Pesawat United Airlines yang terbang dari Bandar Udara Incheon Internasional akhirnya melandas di Bandar Udara O’Hare Internasional tepat pukul 14:52 pada hari Jumat.
Seorang wanita—memakai sweater rajut putih, coat panjang sebetis berwarna hitam, celana hitam dan sepatu boots di atas mata kaki—melangkah keluar dari terminal kedatangan dengan penuh semangat.
“Slow down, San. Kakiku sudah mau putus,” protes Bambi sambil menyeret dua koper besar di belakangnya dan satu tas tangan.
“Nanti aku belikan kaki baru,” ujar Sandra tanpa melambatkan langkahnya.
Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Moses. Sandra sengaja tidak memberitahu kepulangannya ke Chicago dipercepat satu hari. Moses pasti terkejut.
Sandra rela membeli tiket baru dan berangkat subuh. Untung saja dia bisa tidur di kursi First Class yang nyaman, lengkap dengan minuman dan makanan gratis.
James sudah menunggu mereka di hall kedatangan. Akhirnya Bambi bisa bernapas lega sa
Sementara itu di Mansion Bramasta… Moses memijat bahunya sendiri setelah menutup pintu kamar Jessica. Entah sampai kapan dia harus menghadapi dan menemani Jessica melewati masa histerisnya. Namun dia sudah berjanji akan terus berada di sisi Jessica sampai wanita itu sembuh. Moses hanya berharap istrinya tetap sabar. Dia tidak lupa bagaimana wajah tanpa ekspresi Sandra menatap mereka saat di atas kasur bersama. Apa yang Sandra pikirkan? Moses menghela napas. Selama kepergian Sandra, dia merasa mansion ini semakin hampa. Dia hanya ingin hari ini cepat berlalu dan begitu besok tiba, Sandra sudah berdiri di hadapannya. Ah, dia lupa harus pergi ke perusahaan. Cal pasti jengkel menunggunya begitu lama. Moses belum sempat masuk ke mobil ketika pelayan pribadi Agatha memanggilnya. Kenapa hari ini semua orang tidak bisa memberinya sedikit waktu untuk bernapas? “Ada apa, Oma? Aku harus pergi bertemu Cal. Dia sudah menungguku dari
Jam jenguk pasien sudah hampir habis, namun Moses sama sekali tidak masuk ke kamar untuk melihat istrinya sendiri. Phoebe keluar dari kamar dan melihat hanya ada Moses seorang, dia masih duduk di kursi tunggu rumah sakit. Sepertinya yang lain sudah pulang duluan. Apa yang ada di dalam benaknya? Phoebe memperhatikan sosok pria yang menatap lurus dalam kekosongan. Semakin dilihat, semakin Phoebe menemukan kesamaan dalam diri mereka. “Bagaimana keadaannya?” Phoebe tersentak kaget. “Sandra terlihat masih sangat syok. Dia tidak mengucapkan satu kata pun.” Tidak ada seorang ibu yang rela kehilangan anaknya. Apalagi Sandra sangat menantikan kehadiran anak ini dan dia sudah bersemangat memper
“Kamu yang telah membunuh bayiku! Aku kehilangan bayiku karena kamu! Kamu yang telah merenggut Guppy dariku!!” Tangan Sandra terangkat ke atas dan menampar wajah Felysia sebelum Moses dapat mencegahnya. Parsel buah di tangan Felysia jatuh ke lantai. “Sandra!” bentak Moses sambil menahan tubuh rapuh istrinya agar tidak menyerang sasarannya. “Hentikan ini sekarang juga!” Felysia mundur ketakutan sambil memegang pipinya yang merah karena tamparan Sandra. Nadanya bergetar saat Felysia berkata, “Saya… Saya tidak melakukan apa yang dituduhkan Nyonya Sandra, Tuan. Sumpah… Saya hanya membantu saat anda pingsan, Nyonya.” “Apa yang kamu taruh ke dalam jus jeruk itu? Kamu ingin mencelakakanku? S
Sandra’s POV Kepingan-kepingan salju turun dari langit, menyelimuti halaman mansion bagaikan selimut putih yang lembut. Langit terlihat suram dan kabut begitu tebal sehingga sinar matahari tidak bisa menembus permukaan bumi di hari pertama musim dingin. Aku duduk dalam kamar yang hangat dari alat pemanas ruangan yang mungkin dihidupkan Tina pada malam hari sewaktu salju pertama turun. Namun aku bisa merasakan dinginnya cuaca di luar seakan badai salju lebat sedang melanda hatiku. Seseorang membuka pintu kamarku. Dari langkah kakinya yang berat, aku bahkan tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa yang telah masuk, menginvasi ruang pribadiku.
Third POV “Kamu harus hamil lagi. Dan kali ini aku akan memastikan bahwa anak yang ada di rahimmu adalah anakku.” Mendengar perkataan itu, wajah Sandra yang tadinya merah karena ciuman dari Moses, langsung berubah pucat. Ada ketakutan dan ketidakberdayaan di mata hazelnya. Moses merasa puas telah meretakkan topeng dingin penuh kepalsuan istrinya. Mau bercerai katanya? Sebaiknya Sandra melangkahi mayat Moses terlebih dahulu sebelum dia berpikir dia dapat lari ke pelukan pria lain. Karena Sandra hanya menatapnya bagaikan tersambar petir, Moses melepas cengkeraman tangannya. “Tidak…,” bisik Sandra sambil bangkit dari ka
Perkataan Tuan Bates terngiang-ngiang di telinga Tristan. Dia sedang dalam perjalanan ke rumah Moses dengan hati yang kacau. Bukan hanya gagal untuk mendapat kepastian isi dokumen Sandra, namun juga karena kabar kematian Felysia yang tak terduga.Dia ditemukan meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang di sebuah klub malam murahan? Tidak terdengar seperti sifat Felysia yang mau mengunjungi tempat seperti itu.Sebuah mobil Ford hitam melaju dengan kecepatan tinggi, melintasi mobil Tristan, hampir menyerempet badan mobilnya.“Fucking asshole!” umpat Tristan yang hampir menabrak pembatas jalan di sebelah kanan.Jiwa muda dalam diri Tristan tertantang untuk mengejar mobil yang b
“My goodnight kiss.” Sandra tidak sempat lari karena Moses sudah duluan mendorongnya ke dinding, tubuh mereka saling menempel. Bukan ciuman kasar yang Sandra takutkan seperti saat pertama kali Moses melakukannya. Karena ketika Sandra merasakan bibir hangat itu, dia lebih takut Moses akan menciumnya dengan kelembutan dan kesabaran. Sandra takut tubuhnya akan mengkhianati dirinya sendiri. Lidah Moses menjelajahi setiap sudut bibirnya, membujuknya untuk membalas ciuman itu. Bagai gunung Everest yang diguyur lahar panas, Sandra mengerang, membuat bibirnya sedikit terbuka. Moses langsung mengambil kesempatan untuk memperdalam ciuman mereka. Lidah mereka bertemu di dalam. Sandra tidak menya
Moses mengajak Sandra makan siang di Graham Elliot Bistro. Sepertinya dia melakukan reservasi sewaktu menunggu Sandra karena walaupun restoran mewah tersebut penuh, mereka langsung mendapat meja.“Kenapa? Kamu tidak selera makan?”Pisau dan garpu Sandra berhenti memainkan makanannya. Foie gras yang dimasak dengan sempurna itu sama sekali tidak menggugah selera Sandra.“Kalau kamu mau ganti, aku akan menyuruh pelayan membawakan buku menu.”“Tidak. Tidak perlu.” Sandra dengan berat hati memakannya.Sebenarnya Sandra sudah lama tidak makan Foie gras setelah tahu fakta mengerikan dalam proses pr