Share

spending our night together

Matahari sudah terbenam cukup dalam dari lima belas menit yang lalu.

Laysa yang sudah terbangun pun untuk melihat sunset masih memutuskan untuk duduk di luar dan tidak ingin masuk ke dalam rumah dan memutuskan untuk lebih lama berada di luar.

Berbeda dengan Laysa yang menikmati waktu tenang nya sendirian sementara di villa sebelah tempat di mana tetangga baru Laysa itu, terdengar beberapa kebisingan dan botol - botol berjauhan. Pada awalnya Laysa berniat mengabaikan sebelum dia merasa semakin terganggu akan suara itu.

“Maaf sebelumnya, saya rasa anda sudah kerterlaluan! membuang sampah bottol itu ke area saya.” Laysa menegur dengan sopan tapi tak ada respon.

Dia pun memutuskan untuk kembali kedalam sebelum satu kaleng tidak sengaja terlempar mengenai bahunya, baru lah kesabaran nya segera menghilang.

“HEI!” Laysa teriak dengan kencang tak ada respon sama sekali.

Jadi dia memutuskan untuk datang ke Villa sebelah dan mengetuk dengan sedikit kasar.

Pintu pun terbuka dengan menampilkan wajah acak dari si pemilik Villa yang terlihat sangat acak-acakan dan dalam kondisi yang sudah sangat mabuk.

“Bagaimana bisa?!” wajah Laysa terkejut bukan main saat mengetahui siapa pemilik villa ini, sepertinya bukan hanya Laysa yang terkejut disini.

Mata Dylan melotot kaget yang awalnya ingin marah dan emosi karena waktu santainya terganggu kini menjadi terkejut dan tersenyum jahil saat mengetahui siapa yang datang ke sini.

“Fiuh. Cepat juga cara kerja mu gadis kecil, baru beberapa jam yang lalu kita bertemu, dan kau,”

Wajah tengil Dylan dan juga pengaruh alkohol yang kuat itu menatap Laysa dengan ekpresi tengil hal itu lah membuat Laysa merasa merinding.

“Bahkan sudah menemukan alamatku, masuk lah tempat ini terbuka lebar untuk menyambutmu.” Dylan mengeser tubuhnya pelan mengisyaratkan Laysa untuk ikut masuk.

Tubuh Laysa merinding sketika.

“Bukan aku yang dengan sengaja mengikuti ataupun menjadi seorang stalker seperti hal yang kau fikirkan! menyebalkan.” oceh Laysa kesal dengan ungkapan dan tuduhan yang Dylan berikan.

Dylan hanya tertawa merespon ucapan Laysa.

“Kau sudah mengotori kawasan rumah nenek ku!” Geram Laysa dengan kesal kepada Dylan.

Mendengar ungkapan Laysa walaupun mabuk kesadaran Dylan juga masih ada, dapat di lihat dari ekspresi kaget yang tergambarkan dari wajah Dylan sebelum akhirnya dia mencoba berjalan keluar dan melihat ke samping berdiri di samping Laysa dan kemudian memandang ke sebelah lagi.

“Jadi kau orang yang tinggal di rumah sebelah?”

Dylan menunjuk ke arah Laysa yang hanya merespon dengan memutar bola matanya malas.

“Berhenti melempar botol - botol itu sembarangan!” Laysa menunjuk Dylan dengan kasar dan berniat pergi.

Dylan yang melihat Laysa hendak pergi pun mencegah dan memegang pergelangan tangan nya menghentikan niat Laysa untuk pergi.

“Lepaskan aku! aku mau pulang!” paksa Laysa kepada Dylan tapi tidak di dengarkan dia langsung menarik Laysa untuk ikut masuk ke dalam dan mengunci pintunya.

“Kalau aku yang tidak mau kau pulang, bagaimana?” Dylan menjawab dengan wajah tersenyum smirk dan masih menatap Laysa.

“Aku tidak perduli sekarang biarkan aku pulang!” tegas Laysa sekali lagi.

“Please...”

Suara Dylan terdengan Lirih dan kecil membuat Laysa yang awalnya mendelik menjadi terdiam dan melembut menatapnya.

“Tolong temani aku minum, aku sungguh membutuhkan seseorang untuk mendengarkan ceritaku dan aku rasa—.” kalimat Dylan langsung terhenti dan menarik Laysa untuk mendekat.

“Ayo aku akan menemani mu, lagi pula aku juga butuh untuk menyegarkan fikiran untuk sekarang.” Laysa melepaskan diri dari Dylan.

Dan kini gadis itu sudah membuka kulkas di Villa Dylan dan mengambil minuman tanpa di tawarkan dahulu, Dylan yang melihat kelakuan Laysa hanya mampu terkekeh geli, baru kali ini ada gadis yang berani bertindak seperti ini kepadanya dan bahkan berani bergerak di area kediamannya seperti dia yang boss nya di sini.

Dylan bahkan tidak keberatan jika itu semua benar - benar terjadi.

“Wow, kelakuan mu saat ini benar - benar seperti menunjukan kalau kau adalah nyonya di sini.” ucap Dylan dengan terkekeh dan kembali meminum minuman milik nya sebelum bergabung untuk duduk di samping Laysa.

Laysa hanya menatap sinis dan fokus untuk melanjutkan minumnya tidak ingin menanggapi serius ucapan Dylan.

Lama waktu mereka lewati dengan meminum alkohol sebagai penghibur dan tertawa sambil bercerita berdua, keadaan yang sangat mabuk membuat kedua orang ini menjadi lebih terbuka satu sama lain.

“Tunangan ku selingkuh.” Dylan akhirnya memasang mimik serius.

Laysa yang tadinya masih tertawa dan kini masih menyandarkan tubuhnya di sofa dalam keadaan mabuk berat menutup matanya dengan lengannya.

Mendengar ucapan Dylan langsung menoleh dan menatapnya dengan kaget.

“Di selingkuhi? kamu? bukan kah kau bilang sebelumnya kalau kau adalah seorang pria impian bagaimna mungkin kamu bisa di selingkuhi?” tanya Laysa dengan bingung.

Dylan yang awalnya ingin bercerita dengan serius mendengar kalimat Laysa yang sudah mulai memanggilnya dengan lebih bersahabat kini tersenyum lembut, memang benar dirinya sedih bukan karena pertunangan antara dia dan Berlyn putus melainkan adalah desakan dari orang tuanya dan adik perempuan nya yang akan kembali menerornya.

“Aku tidak tahu mungkin dia sudah buta.” balas Dylan menahan untuk tertawa saat melihat ekpresi Laysa yang kini masih sibuk minum entah sudah abis botol keberapa.

“Mungkin dia sudah sadar, Aku juga di selingkuhi oleh tunangan ku sendiri,” kalimat Laysa terhenti dan menatap Dylan dengan mata berkaca - kaca.

Dylan kaget bukan main ternyata mereka memiliki kisah yang sama, bahkan gadis kecil itu terlihat sangat ingin menangis sekarang mungkin ini sangat menyakitkan bagi gadis ini, entah mengapa Dylan merasakan hal tidak suka melihat seberapa besar rasa cinta yang dimiliki oleh dia kepada Mantan Tunagan nya.

“Bersama kakak kandungku sendiri.” lanjut Laysa kemudian meraba dadanya sendiri yang terasa sedikit menyesakan dan meneteskan air mata perlahan.

Mendengar ucapan dari lanjutan kalimat nya Dylan terdiam dan menatap Laysa dengan ekspresi sulit di artikan, mungkin ini yang menyebabkan kenapa dia merasa sedih.

Dylan meraih wajah kecil Laysa dan menatap dalam diam menghapus jejak air matanya di sana.

“Lupakan kelakuan brengsek mereka itu! aku tidak ingin kamu menghabiskan waktu untuk mengingat hal yang tidak menyenangkan seperti itu” tegas Dylan lagi.

Laysa hanya mengangguk dan menatap diam, maungkin karena pengaruh alkohol yang mernarik nafsu mereka dan suasana yang mendukung membuat Dylan memajukan sedikit wajahnya ke pada Laysa.

“Biarkan aku yang membantumu untuk melupkan itu semua.” ucap Dylan kemudian.

Belum sempat Laysa berfikir dan merasa bingung apa maksud ucapan dari Laysa kini bibir Dylan sudah mencium bibir Laysa dengan rakus.

Awalnya Laysa menolak dan mendorong Dada Dylan tetapi bukan melepaskan nya ia malah semakin menahan nya dan memperdalam ciuman di antara mereka bahkan tangan nya tidak tinggal diam begitu saja meraih Laysa dengan gairah dan membawa nya kedalam gendongan dalam keadaan bibir yang saling bertautan, dia membawa Laysa untuk masuk kedalam kamarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status