#Saudara Rasa Orang Lain (19)
Pov Lila dan Majid
#Lila
Aku hanya diam saja tak menjawab ucapan mereka, jelas saja aku keringatan. Karena sejak tadi memang aku masih sibuk berkutat dengan bahan-bahan kue di dapur. Tapi, walaupun aku berkeringat, aku tetap menjaga kebersihan kue kok. Nggak seburuk yang dibayangkan oleh mereka.
Tak lama Bang Arham dan juga anak-anak ikut keluar, lalu mereka bersalaman dengan Kak Virda dan juga Bang Majid.
Sekilas ada rasa tak nyaman tergambar jelas di wajah Kak Virda saat dia bersalaman dengan Bang Arham dan juga anak-anak.
Telapak tangannya hampir tak tersentuh
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (20)Pov Majid"Kemana sih istri kamu itu? Orang suami datang kok malah menghilang." Omel Kak Virda sepanjang jalan menuju ke belakang rumah."Nggak tau aku juga, Kak. Padahal di depan juga ada mobil. Tapi aku nggak tau itu mobil siapa, kalau ada tamu seharusnya pintu depan nggak terkunci dong!" Sahutku kesal, karena kedatanganku dan juga Kak Virda tak ada yang menyambut malah mereka seakan menghilang.Lalu, sesampainya kami di halaman belakang rumah. Aku langsung bergegas membuka pintu belakang, tapi nihil. Pintu belakang juga terkunci dan aku pun tak bisa masuk ke dalam rumah.Betapa kesalnya diri ini pada Arimbi. Kemana dia dan j
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (21)POV MAJIDAku memang belum memergokinya secara langsung, tapi entah kenapa hatiku seakan yakin kalau Arimbi sedang ada bermain di belakangku.Kenapa wanita yang kupuja dan kubela, sampai-sampai aku berani mendurhakai kedua orang tuaku, kini malah menancapkan pisau yang sangat tajam di hati ini. Hingga rasanya hati ini telah hancur berkeping-keping, saat tahu kalau dia berkhianat dibelakangku."Apaan sih, Pah! Kamu lagi ngelindur ya? Nuduh-nuduh aku kayak gitu! Udah ah aku ngantuk, mau tidur." Dia berjalan dengan santainya melewatiku yang masih dilanda api amarah. Seakan tak peduli dengan perasaanku dan merasa tak bersalah sama sekali.
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (22)POV MAJIDHatiku berdetak tak karuan, karena takut waktu menabrak pemulung tadi kenapa-napa. Tapi, lagi-lagi aku yakinkan diri sendiri kalau semuanya akan baik-baik saja. Karena aku tak mau kalau sampai mengeluarkan uang untuk biaya ke rumah sakit, apalagi untuk mengobati seorang gelandangan, tak sudi rasanya.🌼🌼🌼Kini aku sudah sampai di dekat parkiran hotel tempat Kak Virda menginap kemarin.Aku bergegas turun bersama anak-anak yang kini sudah terbangun. Padahal Faraz dan Fariz anak yang penurut dan tak pernah rewel, tapi kenapa Arimbi malah sepertinya acuh dengan anak kandungnya sendiri, anak yang telah lama kami nantikan
🌼🌼🌼Aku segera turun ke lobby utama, niatku mau mampir sebentar ke restoran di depan hotel, untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.Karena tadi Kak Virda tak menawariku makan sama sekali, karena dia sedang berpuasa.Sesampainya di lobby, aku langsung bertanya pada receptionis tentang Arimbi dan laki-laki tadi.Tapi sayang, bukan atas nama Arimbi yang registrasi di hotel ini. Dan kemungkinan atas nama lelaki tadi yang sedang bersamanya. Karena aku juga tak tahu nama laki-laki itu, lalu ku urungkan niat untuk mencari tahu tentang istriku itu. Biar saja nanti aku akan menghubungi dia.Tuutt … tuutt … terdengar suara telepon terhubung. Namu
🌼🌼🌼Hari sudah semakin sore, dan kami juga telah membeli beberapa helai baju untuk anak-anak yang akan dipakai saat lebaran nanti.Setelah anak-anak puas berjalan-jalan di Mall. Maka kami semua segera menuju ke hotel tempat Kak Virda menginap.Kak Virda juga sudah mengirimkan alamat hotel tersebut melalui pesan WhatsApp. Dia juga berkata bahwa Bang Majid juga sudah disana bersama dengan anak-anaknya, tapi Kak Arimbi masih di rumah. Dan Bang Majid akan menjemput Kak Arimbi.Sengaja aku membawakan kue-kuean yang berada di Mall untuk Kak Virda dan juga Bang Majid serta anak-anaknya.Jujur saja, hati ini terasa agak sedikit senang saat Kak Virda mau me
"Li-Li-Lila?" Ucap Kak Arimbi dengan gugup, dia juga langsung refleks menjauh dari laki-laki berpostur tinggi tersebut."Kenapa kamu disini, Lila?" Kini Kak Arimbi dan juga laki-laki yang sedang bersamanya mulai mendekatiku dan juga Bang Arham. Biar saja, biar sekalian dia terkejut saat melihat siapa yang membuka pintu kamar yang berada di depanku ini."Loh, kok malah nanya? Bukannya Kakak dari tadi ngancem aku terus di pesan WhatsApp? Ini aku langsung samperin kemari, tapi Kakak malah terkejut gitu sih?" Jawabku sinis."Kamu apakan Sisil? Kenapa kamu tega mempermalukan adik aku di depan umum? Kamu cuma orang miskin Lila! Kamu nggak bisa ngelawan aku! Terus kenapa kamu bisa sampai tahu kalau aku disini?" Kini Kak Arimbi berkata dengan nada berapi-api. Sedangkan aku ber
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (26)POV MAJIDSetelah telepon dimatikan oleh Arimbi, aku pun langsung menuju ke rumah. Niatku untuk mengambil surat rumah serta surat-surat penting lainnya.Aku baru sadar kini, dan ternyata aku bodoh sekali. Karena terlalu percaya dengan istriku, padahal dia adalah seorang pengkhianat.Seketika aku jadi teringat kelakuanku dulu dengan Ayah. Karena Ayah selalu menentang keinginanku untuk menikahi Arimbi. Kata Ayah perempuan itu tak baik untukku, tapi ucapan Ayah tak kuhiraukan lagi.Semenjak aku tahu kalau istriku bermain api dibelakangku, semenjak itu juga aku merasa jadi orang yang sangat bodoh. Aku malah menyia-nyiakan semuanya
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (26)Kami semua berbuka puasa dengan keadaan yang terasa canggung, semuanya terasa sunyi sepi, padahal saat ini kami sedang berada di tempat keramaian.Tak ada berbincang-bincang, tak ada canda tawa dan tak ada saling sapa. Semuanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Hambar!Tampak sekali raut gelisah yang terpancar dari wajah Bang Majid. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh abangku itu.Yang terpenting aku selalu mendoakan semua saudara-saudaraku agar mereka semua dilindungi oleh Allah dan selalu dalam lingkaran kebaikan dalam hidup. Meski terkadang banyak sikap dan kata-kata mereka yang menusuk ke dalam relung hati ini, hanya karena status sosial kami yang berbeda.