Home / Romansa / Satu Tahun Jadi Istrimu / Bab 222. Seperti Kenal

Share

Bab 222. Seperti Kenal

Author: Liani April
last update Last Updated: 2025-12-09 11:00:35

Denting lonceng kecil di pintu Bloomia berdenting pelan, tapi Tavira sama sekali tidak menyadarinya. Ia masih terduduk di meja kasir, dagu bertumpu pada kedua tangan, tatapan kosong mengarah ke sudut ruangan penuh vas kaca. Sudah lebih dari sepuluh menit ia melamun tanpa bergerak.

Mobil misterius itu terus menari di kepalanya.

Siapa Kael?

Apa dia salah satu pelanggan Bloomia?

Atau Tavira pernah bertemu dengannya di tempat lain?

Skenario-skenario yang tidak masuk akal terus berputar, tapi tidak ada satu pun jawaban yang terasa tepat.

“Tavira?”

Suara itu memecahkan lamunannya. Tavira tersentak sedikit dan mengangkat kepala. Di depannya berdiri seorang Juan. Senyumnya hangat, gaya berpakaian santai namun rapi, dan aura ramah yang selalu memenuhi toko setiap kali ia datang.

“Oh, Juan!” ujar Tavira. Buru-buru merapikan rambut dan duduk tegak. “Maaf, aku nggak dengar kamu masuk.”

Juan tertawa kecil. “Enggak apa-apa. Sepertinya

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 244. Rumah Tanpa Darian

    Kamar itu dingin dan sepi. Tempat tidur besar yang biasanya terasa nyaman kini seolah terlalu luas.Tavira menatap bantal Darian yang masih tertekan bekas kepala suaminya. Selimutnya pun masih berbau shampoo Darian. Tavira menggenggam bantal itu, lalu jatuh terduduk sambil memeluknya erat-erat.“Darian,” suaranya pecah.Air mata menetes tanpa bisa dihentikan.“Bangunlah,” bisiknya. “Aku nggak bisa sendiri. Aku nggak bisa tanpamu.”Ia menunduk, bahunya bergetar. Perutnya kembali mual.Tavira bergegas ke kamar mandi dan muntah sampai lututnya gemetar. Bu Ayu yang mendengar suara itu langsung datang, menepuk punggung Tavira dengan hati-hati.“Nyonya harus makan sedikit saja. Tolong dengarkan saya.”Tavira hanya menangis sambil menggeleng.“Aku nggak butuh itu. Aku baik-baik saja.”“Tapi Nyonya—“Bu Ayu tidak bisa apa-apa melawan majikannya yang rapuh. Tanpa Darian, Tavira berubah jadi orang yang tidak bisa ber

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 243. Menjaga Dua Nyawa

    Berhari-hari itu seperti kabur menjadi satu warna kusam bagi Tavira.Siang dan malam tidak lagi punya batas.Waktu hanya bergerak antara bunyi mesin monitor jantung Darian dan napasnya sendiri yang tak pernah stabil.Setiap pagi, ia mengelap tubuh Darian pelan dengan air hangat. Tangannya gemetar, tapi ia tetap melakukannya. Kadang ia berhenti, mencium punggung tangan Darian sambil berbisik, “Bangunlah, Darian. Kumohon!”Setiap sore, ia mengganti handuk di dahinya, memastikan kulit Darian tidak iritasi.Setiap malam, ia duduk di kursi yang sama, memegang tangan Darian sampai bahunya nyeri.Eshan berkali-kali mencoba membujuk.“Tavira, kau butuh tidur,” katanya suatu malam, wajahnya sudah selelah miliknya.“Aku tidur di sini.”“Tapi kau hanya tertidur lima menit, itu pun sambil menggenggam tangannya.”Tavira tetap menggeleng, mata sembab.“Aku mau tetap di sini sampai Darian bangun.”Eshan ingin berad

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 242. Koma

    Sirene meraung memecah malam. Lampu merah biru berkedip liar di depan restoran. Petugas medis menurunkan tandu dengan tergesa.“JALAN! MINGGIR!” teriak salah satu paramedis.Tavira berlutut di samping Darian, tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mencoba menghentikan darah di pelipis Darian, tapi tangannya sendiri ikut berlumur darah.“Darian… bangun, Sayang. Darian tolong buka matamu.” Suaranya parau, serak, putus-putus.Paramedis menariknya pelan.“Bu, kami harus angkat pasiennya. Tolong beri ruang.”“ENGGAK! Jangan bawa dia! Aku ikut! Aku ikut!!” Tavira meronta, hampir memukul paramedis.Leisa menahan tubuhnya, memeluk dari belakang.“Ibu, ayo naik ambulans bersama,” ucap Leisa terburu-buru, napasnya kacau.Begitu Darian diangkat ke tandu, Tavira histeris.“DARIAAAN!!”Tangannya mencoba meraih tangan Darian tapi paramedis menutup pintu ambulans, menyisakan celah kecil.Leisa mendorong Tavira masuk ke

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 241. Bunga Mawar yang Berhamburan

    Pagi itu Tavira terpaku di depan wastafel kamar mandi.Tangan gemetarnya tidak berhenti memegang sebuah test pack dengan dua garis merah jelas. Tegas, tidak samar sama sekali.Ia hamil.Ia memegang perutnya yang masih datar, dadanya berdebar begitu kencang sampai terasa menyakitkan.Air matanya menggenang, tetapi bukan karena takut. Untuk pertama kalinya setelah semua yang terjadi, ia merasa Tuhan memberinya sesuatu yang sangat berharga.“Aku hamil,” bisiknya pelan.Suaranya bergetar, tetapi senyum kecil mulai terbentuk.Ia membayangkan wajah Darian. Wajah yang selalu menenangkan, tatapan hangat yang selalu bilang, “Aku di sini.”Darian, yang sudah menenangkannya berbulan-bulan.Darian, yang memeluknya setiap kali ia mimpi buruk.Darian, yang tetap tinggal bahkan ketika Tavira hampir tidak mengenali dirinya sendiri.Tavira menutup mulutnya, menangis haru tanpa suara.Ia ingin memberikan kabar ini seb

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 240. Aku Percaya Darian

    Hari-hari Tavira perlahan kembali stabil. Ia sudah bisa tidur tanpa terbangun setiap malam. Ia sudah bisa duduk santai di ruang keluarga tanpa menoleh ke arah pintu setiap beberapa menit. Meski bekas-bekas trauma itu masih ada, Tavira merasa lebih kuat.Namun ia tidak kembali ke Bloomia. Belum. Ia belum sanggup.Bunga-bunga, wangi lavender, estetik ruangan. Semuanya masih memicu bayangan wajah Juan, atau Kael, atau taman Green Arcadia di Bandung.Maka semua operasional Bloomia diserahkan pada Rani sepenuhnya.“Fokus saja sembuh, Kak Tavira,” kata Rani waktu itu melalui video call. “Bloomia aman di tanganku dan Naya.”Tavira hanya tersenyum kecil, merasa bersalah tapi lega.Sementara itu, Darian kembali ke rutinitas pekerjaannya yang padat. Tapi berbeda dari sebelumnya, kini ia tidak mau membiarkan Tavira sendirian lagi.Suatu pagi, laki-laki itu memegang bahu Tavira dan berkata dengan suara serius,“Aku ingin kamu punya asisten

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 239. Aku Tergoda

    Mereka kembali ke rumah besar itu. Suasananya tidak lagi sekelam sebelumnya. Udara rumah terasa lebih hangat, lebih tenang, seperti mengikuti keadaan hati Tavira yang pelan-pelan membaik. Namun Darian tetap tidak mau mengambil risiko. Dia menghubungi Bunda agar datang menginap, menemaninya menjaga Tavira.Bunda datang sore itu, membawa tas kecil dan selimut rajut kesayangannya. Begitu melihat Tavira di ruang keluarga, Bunda langsung merentangkan tangan.“Tavira. Sini, Nak!”Tavira ragu sepersekian detik. Bukan karena takut, tapi karena terlalu banyak menahan rindu akan sosok ibu.Saat ia mendekat, Bunda memeluknya erat, hangat, penuh kasih sayang yang begitu menenangkan sampai-sampai lutut Tavira terasa mau goyah.Hal itu menenangkan. Dan membuat Tavira merindukan mamanya yang sudah tiada.Malam itu, Bunda memilih tidur di kamar Tavira. Ia membenarkan selimut Tavira, merapikan anak rambut di pelipisnya, lalu masuk ke dalam selimut, memeluk T

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status