Dua minggu kemudian…
Claire membereskan barang-barang di mejanya. Waktu berlalu dengan cepat dan sekarang adalah hari terakhir Claire bekerja di perusahaan ini. Jujur, hatinya terasa berat saat harus meninggalkan ruangan ini. Ruangan yang didapatkannya dengan susah payah sejak Claire berhasil membuktikan kemampuannya dan menjadi SFE.Ruangan yang menjadi saksi bahwa sesulit apapun masalah dan gunjingan yang harus dihadapinya, tapi Claire berhasil melewatinya dan keluar sebagai pemenang.Tidak bisa dipungkiri kalau sebenarnya Claire menyukai perusahaan ini.Perusahaan yang bersedia memberinya kesempatan.Perusahaan yang membantunya disaat Claire hampir kehilangan harapan karena gagal dalam beberapa kali interview di perusahaan sebelumnya.Perusahaan yang membantu Claire saat dirinya membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan Revel yang saat itu masih ada di dalam kandungannya.Tapi hari ini, Claire terpaksa harus melepaskannya.Claire menyambut kepulangan Levin dengan sumringah. Apalagi tangan pria itu menenteng makanan pesanannya. Makanan yang sudah diinginkannya sejak kemarin hingga membuat air liur Claire hampir menitik meski hanya sekedar membayangkannya saja. Subway dan taco bell. “Thank you, Sayang.”Claire menggandeng lengan Levin, mengajaknya duduk di meja makan. Minta ditemani. Hal yang cukup mengherankan bagi Levin karena tidak biasanya Claire bersikap semanja ini padanya. Tapi tidak masalah, Levin justru menyukainya karena dengan begitu Levin merasa lebih dibutuhkan oleh istrinya. “Jadi bagaimana pekerjaanmu hari ini di kantor? Apakah Johan kembali menyiksamu dengan setumpuk pekerjaan?” tanya Claire sambil melahap makanannya. Levin tersenyum tipis. Ikut mengunyah sandwich yang disodorkan oleh Claire. Jujur, Levin tidak terlalu suka makanan cepat saji seperti ini, tapi karena Claire yang menyuapinya, terpaksa Levin membuka mulutnya dan menerima apa yang disodorkan wanita itu. T
Levin sedang meneliti salah satu dokumen kerjasama yang diletakkan di atas meja kerjanya tadi pagi oleh Johan saat daddy Keenan masuk ke dalam ruangan dan duduk di sofa empuk yang ada di ruang kerja Levin. “Hi, Dad. Ada apa?”“Tidak, daddy hanya ingin mengobrol.”Levin membubuhkan tanda tangan dan ikut bergabung dengan daddy Keenan. “Bagaimana hubunganmu dengan Claire? Sepertinya kamu terlihat sangat bahagia setelah menikah,” ucap daddy Keenan membuka pembicaraan. “Aku memang bahagia, Dad. Menikahi Claire adalah keputusan terbaik yang pernah aku ambil dan kebahagiaan terbesar yang pernah aku rasakan di sepanjang hidupku,” ungkap Levin, tidak peduli meski ucapannya terdengar hiperbola karena memang itulah yang dirinya rasakan. Kata bahagia saja tidak cukup untuk menggambarkannya, meski pertengkaran juga kerap mewarnai hubungan pernikahan mereka. Daddy Keenan terbahak mendengar jawaban putranya. “Sepertinya rasa cintamu jauh lebih besar daripada Clair
Anehnya, Claire hanya mengangkat bahu dengan santai. Tidak tampak khawatir dengan kemarahan Levin. Lagipula Claire hanya ingin menggoda suaminya! Senang melihatnya cemburu karena itu tandanya Levin sangat mencintainya kan? Meski terkadang kecemburuan suaminya berlebihan dan suka membuatnya kesal! Apalagi jika sudah berhubungan dengan Nick! Hmm, lebih baik abaikan saja! Sikap Claire yang terlihat santai dan cuek membuat Levin semakin geram.“Apa kamu pernah tidur dengan pria lain saat di Melbourne tanpa sepengetahuanku?”“Aku tidak ingin menjawabnya. Lagipula jika aku pernah melakukannya pun, itu terjadi di saat statusku masih single dan available. Tidak masalah kan?” pancing Claire lagi, sengaja mempermainkan emosi Levin. Claire paling suka jika melihat suaminya cemburu seperti ini. Oh, jadi seperti ini rasanya dicintai secara ugal-ugalan dan dicemburui oleh suami sendiri?Padahal demi Tuhan, tidak pernah sekalipun Claire tidur dengan pria lain. Hanya Levi
Hari terasa lambat bagi Claire. Jujur, dirinya sangat benci menjadi pengangguran seperti ini. Seolah Claire hanya dianggap sebagai porselen pajangan rumah yang menunggui putra dan suaminya. “Levin, aku bosan di rumah. Bagaimana kalau aku kembali bekerja?” pinta Claire, kembali mengajukan permintaan yang pernah ditolak mentah-mentah oleh pria itu. “Untuk apa kamu bekerja? Aku sanggup membiayai kebutuhan keluarga kita, Claire.”“Aku tau, Levin, tapi permasalahannya bukan uang. Aku hanya bosan karena tidak ada hal yang bisa aku kerjakan setiap hari.”“Bukankah setiap hari kamu harus mengurus Revel? Menyiapkan bekal, mengantarnya ke sekolah, menemaninya mengerjakan PR, bermain dengan Revel dan masih banyak hal lain yang bisa kamu lakukan bersama Revel. Dan juga hampir setiap malam aku ngerjain kamu di atas ranjang, apa itu masih kurang sibuk hingga membuatmu bosan?” jawab Levin asal membuat Claire mendelik kesal. “Kamu tau sendiri kalau dari dulu aku terbiasa beke
Setelah menegaskan bahwa Claire adalah miliknya, Levin memulai alunan melodi percintaan mereka yang memabukkan. Membelai setiap jengkal tubuh mulus Claire dengan sentuhan dan cumbuannya hingga wanitanya hanya mampu mendesah sambil menggigit bibirnya dengan sensual, menahan kenikmatan yang memporak porandakan akal sehatnya. Kenikmatan yang berasal dari cumbuan lihai suaminya. “Wajahmu begitu sensual, Sayang. Aku tidak tahan lagi!” geram Levin saat melihat Claire yang sibuk menikmati cumbuannya dengan mata terpejam sambil mendesahkan namanya dengan nada menggoda. Nada yang menggoda Levin agar segera menunjukkan keperkasaannya dan dirinya tak akan ragu menunjukkannya! Claire melenguh pelan saat Levin menyatukan tubuh. Lagi, rasa sesak yang memabukkan menguasai milik Claire hingga otaknya tertutup oleh kabut kenikmatan. Desahan demi desahan memenuhi kamar saat Levin mulai bergerak. Terus menghentak, berusaha mempersembahkan kenikmatan untuk wanitanya. Gerakannya kian
Levin meraih tangan Claire yang sibuk memukuli dada bidangnya dan menggenggamnya erat-erat. “Iya, maaf. Aku yang salah karena asal tuduh. Kamu mau maafin aku kan?”Tidak ada jawaban. Wajah Claire masih memberengut kesal. “Kamu mau maafin aku kan?” desak Levin lagi.“Berisik!” sentak Claire.Kali ini, Levin terbahak. Demi Tuhan! Istrinya terlihat menggemaskan jika sedang merajuk seperti ini! Persis anak kecil! Padahal sudah bisa melahirkan anak kecil!Levin kembali merengkuh Claire ke dalam pelukannya. Kali ini Claire tidak berontak, menikmati pelukan hangat suaminya yang membuatnya merasa nyaman.Hening sejenak sebelum suara Claire kembali terdengar.“Aku juga minta maaf. Aku tau kalau setelah menikah, seharusnya aku lebih menjaga jarak dari pria manapun, tidak lagi terlalu dekat. Tadi Nick juga sudah menasehatiku, hanya saja aku perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Sama seperti dulu saat kamu memintaku untuk memprioritaskan kamu dibanding Nick. Jad