Share

Jack Mencari Keberadaan Pretty

Pretty berdiri di bawah air shower yang membasahi tubuhnya, sambil menangis dengan penuh rasa kecewa dan sakit hati. ia menangis selama satu jam di kamar mandi dan setelah sesaat kemudian ia keluar dari kamar mandi dan berjalan menghampiri alas tidurnya yang tipis yang terletak di lantai. iya, di situlah tempat tidur Pretty selama ini, hanya di alas sprei yang bahannya tipis dan kasar. Pretty lalu duduk di sprei tipis itu sambil menangis memeluk kedua lututnya.

"Kenapa papa dan mama sangat membenciku? siapa yang bisa melindungiku? aku sedang terluka dan tidak ada siapapun yang bisa mengobati lukaku, aku harus mengadu pada siapa?" batin Pretty.

Di sisi lain para anggota Jack sedang mencari keberadaan Pretty, akan tetapi masih belum ada kabarnya, tentu saja hal ini telah membangkitkan kemarahan seorang Jack Harrison yang sangat ingin menemukan gadis itu.

"Tidak berguna! kalian semua hanya mencari seorang gadis saja tidak bisa!" bentak Jack sambil melempar cangkirnya ke lantai sehingga pecah berkeping-keping.

Prang...

Semua anggota Jack hanya tertunduk lesu akibat gagal dalam tugas mereka.

"Kenapa masih berdiri sini? pergi dan dapatkan dia!" bentak Jack dengan nada tinggi.

"Iya Bos," jawab serentak anggotanya dengan menunduk dan kemudian segera meninggalkan mansion milik bosnya itu.

"Luiz!" teriak Jack dengan nada kesal.

Luiz yang berdiri di luar pintu langsung berlari menghampiri bosnya yang sedang berada di ruangan tengah.

"Iya Bos!" sahut Luiz yang berdiri di belakang Jack.

"Bagaimana dengan hasil penyelidikannya?" tanya Jack yang tanpa menoleh ke arah Luiz.

"Bos, masih belum ada hasilnya" jawab Luiz dengan menunduk.

"Kapan kau baru bisa memberi jawabannya untukku? kau tahu aku tidak suka menunggu lama."

"Segera Bos."

"Jangan hanya omong kosong di hadapanku, kau tahu akibatnya jika kau gagal!" kecam Jack dengan menoleh ke arah Luiz.

"Iya Bos, saya mengerti," jawab Luiz dengan menunduk.

"Keluar!" perintah Jack dengan nada kesal.

"Baik," jawab Luiz yang langsung melangkah keluar.

" kau pergi ke mana, Pretty Jolie?" gumam Jack.

"Aneh! selama hidupku aku tidak pernah peduli pada wanita manapun, tapi kenapa dengan wanita ini aku malah hampir menjadi gila. seharusnya aku memberi dia uang saja untuk ganti rugi. tapi kenapa aku malah ingin menikahinya?" ucap Jack yang mengusap kasar wajahnya.

Tidak lama kemudian seorang anggota Jack yang baru datang menjumpai bosnya itu, pria ini yang tak lain adalah pengawal Jack yang terpercaya, Sean.

"Bos, saya sudah kembali," sapa Sean dengan hormat.

"Sean, bagaimana hasilnya?" tanya Jack yang duduk di sofa.

"Bos, posisi musuh kita ada di kamboja, di sana dia bersama beberapa anggotanya dan bersembunyi di sebuah gudang kosong," jawab Sean dengan sopan.

"Dia melarikan diri dariku, dan bersembunyi di sana, apakah dia mengira jika aku tidak bisa mendapatkannya."

"Bos, kapan kita bertindak? anggota sedang menunggu perintah Anda."

"Besok kita harus bertindak, sampaikan perintah ke anggota kita, bunuh mereka semua, jangan sampai ada yang tersisa."

"Baik, segera saya lakukan," jawab Sean dengan sopan.

"Bos, apakah kita menghadapi masalah?" tanya Sean yang melihat raut wajah bosnya yang sedang tidak senang.

"Alex telah mencampurkan obat perangsang ke dalam minumanku, aku menyuruh Luiz membawakan wanita panggilan. akan tetapi dia malah membawa wanita yang tidak berdosa dan aku telah menodainya." jelas Jack dengan merasa bersalah.

"Bos, lalu, di mana wanita itu?"

"Dia menghilang, sebanyak puluhan anggota mencarinya akan tetapi mereka gagal temukan gadis itu," jawab Jack dengan menuangkan minuman ke gelas beningnya.

"Bos, saya akan menyelidikinya."

"Tidak perlu! Luiz sudah mengirim orang untuk menyelidikinya," jawab Jack yang meneguk minumannya.

"Sean, lakukan pengawasan ke wilayah A , tempat itu sudah lama menjadi incaran kita, Thomas Wonder selama ini suka mencari masalah dengan kita, oleh sebab itu aku ingin segera membalas dendam padanya!"

"Baik, akan saya lakukan, Bos," jawab Sean dengan sopan.

Mansion Albert Jolie

Di pagi itu, seperti biasanya Pretty harus bangun jam 03.00, ia harus mengepel, mencuci pakaian dan menyiapkan makanan, karena ia harus masuk kerja jam 08.00 pagi. Pretty harus menyiapkan semua pekerjaan rumahnya sebelum jam 07.00. dan setelah itu ia harus berangkat kerja pada jam 07.00. karena ia membutuh waktu selama satu jam untuk sampai ke perusahaan dengan tanpa mengunakan kendaraan dan hanya berjalan kaki. kehidupan Pretty memang selalu di pojokan oleh keluarganya, tidak ada yang tahu apa sebabnya keluarganya itu sangat membenci dirinya. setiap keluar ia tidak pernah diizinkan mengunakan kendaraan milik keluarganya itu. ke mana pun ia pergi ia harus berjalan kaki.

"Sakit sekali, tidak tahu apa aku bisa berjalan kaki ke tempat kerjaku" batin Pretty.

Jam dinding menunjukan pukul 06.30 pagi.

Albert, Julia dan Monica menuju ke ruang makan untuk bersarapan sebelum berangkat kerja, sementara Pretty menghidang sarapan ke atas meja serta minuman.

"Pa, apakah nanti aku bisa menumpang mobilmu untuk ke tempat kerjaku? karena tabrakan kemarin aku masih merasa sakit," tanya Pretty yang berdiri di samping ayahnya itu.

"Itu urusanmu, kau bisa memanggil taksi ataupun bus!" jawab Albert dengan bersikap cuek.

"Tapi untuk ke terminal cukup jauh, aku takut tidak sempat. dan taksi juga sangat mahal ongkosnya!" jawab Pretty.

"Pretty, mobil papamu itu hanya boleh digunakan untuk orang yang berlevel, kalau dirimu tidak pantas duduk di mobil kami!" ujar Julia dengan menghina.

"Ma, aku hanya menumpang untuk hari ini saja, lukaku masih sakit, aku takut jika aku tidak bisa sampai ke tempat kerja!" ucap Pretty.

"Adikku, ambil uang ini dan panggillah taksi!" kata Monica yang mengambil selembar uang kertas dan melempar ke lantai.

"Lihatlah kakakmu begitu baik padamu, jangan terlalu manja, hanya karena sakit saja sudah tidak bisa berjalan. kau harus sadar diri juga jangan meminta lebih. kami masih membiarkanmu makan dan tidur di sini kau sudah sangat beruntung!" kata Julia yang sambil menyantap makanannya.

Pretty yang mendapatkan penghinaan ini hanya bisa diam tidak bisa berkata apapun, karena dirinya mengerti jika keluarganya itu tidak pernah menganggapnya. lalu ia berjalan ke dapur tanpa mengutip lembaran uang itu dan makan roti di sana, duduk di lantai dapur sambil bersarapan dan menahan sakit pada bagian intinya.

Mengigit dan mengunyah roti dengan sambil meneteskan air mata kecewa, karena selalu saja dipojokan. bahkan di saat sakit mereka juga tidak memperdulikan dirinya.

"Kenapa mereka selalu saja bersikap tidak adil padaku? apakah aku bukan anak mereka?" batin Pretty.

"Andaikan aku ada tabungan maka aku bisa tinggal di luar, akan tetapi setiap bulan gajiku habis ke listrik rumah ini. mereka sangat keterlaluan ingin aku membayar uang listrik setiap bulan karena aku tinggal di sini. kenapa mereka bisa begitu kejam padaku. apakah aku memang bukan anak mereka?" batin Pretty.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status