Home / Romansa / Satu Malam Bersama Sang Pewaris / spending our night together

Share

spending our night together

Author: drirran
last update Last Updated: 2024-05-11 01:39:49

Matahari sudah terbenam cukup dalam dari lima belas menit yang lalu.

Laysa yang sudah terbangun pun untuk melihat sunset masih memutuskan untuk duduk di luar dan tidak ingin masuk ke dalam rumah dan memutuskan untuk lebih lama berada di luar.

Berbeda dengan Laysa yang menikmati waktu tenang nya sendirian sementara di villa sebelah tempat di mana tetangga baru Laysa itu, terdengar beberapa kebisingan dan botol - botol berjauhan. Pada awalnya Laysa berniat mengabaikan sebelum dia merasa semakin terganggu akan suara itu.

“Maaf sebelumnya, saya rasa anda sudah kerterlaluan! membuang sampah bottol itu ke area saya.” Laysa menegur dengan sopan tapi tak ada respon.

Dia pun memutuskan untuk kembali kedalam sebelum satu kaleng tidak sengaja terlempar mengenai bahunya, baru lah kesabaran nya segera menghilang.

“HEI!” Laysa teriak dengan kencang tak ada respon sama sekali.

Jadi dia memutuskan untuk datang ke Villa sebelah dan mengetuk dengan sedikit kasar.

Pintu pun terbuka dengan menampilkan wajah acak dari si pemilik Villa yang terlihat sangat acak-acakan dan dalam kondisi yang sudah sangat mabuk.

“Bagaimana bisa?!” wajah Laysa terkejut bukan main saat mengetahui siapa pemilik villa ini, sepertinya bukan hanya Laysa yang terkejut disini.

Mata Dylan melotot kaget yang awalnya ingin marah dan emosi karena waktu santainya terganggu kini menjadi terkejut dan tersenyum jahil saat mengetahui siapa yang datang ke sini.

“Fiuh. Cepat juga cara kerja mu gadis kecil, baru beberapa jam yang lalu kita bertemu, dan kau,”

Wajah tengil Dylan dan juga pengaruh alkohol yang kuat itu menatap Laysa dengan ekpresi tengil hal itu lah membuat Laysa merasa merinding.

“Bahkan sudah menemukan alamatku, masuk lah tempat ini terbuka lebar untuk menyambutmu.” Dylan mengeser tubuhnya pelan mengisyaratkan Laysa untuk ikut masuk.

Tubuh Laysa merinding sketika.

“Bukan aku yang dengan sengaja mengikuti ataupun menjadi seorang stalker seperti hal yang kau fikirkan! menyebalkan.” oceh Laysa kesal dengan ungkapan dan tuduhan yang Dylan berikan.

Dylan hanya tertawa merespon ucapan Laysa.

“Kau sudah mengotori kawasan rumah nenek ku!” Geram Laysa dengan kesal kepada Dylan.

Mendengar ungkapan Laysa walaupun mabuk kesadaran Dylan juga masih ada, dapat di lihat dari ekspresi kaget yang tergambarkan dari wajah Dylan sebelum akhirnya dia mencoba berjalan keluar dan melihat ke samping berdiri di samping Laysa dan kemudian memandang ke sebelah lagi.

“Jadi kau orang yang tinggal di rumah sebelah?”

Dylan menunjuk ke arah Laysa yang hanya merespon dengan memutar bola matanya malas.

“Berhenti melempar botol - botol itu sembarangan!” Laysa menunjuk Dylan dengan kasar dan berniat pergi.

Dylan yang melihat Laysa hendak pergi pun mencegah dan memegang pergelangan tangan nya menghentikan niat Laysa untuk pergi.

“Lepaskan aku! aku mau pulang!” paksa Laysa kepada Dylan tapi tidak di dengarkan dia langsung menarik Laysa untuk ikut masuk ke dalam dan mengunci pintunya.

“Kalau aku yang tidak mau kau pulang, bagaimana?” Dylan menjawab dengan wajah tersenyum smirk dan masih menatap Laysa.

“Aku tidak perduli sekarang biarkan aku pulang!” tegas Laysa sekali lagi.

“Please...”

Suara Dylan terdengan Lirih dan kecil membuat Laysa yang awalnya mendelik menjadi terdiam dan melembut menatapnya.

“Tolong temani aku minum, aku sungguh membutuhkan seseorang untuk mendengarkan ceritaku dan aku rasa—.” kalimat Dylan langsung terhenti dan menarik Laysa untuk mendekat.

“Ayo aku akan menemani mu, lagi pula aku juga butuh untuk menyegarkan fikiran untuk sekarang.” Laysa melepaskan diri dari Dylan.

Dan kini gadis itu sudah membuka kulkas di Villa Dylan dan mengambil minuman tanpa di tawarkan dahulu, Dylan yang melihat kelakuan Laysa hanya mampu terkekeh geli, baru kali ini ada gadis yang berani bertindak seperti ini kepadanya dan bahkan berani bergerak di area kediamannya seperti dia yang boss nya di sini.

Dylan bahkan tidak keberatan jika itu semua benar - benar terjadi.

“Wow, kelakuan mu saat ini benar - benar seperti menunjukan kalau kau adalah nyonya di sini.” ucap Dylan dengan terkekeh dan kembali meminum minuman milik nya sebelum bergabung untuk duduk di samping Laysa.

Laysa hanya menatap sinis dan fokus untuk melanjutkan minumnya tidak ingin menanggapi serius ucapan Dylan.

Lama waktu mereka lewati dengan meminum alkohol sebagai penghibur dan tertawa sambil bercerita berdua, keadaan yang sangat mabuk membuat kedua orang ini menjadi lebih terbuka satu sama lain.

“Tunangan ku selingkuh.” Dylan akhirnya memasang mimik serius.

Laysa yang tadinya masih tertawa dan kini masih menyandarkan tubuhnya di sofa dalam keadaan mabuk berat menutup matanya dengan lengannya.

Mendengar ucapan Dylan langsung menoleh dan menatapnya dengan kaget.

“Di selingkuhi? kamu? bukan kah kau bilang sebelumnya kalau kau adalah seorang pria impian bagaimna mungkin kamu bisa di selingkuhi?” tanya Laysa dengan bingung.

Dylan yang awalnya ingin bercerita dengan serius mendengar kalimat Laysa yang sudah mulai memanggilnya dengan lebih bersahabat kini tersenyum lembut, memang benar dirinya sedih bukan karena pertunangan antara dia dan Berlyn putus melainkan adalah desakan dari orang tuanya dan adik perempuan nya yang akan kembali menerornya.

“Aku tidak tahu mungkin dia sudah buta.” balas Dylan menahan untuk tertawa saat melihat ekpresi Laysa yang kini masih sibuk minum entah sudah abis botol keberapa.

“Mungkin dia sudah sadar, Aku juga di selingkuhi oleh tunangan ku sendiri,” kalimat Laysa terhenti dan menatap Dylan dengan mata berkaca - kaca.

Dylan kaget bukan main ternyata mereka memiliki kisah yang sama, bahkan gadis kecil itu terlihat sangat ingin menangis sekarang mungkin ini sangat menyakitkan bagi gadis ini, entah mengapa Dylan merasakan hal tidak suka melihat seberapa besar rasa cinta yang dimiliki oleh dia kepada Mantan Tunagan nya.

“Bersama kakak kandungku sendiri.” lanjut Laysa kemudian meraba dadanya sendiri yang terasa sedikit menyesakan dan meneteskan air mata perlahan.

Mendengar ucapan dari lanjutan kalimat nya Dylan terdiam dan menatap Laysa dengan ekspresi sulit di artikan, mungkin ini yang menyebabkan kenapa dia merasa sedih.

Dylan meraih wajah kecil Laysa dan menatap dalam diam menghapus jejak air matanya di sana.

“Lupakan kelakuan brengsek mereka itu! aku tidak ingin kamu menghabiskan waktu untuk mengingat hal yang tidak menyenangkan seperti itu” tegas Dylan lagi.

Laysa hanya mengangguk dan menatap diam, maungkin karena pengaruh alkohol yang mernarik nafsu mereka dan suasana yang mendukung membuat Dylan memajukan sedikit wajahnya ke pada Laysa.

“Biarkan aku yang membantumu untuk melupkan itu semua.” ucap Dylan kemudian.

Belum sempat Laysa berfikir dan merasa bingung apa maksud ucapan dari Laysa kini bibir Dylan sudah mencium bibir Laysa dengan rakus.

Awalnya Laysa menolak dan mendorong Dada Dylan tetapi bukan melepaskan nya ia malah semakin menahan nya dan memperdalam ciuman di antara mereka bahkan tangan nya tidak tinggal diam begitu saja meraih Laysa dengan gairah dan membawa nya kedalam gendongan dalam keadaan bibir yang saling bertautan, dia membawa Laysa untuk masuk kedalam kamarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Sang Pewaris    Kesalahpahaman yang di benarkan

    Layar monitor sudah menyala dengan menampilkan hasil kerja keras dari sahabatnya Cherry membuat mata Laysa menatap dengan tersenyum tipis, dia begitu mengingat dengan jelas bagaimana perjuangan Cherry untuk menyelesaikan proyek ini, sebagai orang yang di percayakan untuk mengurus dan menghendle investor, meskipun dia hanyalah salah satu dari sekian karyawan kecil di perusahaan Goodrell cabang tapi usaha yang Cherry lakukan benar-benar sepenuh hati. Menghela nafas pelan dirinya mulai menjelaskan tempat yang strategis serta bagaimana proses perkembangannya dari proyek ini berlangsung. “Jadi untuk keseluruhannya sudah berjalan sesuai rencana kurang lebih 87%,” jelas Laysa lagi tersenyum dengan profesional kepada semua orang yang mendengarkan penjelasannya dengan serius atau bahkan yang menatap tak suka akan kehadirannya secara tiba-tiba karena kini perhatian dari Dylan bahkan wanita yang berniat untuk menggoda sang bos pun menatap tak suka dengan pandangan permusuhan.‘Wanita acak dari

  • Satu Malam Bersama Sang Pewaris    Pertemuan yang tak terduga

    “Jadi bagaimana untuk kelanjutan pembangunan di kota A, apa sudah semuanya di selesaikan data bangunan dan perencanaan pembiayaan nya,” suara dingin itu menyapi ruangan mata yang tajam menatap semua yang ada di ruangan. Sudah hampir setengah jam berlalu mereka melaksanakan meeting dan memang beberapa saat yang lalu posisi bagian penjelasan yang di tugaskan kepada Cherry bisa di gantikan oleh pihak lain yang memang ikut juga mengatasi ini semua. Laysa berlari dengan tergesa - gesa dirinya juga tak menyangka bahwa ia bisa terlambat untuk datang menggantikan Cherry dalam meeting penting ini, ia masih ingat dengan jelas materi serta berkas yang nantinya akan di bahas di pembicaraan kali ini. Tapi apa boleh buat jangan kan untuk menjawab, bahkan untuk diizinkan masuk pun dirinya ragu masih di perbolehkan atau tidak, bukan karena ancaman atau kenyataan Cherry mengetahui adalah usul mengenai histori pendidikannya melainkan semua demi Darel. dengan nafas tergesah-gesah dirinya berlari

  • Satu Malam Bersama Sang Pewaris    wanita angkuh itu membuat keributan

    Lamunan gadis cantik itu terhenti dengan wajah yang sungguh sedih dan pias dirinya menatap kaca bus di jalanan dengan pandangan yang kosong, ada banyak sekali yang ia fikirkan terutama ucapan sahabatnya tadi sebelum dia pergi, dan kini dia masih berada di jalan untuk menuju ke toko bunga miliknya. Dia adalah pemilik jadi sesungguhnya tidak masalah jika dia tidak datang untuk berkerja, tanpa dirinya pun toko tetap akan di buka yang menjadi alasan kenapa dia merasa wajib untuk datang kali ini adalah, seorang klien angkuh dan sombong yang kerap kali di bicarakan oleh pegawainya hari ini akan berkunjung, ia merupakan salah satu pelanggan yang sudah memesan sejak 1 minggu yang lalu, dan di sinilah masalahnya. Sudah berulang kali karyawannya mengirimkan buket bunga serta rangkaian yang telah mereka kerjakan, tetapi tetap di tolak oleh klien kali ini, yang membuat Laysa sedikit marah bukan karena dia komplain atau merasa tidak puas melainkan tindakan dirinya yang semena - mena terhadap pe

  • Satu Malam Bersama Sang Pewaris    Bagaimana kau bisa tahu

    Pagi ini suasana ruang rawat milik Cherry tiba-tiba menjadi sunyi selepan kepergian Daenarys yang berpamitan karena ada kelas serta Darel bocah kecil dan aktif itu yang sudah diantar telebih dahulu oleh Daenarys untuk masuk sekolah.disinilah mereka hanya tersisa berdua yaitu Laysa dan juga Cherry dan sebentar lagi Cherry akan di tinggal sendirian terlihat dengan jelas dan sedikit sibuk kini Laysa sudah duduk di depan cermin dan mempoles dirinya menggunakan make up tipis sebelum berangkat ke toko."Ayolah Laysa apa kau tidak bisa memikirkan nya sekali lagi?" suara helaan nafas Cherry dan juga gelengan kepala Laysa masih menghiasi perdebatan mereka di pagi hari ini.Hari ini adalah hari yang cukup penting bagi Cherry dan juga hari ini merupakan salah satu hari yang menyebabkan dirinya berakhir di rawal di bangsal rumah sakit. karena memang pada hari ini jadwal mengenai meeting gabungan di kantor pusat telah menyita waktu Cherry selama ini, karena dirinya tiba-tiba jatuh demam dan cukup

  • Satu Malam Bersama Sang Pewaris    Siapa anak kecil itu?

    Wajah Daenarys kini masih sedikit bersedih jika mengingat kejadian tak terduga tadi dirinya bahkan kini merenung dengan wajah yang sulit di baca, berulangkali Daren menari narik lengan baju gadis itu, hingga akhirnya dia menoleh dan tersadar dari lamunan nya."Maafkan kakak Darel kakak tidak bermaksud untuk mengabaikan mu tadi." Daenarys kini memebrikan tatapan tak enak kepada bocah kecil satu itu yang juga mencibirkan muka sedikit sedih melihat diam nya Daenarys."Tidak apa-apa kakak, Arel cuma takut kakak sedih." Darel masih mengenggam tangan Daenarys dengan lembut dan Daenarys tersenyum lembut melihat kelucuan yang di tunjukkan oleh bocah ini, dia kemudian menarik Darel kedalam pelukan hangatnya dan mengelus pelan kepala anak laki-laki itu, dia butuh kehangatan saat ini. Namun saay Daenarys dengan tenang berpelukan dengan Darel bocah berusia 4 tahun lebih berpa bulan itu setelah di interupsi oleh suara berat lelaki yang kini sudah datang dengan ekspresi wajah cemas."Daenarys ohh.

  • Satu Malam Bersama Sang Pewaris    Sleeping pills

    5 tahun sudah berlalu, dan kini keluarga Viequet masih sibuk bekerja di bidang masing-masing dengan suasana yang tidak lagi sama, dan semakin dingin tak tersentuh.Layla yang beru saja pulang kerumah kini memandang dengan ekspresi wajah dingin mulai memasuki rumah yang terdengar sangat sunyi dia tidak menemukan keberadaan ibunya di sini, tentu saja dia tahu di mana keberadaan ibunya sekarang, dengan langkah cepat dirinya berjalan dan masuk tanpa mengetuk lagi kekamar adikna dulu Laysa."mom?" suara lembut Layla menyapa saat dirinya mendapati dang ibu dengan cepat dan tergesah-gesa menyusun secara acak album foto yang sudah dia bolak-balik entah sejak kapan itu terjadi, Carren yang melihat kepulangan Layla pun hanya mampu tersenyum sendu."Sudah pulang, tumben ke rumah?" tak ingin membahas lebih jauh perasaan sedih dirinya mengenai keberadaan dan rasa rindu yang dia rasakan untuk anak keduanya Laysa kini dia hanya mampu menghibur diri.Layla perlahan berjalan mendekat dan memeluk Carre

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status