dengan lembut.Dan setelah merasa ia bisa menyadari dirinya, intan segera menyusul sang suami. Ia tidak ingin terlihat menyediakan di depan mertuanya, jika tidak mungkin mereka sampai tahu kecil seperti ini. Melihat rumah yang masih sepi, napas lega, segera menuju kamar dirinya dan Zaki berada. Intan membuka pintu kamar belahan, saat ia masuk saat mereka bertemu. Intan mengontrol degup jantungnya yang menggila,

  • Sang pemilik Hati   Bab 65

    “Kak Ferdi?” Intan sedikit tercengang, “aku habis Check up. Kak Ferdi kenapa ada disini?” ucap Intan basa-basi. Sejujurnya ia agak segan jika dalam situasi canggung begini.Ferdi menghampirinya, lalu tanpa permisi ia langsung duduk di bangku sebelah Intan. Sedikit agak jauh, karena memang bangku-bangku kayu itu cukup panjang.“Lagi nunggu Bella.” Jawab Ferdi. “kamu kenapa sampai begitu sering Check up? Apa sakitnya serius?”“Gak kok, Cuma periksa biasa aja.” Intan berbohong, ia tak ingin orang lain tahu kekurangannya. “Oh, ya. Bella bagaimana? Apa dia lebih baik?”Terlihat Ferdi sedikit menarik bibirnya ke atas, sepertinya pria itu sedang bahagia jikala mendengar nama Wanitanya itu. Terlihat seperti pria yang baru merasakan cinta. Apa mereka sudah bisa saling menerima?“Sudah lebih baik,”“Baguslah,” Intan memandang wajah Ferdi yang terlihat masih saja tampan di matanya. Dia tidak bohong, mantannya ini memang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dia bukan miliknya. “Kenapa?” Ferd

  • Sang pemilik Hati   Bab 64

    Satu Minggu setelah kedatangan Najwa. Gadis itu tak lagi datang menemui Intan. Mungkin dia sudah tau jika sekarang intan tak lagi bisa ia gapai. Intan cukup senang, semakin gadis itu tak ada berkeliaran di sekitarnya akan lebih baik hidupnya. Meskipun intan sedikit kecewa melihat Zaki bersikap begitu cuek setelah tahu Najwa pulang. Apa tidak ada inisiatif pria itu untuk memberi gadis itu sedikit pelajaran, atau setidaknya memaksa meminta maaf pada dirinya ini.“Mas, besok aku mau ke Rumah sakit. Kamu temani ya?” Zaki menoleh saat Intan mengajaknya mengobrol.“Sendiri aja, ya. Mas besok ada meeting penting,” “Gak bisa ditunda gitu? Kan aku sudah dua Minggu gak cek kesehatan ku. Temani ya?” Zaki mengeluh pelan, “benar gak bisa, dek. Atau kita undur aja, lusa saja periksa, bagaimana?”Intan cemberut, ia pikir tadi suaminya tak akan menolak. Tapi sekarang ia kecewa, padahal Minggu kemarin ia juga tak pergi karena Zaki tak bisa menemaninya.“Baiklah, aku akan pergi sendiri.” Intan ingi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status