Home / Romansa / Sangkar Emas Pernikahan / Bab 2 Sakit di Hati Kayla

Share

Bab 2 Sakit di Hati Kayla

Author: nyimalika
last update Last Updated: 2022-03-01 23:44:03

"Udah mama bilang, cari istri itu yang setara, biar nggak ada drama-drama kayak gini," ketus Leny.

"Udah terlanjur, Ma. Jangan diungkit lagi. Lagian tu si Kayla, sudah saya bilang uang dikumpulin buat beli rumah. Kalau seperti ini terus kapan cukup uangnya? Harusnya dia tahu  harganya nggak murah. Jadi jangan  pakai uang untuk hal tak berguna!" 

Leny terkekeh senang, dia memang kompor sejati.

Kayla menutup telinga dengan bantal saat kembali terdengar suara gedoran di pintu kamar. Kayla menghapus air mata dengan kasar, lalu duduk di pinggir ranjang.

Manisnya madu pernikahan hanya diteguk sesaat, lalu berganti pahitnya kenyataan. Kayla tergugu menatap potret ayah ibu yang tersimpan di ponselnya. Mereka semakin menua seiring tahun berganti dan dirinya tak juga bisa membahagiakan mereka. Bahkan untuk berkunjung atau dikunjungi pun, tergantung restu sang suami. Ini sangat menyakitkan. 

"Hey! Buka pintunya!" Aaargh, Bryan memaki di balik pintu kamar, sementara Kayla menulikan telinganya. 

"Sial, entah sudah berapa banyak uang yang dia kirim ke keluarga di Subang. Bisa berantakan rencana membeli rumah pak Surya untuk investasi!" teriak Bryan lagi seraya terus menggedor pintu. 

"Biarin aja, nanti juga keluar kalau lapar. Eh, Bryan. Mama perlu uang sepuluh juta, si Indri anaknya mau mantenan, teman-teman arisan pada mau urunan nyumbang. Mama sih cukup lima juta aja, yang lain ada yang nyumbang sepuluh juta."

Degh! Lima juta? Keterlaluan kau Leny. Kayla menarik garis di bibir membentuk senyum sinis.

"Iya, Ma. Nanti Bryan isi lagi Atm-nya." 

Cukup! Kalian akan merasakan pembalasanku nanti, geram Kayla. Tangannya terkepal, seraya membayangkan Leny akan menangis memohon kemurahan hatinya kelak. 

Saat ini Kayla bertekad tak akan keluar kamar, sementara Bryan bertekad akan memastikan Kayla tak mengirimkan uang ke orangtuanya lagi. Bagaimana pun caranya. 

Tak berguna, kata Bryan.

Mengunci diri di dalam kamar, Kayla tak henti menumpahkan air mata. Terisak di pembaringan seraya memeluk bantal, dia  menahan suara agar lelaki yang berteriak dari balik pintu tak mendengar tangisannya. 

"Kayla, buka pintunya! Mas mau ambil jam tangan!" teriak Bryan.

Kayla bergeming. Bantal telah basah oleh air mata. Matanya menerawang mengitari seisi kamar. Bila dalam keadaan normal, ia akan sangat menikmati ranjang mewah tempatnya berbaring.  Kamar ini didekorasi indah, dilengkapi perabotan berkelas pilihan sang suami. Sayangnya, semua terasa hambar di mata Kayla.

"Kayla! Buka pintu, kita bicara baik-baik." Suara di luar pintu melunak. Kayla tetap bertahan memeluk bantal. Ia tak percaya perkataan sang suami.

"Pergi sana!" balasnya.

Bryan bukan tipikal lelaki yang gampang merasa iba, bila tak suka maka jangan harap ia bermurah hati. Lelaki itu akan merasa puas bila melihat Kayla menangis. Semakin pilu derita sang istri, semakin dia merasa  berkuasa, setidaknya itulah yang Kayla rasakan. Menyebalkan. 

Kata-kata pedas itu seperti terdengar kembali. Tak berguna. Memberi sedikit untuk orang tua dianggap tak berguna.  Hati nuranimu benar-benar telah mati, Bryan. Rumah yang ingin dibeli itu pun sebenarnya tak begitu mendesak, hanya untuk investasi, menunggu anak-anak dewasa juga bisa. Kayla mengutuk dalam hatinya. 

Lagi, Kayla sesenggukan. Ternyata benar kata orang, harta bisa mematikan hati nurani manusia. Tanpa disadari, kesombongan kerap datang menyertai limpahan harta. 

"Ya udah, Ma. Bryan mau berangkat kerja dulu. Kalau Kayla keluar kamar, bantu ingatin dia jangan kirim-kirim uang lagi."

Air mata Kayla tak kunjung mengering walau tak terdengar lagi suara sang suami memaki. Riuh anak-anak tengah bermain lamat terdengar di kamar sebelah dan Kayla tak ingin mereka kehilangan tawanya hanya karena pertengkaran ayah ibunya hari ini.

Bryan benar-benar berubah, tak seperti belasan tahun lalu, saat dengan manis ia berjanji di depan orang tua Kayla yang hidup sederhana di sebuah rumah kecil, di pinggiran kota Subang. 

"Saya bersungguh-sungguh ingin menikahi Kayla," pintanya waktu itu kepada ayah Kayla. 

Ayah Kayla mengangguk tanda setuju, pun ibu. Mereka menerima lelaki manapun yang dipilih Kayla, asal sang putri bahagia. Ya, saat itu Kayla memang bahagia. Tak tampak ada kesombongan di wajah Bryan, walau keluarganya jauh lebih berada dibanding orang tua Kayla. 

Hubungan mereka pun berjalan sangat manis sebelum Bryan memutuskan ingin memperistrinya. 

Namun siapa sangka, ketika kesuksesan demi kesuksesan di genggaman dan uang mengalir bagai air, lelaki itu menjelma menjadi sosok yang berbeda. Ia mengabaikan peran Kayla yang selalu mensupportnya. 

Pengorbanan Kayla tak lagi berarti baginya. Semua hasil jerih payah, diklaim sebagai kerja kerasnya semata, seakan tak ada andil Kayla di dalamnya. 

"Kayla udah ngikutin permintaan mas supaya berhenti kerja, bagaimana mau kasih uang ke bapak ibu, kalau nggak ambil dari tabungan kita? Kayla mau bisnis sendiri pun nggak dibolehin. Mau buat apa saja nggak boleh,"  ujar Kayla sesekali di setiap pertengkaran mereka.

"Ya buat apa, Kayla? Buat apa kerja kalau saya bisa menghasilkan banyak uang dan semua kebutuhan kita tercukupi. Soal bapak ibumu, mereka sudah cukup makan dari hasil kebun belakang rumah, kan? Buat apa kau kirim uang lagi? Sakit juga nggak!"

Menyebalkan sekali lelaki itu. Kayla mengumpat dalam hatinya. Apakah harus sakit untuk perlu uang? Haruskah kelaparan agar dikirimin uang oleh anak? Kayla hanya ingin orangtuanya punya tabungan yang cukup, agar kapan saja perlu uang, mereka tak khawatir.

Lagipula, satu juta! Bahkan harga sepasang sandal Bryan lebih dari itu. 

Sebagai satu-satunya anak yang berhasil menamatkan pendidikan hingga sarjana, wajar bila Kayla ingin membantu orangtua. Dan Bryan sangat tahu kondisi keluarga Kayla. Tidak seharusnya Kayla harus menghiba seperti ini.

Tak seberapa, hanya satu juta dari sekian ratus juta tabungan yang mereka miliki dan itu jadi masalah. Seperti yang sudah-sudah. Sebenarnya, menyadari sifat Bryan yang perhitungan,  Kayla sudah berusaha menyembunyikan kiriman itu. 

Sayangnya, tanpa sengaja struk Atm bukti transfer ke Nirani—adik Kayla paling bungsu yang mengurus kedua orangtuanya—terjatuh saat Kayla membuka dompet. Sialnya, Bryan kebetulan lewat dan struk itu melayang tepat ke atas kakinya. Pertengkaran pun tak bisa dihindari. 

Ketika tak terdengar lagi gedoran pintu, Kayla memutuskan ke luar kamar. Kayla mengusap wajah yang sayu, ia menyapukan make up tipis sebagai penyamar sembab.  Bryan pasti telah berangkat kerja. Ini saatnya   ia bisa melakukan apa saja yang diinginkannya hari ini, sekalipun pertengkaran menanti.

Dari arah dapur, terdengar suara Leny cekikikan. Tampaknya dia tengah berbicara dengan seseorang di telepon. Wanita itu, sifatnya sebelas dua belas dengan Bryan.

"Tenang, arisan bulan depan di sini aja. Nanti kusiapkan menu kesukaan kalian semua." Leny terkekeh senang. Kayla mengumpat dalam hatinya. 

"Ma, Larissa pulang malam ya." Larissa,  adik bungsu Bryan yang belum lama menamatkan kuliah di Jerman dan memutuskan pulang ke Indonesia, muncul dengan pakaian serba kurang bahan. 

"Yaa, jalan sana. Uang masih ada 'kan? Minta kakakmu kalau abis," jawab Leny lembut pada Larissa.

Gampang sekali mereka menghabiskan uang, sementara dirinya harus bersimpuh seperti pengemis untuk selembar rupiah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sangkar Emas Pernikahan   Bab 70 Kebahagiaan yang Lama Dinantikan

    Jalan itu dulu kecil, hanya dilapisi tanah merah dan lebar jalan muat satu mobil. Bila ada mobil datang dari arah depan maka salah satu harus mundur sampai menemukan tempat untuk menepi. Beberapa kali Kayla mengunjungi mereka mobil sempat amblas akibat jalanan becek bekas hujan. Itu juga sebabnya Bryan selalu menggerutu bila harus ikut pulang kampung.Kini jalan tersebut telah di aspal dan lebar muat dua arah mobil."Siapa yang bangun ini jalan. Kalau orang di kampung sini mana mau. Jalan yang kemarin itu juga udah cukup," Kayla mengoceh sendiri.Mendekati area rumahnya Kayla dibuat semakin melongo. Dulu kiri kanan ditumbuhi semak kini digantikan tanaman cemara berbaris rapi. Berada di pertigaan, bila mengambil arah kanan maka menuju rumah-rumah penduduk lain. Bila ke arah kiri menuju rumah kayla yang terletak di tengah kebun pisang dan rambutan. Mobil mengarah ke kiri mengikuti jalur cemara.

  • Sangkar Emas Pernikahan   Bab 69 Sengsaranya Bryan

    "Berapa lama?""Paling tiga minggu. Dana mau keliling-keliling mumpung ke sana," ujar Vivian. Cerita tentang Dana sang sahabat yang merupakan istri pengusaha tajir tak henti mengalir dari bibir Vivian. Bryan berdiri bergegas masuk ke kamar, rasanya ia ingin mati saja."Mas, jangan lupa nanti sofanya diganti, yaa Vi gak suka warna sofanya!" teriak Vivian sebelum tubuh Bryan menghilang dibalik pintu kamar. Mimpi apa dirinya, membuang Kayla lalu mendapat wanita seperti Vivian?Dia pikir semudah itu memgganti perabot. Bryan teringat sofa itu kesukaan Kayla. Mendadak hatinya perih, ia ingat Kayla tak pernah menuntutnya. Apa yang dikatakannya selalu dituruti Kayla. Kayla membenarkan apa yang salah, menyempurnakan apa yang kurang.

  • Sangkar Emas Pernikahan   Bab 68 Pembelaan Kenan

    Pandangan menghakimi ditujukan pada Kayla, maklum saja banyak wanita nekat melakukan apa saja agar menjadi bagian keluarga konglomerat, tidak terkecuali Kayla yang berbohong tentang statusnya. Setidaknya itulah yang ada di benak orang-orang.Kayla merasa tak ada tempat lagi baginya di rumah ini. Bagaimana pun pembelaannya, kebohongan tak pernah baik akibatnya bagi banyak orang. Ia berpikir yang terbaik baginya ialah meninggalkan tempat ini sekarang juga."Saya minta maaf sekali lagi. Tidak ada maksud apa pun, saya hanya mengikuti ke mana kaki mengarahkan langkah. Saya beruntung bisa bertemu Oma Rumi dan Kenan, kalian menempati tempat spesial di hati saya. Setelah hari ini, siakan benci saya, anggap tak pernah ada dan saya tak akan muncul lagi," pamit Kayla seraya melepaskan pegangan Kenan pada lengannya

  • Sangkar Emas Pernikahan   Bab 67 Ulah Abiyaksa

    Baik Kayla maupun Kenan tercengang tak percaya. Keduanya memang menjalin hubungan serius namun sama sekali belum ada pembicaraan mengarah pada pernikahan apalagi di depan Rumini. Namun demi menjaga perasaan Rumini, Kenan bersikap santun dengan menarik tangan Kayla agar bertiga berdiri bersisian di hadapan para tamu. Tangan Kenan memeluk pinggang Kayla dengan mesra seakan menunjukkkan bahwa benar ia akan segera menikahi Kayla.Kayla sangat gugup, jemarinya basah oleh keringat dingin. Sesungguhnya bukan ucapan Rumini yang membuatnya takut namun sampai saat ini Rumini masih mengira dirinya sebagai seorang gadis. Saat ini di depan semua orang Rumini penuh keyakinan Kayla akan menjadi istri sang cucu, bagaimana bila kebenarannya ia ketahui? Akankah ia menerima seorang janda anak empat menjadi istri cucu kesayangannya?

  • Sangkar Emas Pernikahan   Bab 66 Undangan Rumini

    [Kenan cucu kesayanganku, oma hanya ingin dia bahagia dan kaulah bahagianya, Kayla. Hanya kau yang membuatnya tetap semangat menjalani hari-hari. Please oma udah gak tau harus bagaimana untuk meyakinkanmu bahwa kalian ditakdirkan untuk bersatu.][Bagaimana dengan Mariska?] tanya Kayla akhirnya. Kayla menunggu namun pesan itu tak berbalas hingga malam tiba. Sepanjang malam Kayla tak bisa memejamkan mata. Rumini tak tahu tentang penantian Kenan di taman bunga besok tepat di hari ulang tahunnya. Bila ia datang ke pesta ulang tahun Kenan artinya ia harus datang lebih dulu ke taman di mana Kenan menunggunya.Bila dirinya menemui Kenan sama saja ia menerima pernyataan cinta lelaki ini.Esok hari, hubungannya dengan Kenan akan diten

  • Sangkar Emas Pernikahan   Bab 65 Tak Semudah Teori

    Potongan buah tertata menggiurkan di atas meja makan. Lauk pauk lengkap untuk makan malam setara kebutuhan makan satu keluarga kelas bawah untuk satu minggu.Namun Bryan membiarkan nikmatnya hidangan itu hanya sebatas penciuman.Selera makan telah pergi sejak tadi, sejak Vivian tak henti membela Arka dan kebiasaan-kebiasaannya."Dia cuma anak-anak, nanti juga bisa menyesuaikan diri," pungkas Vivian tak mau disalahkan. Selama ini ia memang tak begitu peduli perkembangan Arka, sehari-hari anak itu diurus pembantu sementara dirinya melakukan apapun yang disukainya termasuk tidak pulang berhari-hari, libur ke mana dia suka, nginap di mana dia mau.Semua bisa dibayar dengan uang, kenapa dia har

  • Sangkar Emas Pernikahan   Bab 64 Jangan Pernah Lepaskan

    "Jadi kau telah berpisah?" Kayla tak menceritakan perihal rumah tangganya yang juga mengalami kehancuran. Ia berjanji akan menjadi pendengar yang baik malam ini."Ya, tapi aku masih trauma. Bukan saja luka secara psikis dan fisik tapi harta pun habis. Orangtuaku bangkrut, hartaku diporotin sama Fauzan. Sekarang bertahan dengan yang ada saja," keluh Shinta.Ini yang membuatmu tampak berbeda, batin Kayla.Cerita mengalir tentang penyesalan Shinta melepas Adrian. Shinta berharap ia tak pernah melakukan kesalahan sebodoh itu."Entah apa kabar Adrian, semoga dia bertemu wanita lain yang bisa membahagiakannya. Bila kau bertemu seseorang yang mencintaimu, jangan pernah lepaskan dia. Lebih baik bersama orang yang mencintai kita dengan tulus daripada kita kejar orang yang kita pikir kita cinta. Seseorang yang mencintai kita akan melak

  • Sangkar Emas Pernikahan   Bab 63 Bertemu Sahabat Lama

    "Kayla?!"Kayla mengernyitkan kening, ia tak mampu mengingat siapa seseorang yang tampaknya sangat mengenalnya. Wanita itu membentangkan kedua tangan hendak memeluknya namun demi melihat kebingungan di wajah Kayla, wanita itu urung melakukannya dan memilih menyentuh bahu Kayla.Mayleen yang berdiri di sebelah Kayla masih menunggu penjelasan. Hari ini sangat mengherankan baginya, penampakan lelaki di restoran, Bryan, Rumini dan sekarang wanita sok akrab dengan dandanan ketebalan. Ada apa dengan hari ini? Bayangan akan gaun indah yang akan didapatnya, kini tak indah lagi. Semangatnya hilang sudah."M-maaf, siapa ya?" tanya Kayla perlahan. Ia tak ingin pertanyaannya menyinggung wanita yang tampaknya memang sangat mengenal Kayla."Kayla, kamu lupa. Ini aku, Shinta temen sekelas wak

  • Sangkar Emas Pernikahan   Bab 62 Rumini Masih Mengharapkan Kayla

    Saat sedang mengamati Bryan yang semakin menghilang dari pandangan, Kayla merasakan bahunya disentuh seseorang."K-kayla?!" Wanita itu berteriak menatap wajah Kayla."Oma Rumi?!" Waktu berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin Kayla menjadi bintang saat menghadiri pesta meriah di kediaman Rumini. Kini Rumini berdiri di hadapan Kayla dengan tatapan penuh tanya."Kayla ke mana saja? Ken nggak pernah mau mempertemukan oma denganmu. Apa kabar, Kayla? Kau menghilang begitu saja. Bagaimana hubunganmu dengan Kenan?" Rumini menoleh ke sekeliling seperti mencari keberadaan Kenan. Ia memberondong Kayla dengan banyak pertanyaan.Mayleen yang tak mengetahui apa tepatnya terjadi, mengarahkan tatapan aneh pada Kayla."Kabar saya baik.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status