Share

Bab 1

Author: Ara putri
last update Last Updated: 2022-02-17 21:01:14

Sekuat tenaga Gadis itu menahan gejolak dalam hatinya, kesal karena sang kekasih yang katanya akan datang tepat waktu tapi sampai sekarang belum juga sampai. Padahal ini sudah hampir satu jam dirinya menunggu.

 

Intan, gadis yang berumur dua puluh empat tahun. Memiliki kekasih yang bernama Ferdi, mereka sudah menjalin hubungan dua tahun lamanya, tapi sampai sekarang sepertinya pria itu belum ada niat untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.

 

Dan sekarang ia meminta bertemu dengan kekasihnya itu,  sudah hampir seminggu mereka tak pernah bertemu lagi.

 

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian gadis itu dari minumannya, ia tersenyum lega melihat sang kekasih akhirnya datang juga.

 

"Maaf, membuat mu menunggu lama," ucap Ferdi merasa bersalah.

 

"Tidak apa-apa, yang terpenting sekarang sudah sampai."

 

Intan menyodorkan menu makanan yang ada di kafe itu. Dari tadi ia sudah menunggu Ferdi agar bisa makan bersama.

 

"Kamu sudah pesan?" tanya ferdi,  melihat meja yang masih kosong membuat ia ingin bertanya.

 

"Belum, kak. Sengaja biar bisa makan sama-sama." Jawab Intan sembari tersenyum manis.

 

Ferdi menggeleng, "aku gak makan. Kalau kamu mau, pesan saja. Aku akan pesan minum jus buah Saja," ucapnya, membuat raut wajah Intan langsung kecewa seketika.

 

Intan merasa kesal, kalau pada akhirnya seperti ini untuk apa ia menunggu. Tapi dirinya juga tidak ingin makan sendiri, karena itu ia akhirnya juga ikut tidak memesan makanan.

 

"Ya sudah, kita mengobrol aja."

 

Ferdi mengangguk Setuju. Setelah pesanan mereka datang Intan mulai berpikir, mungkin ini saat yang tepat untuk ia berbicara serius. Gadis itu bahkan sudah memilin jari telunjuknya karena gugup menyerang seketika.

 

"Kak?"

 

"Mm"

 

"Aku mau ngomong," ucap Intan gugup. Setelah mendapat persetujuan dari Ferdi, intan kembali bersuara. "Kita sudah berpacaran dua tahun, kak. Apa kakak Ferdi tidak mau melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius? Maksudku ...," Intan tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya, ia merasa malu sekali.

 

Padahal seharusnya yang berucap seperti itu adalah Ferdi, tapi berhubung pria itu tidak memiliki kepekaan, membuat intan mengambil langkah memalukan ini.

 

Tidak ada Jawaban dari mulut Ferdi, pria itu hanya tertunduk diam.

 

"Maaf,"

 

Intan menjadi bingung, kenapa sang kekasih malah minta maaf? Apa dia tidak mau menikah dengannya? Atau mungkin sang kekasih masih mau mengulur waktu?

 

Pertanyaan- demi pertanyaan itu membuat ada rasa sesak di hati gadis itu. Ia takut jika Ferdi tak serius dengan hubungan ini.

 

"Sekali lagi maafkan aku, Instan. Mungkin kita berdua memang tidak jodoh," ucap Ferdi, lagi.

 

Ferdi mengambilnya sesuatu dari sakunya, yang mungkin setelah ini bisa membuat hati gadisnya didepan ini Semakin hancur. Sebenarnya ia tak tega melakukan ini, tapi ia tidak punya pilihan lain, baginya inilah saat yang tepat. Ia tidak ingin  menyimpan rahasia ini semakin lama,  yang pada akhirnya mereka berdua akan tetap tak dapat bersama.

 

Sebuah undangan yang sangat cantik diletakkan Ferdi diatas meja, membuat  perasaan gadis itu mulai tidak enak.

 

"Maksud kamu apa, kak?" Tanya Intan tak mengerti kala sang kekasih menyodorkan sebuah undangan padanya.

 

"Maaf ... Aku tidak bisa mengabulkan permintaan mu. Karena aku harus menikah dengan wanita pilihan orang tua ku,"

 

Deg

 

Hancur ... Se hancur-hancur nya. Intan menutup mulutnya ya menganga tidak percaya. Ia mengambil kertas yang terlihat elegan itu dengan tangan bergetar,  seakan itu adalah bom waktu baginya.  Intan membukanya hati yang hancur,  dan benar saja nama Ferdi dan nama seorang wanita lain terukir indah disana.

 

"Kamu! Aku mohon, jangan bercanda kak. Ini tidak mungkin, bagaimana ini semua bisa terjadi?"

 

Air mata gadis itu sudah jatuh berderai, sama dengan hatinya yang ikut remuk karena perkataan pria didepanya ini. Dua tahun mereka memperjuangkan hubungan ini, dirinya sudah terlalu  banyak harapan dari Pria ini, tapi kenapa dia begitu tega menghancurkan hatinya?

 

"Ini memang benar, aku dijodohkan dengan pilihan orang tua ku. Maaf," Mata pria itu ikut berkaca-kaca melihat gadis yang masih dicintai menangis, apalagi tatapan kecewa itu sungguh membuat hatinya ikut sakit.

 

Tapi dimata Intan tak seperti itu,  ia bahkan melihat pria ini masih begitu santai, sepertinya tak ada niat sedikit pun dari Ferdi untuk memperjuangkan hubungan mereka berdua.  Dirinya menjadi ragu,  apa benar selama ini Ferdi mencintainya,  atau ucapan pria itu hanya omong kosong?

 

"Pembohong! Dasar pria bajingan! Apa selama ini kamu hanya mempermainkan ku?! " Teriak Intan marah. Gadis itu membanting gelas yang tadi didepanya.

 

Untung kafe itu belum ada pengunjung lain, membuat mereka tidak menjadi pusat perhatian. Melihat intan yang mengamuk, Ferdi hanya bisa terdiam, tak tahu bagaimana lagi dirinya harus bersikap pada wanita yang telah ia sakiti.

 

Intan mengambilnya tasnya di atas meja. Ia kembali tersenyum pedih melihat undangan yang ada ditangannya.

 

"Ingat satu hal, kak. Setelah ini aku akan membenci dirimu! Kamu tidak akan pernah bahagia di atas penderitaan ku!" Setelah itu ia pergi meninggalkan Ferdi dengan sejuta luka dihatinya tanpa menoleh sedikit pun.

 

Sudah cukup ... Dia tidak ingin lagi melihat wajah tanpa dosa itu, yang membuatnya sangat muak akan janji-janji manisnya selama ini Ferdi berikan.

 

Kau tidak akan pernah bahagia!

 

Itu sumpah Intan dalam hati. Suatu hari nanti ia akan kembali untuk membalas mereka yang telah mengecewakan nya.

 

*******

 

Intan berlari keluar dari kafe, air mata yang dari tadi membanjiri pipinya,  membuat orang-orang  menatap gadis itu dengan penasaran.

 

Tapi  Intan tak peduli,  ia terus berjalan menuju motor nya,  yang ia inginkan sekarang pergi sejauh mungkin agar bisa membuang rasa sakit hatinya ini.

 

“Kau kejam, kak.  Kenapa kamu melakukan ini padaku!” Teriak gadis itu frustrasi.

 

Ferdi terdiam setelah apa yang ia lakukan pada kekasihnya.  Ia menatap nanar Intan yang pergi dengan penuh kemarahan.

 

Jika boleh memilih,  dirinya juga tak ingin ini terjadi. Tapi ia juga tak ingin  menjadi anak durhaka kepada orang tuanya.

 

Dari dulu ibunya sudah tak menyukai  Intan,  itu semua terjadi masih karena faktor yang sama,  kasta!

 

Ferdi sangat benci mengingat itu,  tapi disatu sisi ia tak ingin kehilangan semuanya,  harta,  kemewahan, dan orang tua.  Dia tidak ingin kehilangan itu semua hanya  karena satu gadis,  itulah yang ia pikirkan sekarang. Jika saja Intan tahu apa yang ada dalam pikiran nya saat  ini pasti gadis itu akan membunuhnya.

 

“Maaf atas keegoisan ku, aku tau kamu pasti bisa menemukan yang lebih baik dari ku,” gumamnya sendu.

 

Sekarang ia tak tahu hidupnya akan seperti apa,  apa akan bahagia atau mungkin sumpah Intan berlaku padanya?

 

Ferdi mulai meninggalkan kafe itu dengan linglung, sudah cukup ia menyaksikan drama hari ini,  setelah ini ia mungkin sudah tak sanggup lagi.

 

*******

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang pemilik Hati   Kisah akhir kita

    “Akhirnya, hubungan mereka menjadi sangat baik,” gumam Naila. Naila turut merasa senang melihat kebahagiaan kakak dan kakak iparnya. Meskipun pada akhirnya ia sendiri mendapatkan luka ini, tapi ia tetap saja merasa bahagia. Dengan mereka yang berhasil menyingkirkan Najwa, akhirnya keluarga baru kakaknya bisa kembali damai dan menjalani hidup dengan normal kembali.“Kamu kenapa senyum-senyum?” Tanya Bima yang muncul dari belakang Naila.“Lagi bahagia lihat mereka ... Serasi bangat kan?”Bima menganggukkan kepalanya. Ia juga merasa bahagia melihat adik perempuan satu-satunya itu bahagia. Tapi ia hanya sedikit merasa heran, tidakkah gadis ini merasa sedikit marah pada Intan?“Apa sekarang kamu membenci adikku?”Naila menarik perhatiannya dari dua sejoli itu, kembali ia menatap heran Bima.“Maksud mas Bima bagaimana?”Bima mengangkat bahunya, “barang kali aja ... Kan adikku sudah membuat mu sakit seperti sekarang ini. Jika kamu marah pun itu hal yang wajar,” Naila tersenyum mendengar pe

  • Sang pemilik Hati   masih ingin berpisah?

    Hah?Intan mengernyit tak mengerti. “Penjara? Kenapa sepenjara?” Intan semakin kesal. Suaminya pasti mencoba mengalihkan pembicaraan. “Karena sekarang mas sudah memenjarakan Najwa. Demi kamu Dan demi keluarga kita. Dia tidak akan mengganggu kita lagi.” ucap Zaki meyakinkan.Intan terkejut tak percaya. Tidak mungkin, tidak mungkin seorang Zaki akan memenjarakan sepupu kesayangannya itu kan? Intan menolak untuk percaya dengan itu.“Kamu pasti berbohong. Gak mungkin kamu tega, mas.” Intan menggeleng tak percaya.“Kalau kamu gak percaya, ayo kita ke kantor polisi sekarang.” Zaki sungguh-sungguh mengatakannya, “sudah seperti ini, tapi kamu masih tidak mempercayai suamimu?” Antara percaya dan tak percaya. Sekarang intan jadi takut, apa benar gadis itu dipenjara karenanya? Jika ia sekarang musuhnya akan bertambah banyak. Intan tak senang, meskipun gadis itu sudah banyak melakukan hal buruk padanya, tapi entah kenapa ia merasa kasian. “Aku ... Aku,” tak tahu lagi. Sekarang intan merasa bin

  • Sang pemilik Hati   Naila lumpuh

    “Bunda ... Bagaimana keadaan Naila?” Intan baru saja kembali lagi ke rumah sakit setelah ia sempat pulang untuk beristirahat sebentar. Itu mertuanya yang suruh, jika tidak mungkin dirinya tak akan beranjak sedikit pun dari buangan Naila.Tika menarik nafas panjang, dengan suara bergetar ia berkata “Naila sudah sadar, nak. Tapi ...,”“Tapi kenapa?” “Kata dokter ... Untuk sementara waktu mungkin Naila gak bisa jalan, Tan.” Tangis yang ia coba tahan akhirnya pecah juga. Melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya hati ibu mana yang tidak terluka. Dirinya tidak ingin ini semua terjadi, tapi ia juga tak bisa menyalahkan siapapun atas takdir ini.Intan segera berlari memeluk tubuh yang terguncang hebat itu. Ia tak tega melihat ibu mertuanya menangis seperti ini. Seharusnya dirinya yang ditabrak dan terluka, mungkin tidak akan membuat orang-orang akan merasa sedih seperti sekarang ini.“Bun, maaf. Jangan menangis lagi. Ini semua salah Intan, semua gak akan jadi begini jika saj...,” Tika la

  • Sang pemilik Hati   Pembalasan untuk Najwa

    Lima belas menit berlalu, Zaki menunggu seseorang dengan tak sabaran. Tak lama Najwa muncul dari balik pintu depan tangan terikat dan dijaga oleh dua orang bodyguard berbadan kekar. Bukanya merasa bersalah, Najwa malah tersenyum senang melihat Zaki yang ada didepannya.Zaki memerintahkan anak buahnya untuk segera melepaskan ikatan tangan gadis itu agar bisa berbicara leluasa.“Masih berani tersenyum?” Zaki mengaku takjub dengan keberanian gadis ini. Entah berani atau sudah gila, Zaki sendiri tak tau apa yang dialami sepupunya ini.“Tentu saja. Sepertinya aku berhasil membuat mu tertarik untuk menemui ku,” ucap Najwa penuh percaya diri.Zaki tak percaya apa yang didengarnya. Kenapa gadis masih begitu tenang? Tapi ia yakin dibalik keterangan yang dia sembunyikan ada rasa cemas yang menghantui.“Baiklah. Setelah ini dipastikan kamu tidak akan berani untuk tertawa, bahkan bibir mu tak aku biarkan sedikit pun tersenyum! Bagaimana?!”Kali ini Najwa langsung kehilangan senyumnya. Ia menatap

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan 2

    Suara tabrakan membuat semua orang yang melihatnya terkejut. Intan menyentuh lutut dan kepalanya yang terasa sakit karena terbentur di jalan aspal. Saat ia mencoba bangkit dan menoleh ke belakang, ia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Wajah wanita itu berubah menjadi pucat pasi melihat Naila terbaring di tengah aspal sana dengan berlumuran darah.“Naila!” Ia berteriak keras. Intan segera berdiri dan berlari ke tubuh Naila yang sudah mengeluarkan darah cukup banyak. “Ya Tuhan ... Kenapa jadi begini,” Intan menangis sambil memangku tubuh Naila. Melihat orang-orang yang hanya sibuk menonton dan tak ada niat untuk membantu, Intan berteriak keras meminta pertolongan.“Pak, tolong adik saya. Tolong bawa ke rumah sakit.” Intan memohon pada orang-orang yang melihat kecelakaan itu. Mereka segera menghubungi ambulance, dan setelah itu ia tak ingat apapun karena ia hanya sibuk memperhatikan adik iparnya itu.Setelah ambulance datang tubuh Naila segera di angkat masuk, Intan ikut menema

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan

    Intan mengungkapkan kepergian suaminya ke kantor ini disertai sedikit pengalaman. Sekali lagi pria itu tak ingin mengantarnya untuk memeriksa di rumah sakit, meskipun begitu berharap untuk ditemani suaminya. Sudah dua minggu berlalu, tapi Zaki masih bersiap-siap dingin pada Intan. Seperti pria itu sangat marah sekarang. Dan lagi, Intan tahu jika suaminya telah mendengar setiap kutipannya pada Ferdi kemarin itu. Pantas saja suaminya sangat marah. “Kak,” Intan terkejut melihat sang adik ipar yang sudah masuk ke dalam kamarnya, dengan cepat menguapkan sisa air matanya. “iya… Kenapa Nai?” “Kakak habis nangis ya?” “Gak kok… Oh ya, kenapa cari kakak?”Naila terlihat bingung untuk mengatakannya, “itu ... Kakak Intan mau ke rumah sakit ya? Hari ini jadwal kakak periksakan?” “Iya”, Intan masih membukanya dengan Zaki, jadi ia tak pernah mendengar inspirasi dari Naila. “Aku aja ya kak, nemenin ke rumah sakit?” Intan tersenyum, lalu mengangguk lemah. “Gak usah Nai, kakak bisa sendiri kok.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status