Share

Bab 4

Author: Apple Leaf
last update Huling Na-update: 2024-01-20 15:26:31

Lulu lekas memilih pakaian yang membuatnya merasa bingung karena ketiga pakaian itu sama-sama bagus.

Ia memutuskan untuk mengenakan setelan jaket dan rok modis berwarna krem. Melihat dirinya di depan cermin, seperti melihat orang lain.

Kenapa tidak dari dulu ia berpenampilan seperti ini? Sialnya, ia membuang waktu empat tahunnya untuk mengurus rumah Felia.

Lulu merapikan lagi rambutnya yang sudah ia cuci. Kali ini ia pastikan tidak akan berminyak ataupun kusam. Juga memoles wajahnya dengan riasan tipis.

Setelah keluar dari kamar hotel, ia masuk ke dalam lift menuju lantai 5. Kemudian diarahkan oleh staf menuju ke restoran. Hanya ada sedikit tamu dalam restoran tersebut. Manik coklat Lulu dengan cepat menemukan pria dalam setelan hitam bermerk itu.

“Selamat malam, Pak GM. Selamat malam, Pak Gilang.” Lulu melirik pada Daril yang ekspresinya tak lagi memperlihatkan kekesalan. Perasaan tegangnya pun sedikit memudar.

Daril mendongak, memperhatikan Lulu. Alis hitamnya yang tebal sedikit terangkat. Iris gelapnya menampilkan sedikit keterkejutan tatkala menyapu penampilan Lulu.

Beberapa saat yang lalu Daril melihat Lulu dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan. Namun, wanita di depannya sudah nampak berbeda, hanya dengan mengganti pakaian dan sedikit merapikan rambut. Riasan tipis di wajah Lulu jauh membuat perempuan itu terlihat jauh lebih segar.

“Mengenai masalah tadi. Asuransi akan menanggung semua biaya kerusakan mobil milik atasan saya,” kata Gilang membuka percakapan. “Sekali lagi saya minta maaf atas kejadian tadi. Mengenai koper kamu yang rusak, saya yang akan menggantinya.”

Mendengar kesepakatan damai, Lulu tersenyum lega dan terlihat sangat bersyukur.

“Bagaimana pendapat kamu?” tanya Gilang.

Lulu mengangguk dengan senyum yang masih tergantung di wajahnya. “Kalau begitu saya setuju. Tapi, bagaimana dengan kerusakan psikologis yang saya alami? Sepertinya kita juga harus menyepakati hal ini.”

“Kerusakan psikologis?” Daril bertanya dengan nada mencibir. “Kebetulan saya juga menginginkan biaya kerusakan psikologis.” Sudut bibir pria itu terangkat tipis.

Sepertinya ia tidak salah ingat kalau tadi Lulu sangat panik dan ketakutan, tetapi dalam beberapa menit wanita itu telah berani menginginkan keuntungan dari niat baiknya untuk berdamai.

“Saya korbannya di sini, Pak.” Lulu menggigit bibir bawahnya seraya menatap Daril.

“Saya juga korban dari kecerobohan kamu,” tukas Daril.

Gilang sekilas melirik atasannya. Bukankah Daril menyuruhnya untuk membereskan masalah ini, tapi kenapa sekarang pria itu malah tak mau mengalah?

“Pak, kita kan sudah sepakat untuk berdamai. Untuk permintaan Nona Lulu, karena saya yang bersalah di sini, biar saya yang memberikan dia kompensasi,” kata Gilang menengahi perdebatan atasannya dan Lulu. Karena Gilang tahu, atasannya tidak akan mau mengeluarkan uang untuk kesalahan tidak dia lakukan.

“Oke.”

Gilang menarik napas lega. Untung saja Daril tidak meminta kompensasi juga dari Gilang. Biasanya pria itu sangat perhitungan.

“Sekarang kita sepakat, kan, Nona Lulu? Jadi, saya harap dikemudian hari Anda tidak akan melakukan hal apa pun yang akan merugikan atasan saya.” Gilang membuka map yang ia bawa lalu menulis klausa tambahan di atas kertas itu. Ia menyerahkannya pada Lulu sambil berkata lagi, “Ini surat perjanjian damai. Silakan tandatangani.”

Terlebih dahulu Lulu membaca surat perjanjian damai itu. Ia merasa tidak ada hal yang merugikan dirinya selama ia tidak menuntut mereka di kemudian hari. “Baik, saya akan tandatangan. Jadi, semuanya sudah selesai, kan? Sekarang saya boleh pergi?”

“Tunggu dulu.” Suara Daril membuat tubuh Lulu membeku.

‘Apa lagi yang diinginkan pria ini?’

Lulu terpaksa kembali duduk. Senyumnya berubah menjadi kaku saat netranya bertemu netra lelaki di depannya.

“Sebaiknya kamu makan malam sebelum pergi,” katanya yang seketika menghempaskan kecemasan Lulu.

‘Aku pikir dia berubah pikiran. Ternyata dia baik juga.’

Pramusaji tiba di meja mereka, meletakkan menu-menu makanan yang sudah lama tak disantap Lulu.

“Terima kasih makannya. Saya tak akan sungkan kalau begitu.” Kebetulan sekali Lulu sudah sangat lapar. Begitu dipersilakan, Lulu tak canggung untuk menyantap steak tersebut.

“Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan lain?” Mata gelap Daril memindai kekagetan di wajah Lulu. Meski begitu, Lulu tak berhenti memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

“Kesepakatan apa, Pak?”

“Kamu mau nggak bekerja untuk saya?”

Pupil mata Lulu melebar begitu mendengar tawaran yang menggiurkan. Sebuah kebetulan yang ia rasakan sebagai kesialan beruntun ternyata menyimpan twist yang tak terduga untuknya.

“Bekerja untuk Bapak? Apa Bapak akan memberi saya pekerjaan di hotel ini?” Lulu antusias menunggu jawaban Daril.

“Bukan di hotel, tapi di rumah saya. Saya kebetulan sedang mencari asisten rumah,” jawab Daril santai.

Namun, jawaban itu seketika menghancurkan harapan Lulu. Ekspektasi yang barusan berkembang dalam kepalanya harus lenyap oleh kenyataan.

“Melihat dari ekspresi enggan kamu, sepertinya kamu nggak mau. Nggak apa-apa, saya hanya menawarkan saja.” Daril kemudian menoleh pada asistennya. “Pasang pengumuman di situs pencarian kerja. Saya harus punya ART sebelum dia datang ke kota ini.”

Gilang mengangguk mengerti. “Baik, Pak.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Saya Siap Menjadi Istri Pak Bos   Bab 20

    Usai menyantap dessert, Lulu pergi ke kamar kecil. Ia memeriksa riasan wajahnya dan perlu memoles bibirnya dengan lip gloss agar tidak kering.Dua karyawan yang membicarakannya tadi tak lain adalah Mela dan Rasti. Mereka sengaja mencari Lulu sampai ke toilet."Sebagus apa pun baju yang kamu pakai. Aura pembantu tetap kelihatan," ucap Mela.Lulu tampak bingung mendengar ucapan wanita itu. Hanya ada mereka bertiga di toilet. Kalau tidak berbicara dengan wanita berambut pendek di sebelahnya, berarti wanita itu sedang berbicara padanya."Pembantu yang ingin naik status dengan mendekati pria mapan," sahut Rasti, wanita berambut pendek.Lulu terdiam lantaran menyadari kalau mereka sedang berbicara dengannya. Ia memutar badannya untuk bertanya pada mereka. "Maaf, kalian berbicara dengan saya?"Mela mengulas senyum mencibir. Wanita itu melirik Lulu melalui cermin di depannya. "Nggak tuh. Kami sedang membicarakan perempuan nggak tahu diri yang menggoda anak majikan dan bersikap kurang ajar sam

  • Saya Siap Menjadi Istri Pak Bos   Bab 19

    Keesokan harinya, Jovan berencana mencari kesempatan untuk berbicara dengan Gilang.Kebetulan, siang ini mereka satu lift. Tampaknya Gilang juga baru selesai makan siang. “Selamat siang, Pak Gilang,” sapa Jovan. “Siang,” sahut Gilang bernada datar.“Para karyawan sedari kemarin membicarakan Anda,” tutur Jovan memulai, “apa Pak Gilang sudah dengar?”Dengan nada dingin Gilang menjawab, “Saya sudah dengar dan saya tidak ingin peduli.”Jovan menelan saliva. Nada dingin Gilang membuatnya menggigil. Seorang tangan kanan saja memiliki aura yang membuatnya ciut, bagaimana jika yang dia ajak berbicara santai itu adalah GM?Tidak. Tidak. Jovan mungkin tidak akan berani membicarakan urusan pribadi Daril.“Ah, begitu ya. Gadis yang dibicarakan dengan Pak Gilang kebetulan adalah orang yang saya kenal. Jadi, saya sedikit penasaran. Bagaimana Anda mengenal Lulu?”Gilang sekilas melirik Jovan yang berdiri di sebelahnya. “Waktu itu saya hampir menabraknya. Karena merasa bersalah, jadi saya antar dia

  • Saya Siap Menjadi Istri Pak Bos   Bab 18

    ‘Sangat dekat sampai aku bisa merasakan napasnya.’ Lulu membatin.Begitu pria itu menjauh, Lulu menghirup oksigen dalam-dalam. Barusan ia menahan napas saking gugupnya.Apakah wajar bila jantungnya berdebar kencang?Padahal belum lama ia dikhianati oleh kekasihnya.Lulu tak ingin memikirkan momen tadi. Ia segera mengambil bahan masakan dan mulai memasak. Setiap kali ia melirik kulkas, muncul sebuah khayalan di mana Daril mengungkungnya dengan kedua tangan. Lalu pria itu berbisik di wajah Lulu.Lulu merasakan wajahnya mendadak panas. Rona merah muncul di kedua pipinya. Ia menggeleng kuat-kuat.‘Apa yang aku pikirkan! Ini salah! Sangat salah!’🍀Di kamarnya, Daril memegang segelas minuman. Postur tubuhnya yang tinggi dan ramping sedang menghadap jendela yang sengaja ia buka. Tatapannya jauh ke depan sana. Ia menggoyangkan gelas di tangannya dengan lembut. Sementara pikirannya kembali pada saat ia di taman.Sebelumnya ia mana pernah memedulikan urusan orang lain. Bahkan, urusan Gilang

  • Saya Siap Menjadi Istri Pak Bos   Bab 17

    Pria itu bersandar pada tembok bangunan, tak jauh dari area toilet. Bibirnya yang tipis menyunggingkan seringai. Daril mendengar semua pembicaraan ketiga orang itu. Entah kenapa dia merasa bangga dengan setiap kata yang diucapkan Lulu.Meskipun ada satu kalimat yang mengganggunya. Gadis itu terlalu berani, pikirnya.Daril awalnya mencari Lulu karena gadis itu terlalu lama pergi ke toilet. Sementara Kaivan sengaja pulang lebih dulu membawa Catty dan Lion.Jovan mengejar Lulu yang sudah melangkah. Mencekal tangan Lulu, hingga gadis itu mengernyit kesakitan.“Apalagi yang mau kamu bicarakan, Jovan?” Nada Lulu terdengar marah.“Apa benar kamu meminta uang pembelian rumah dari Mamaku?” Jovan menancapkan tatapan tajam pada Lulu. Di belakangnya, Aini tersentak mendengar pertanyaan Jovan. Wanita itu merasa, Jovan masih merahasiakan sesuatu darinya.“Kenapa? Papaku yang melunasi rumah kalian. Jadi nggak salah kalau aku minta uang itu. Lagipula Tante Felia terlalu ngotot meminta aku mengembali

  • Saya Siap Menjadi Istri Pak Bos   Bab 16

    Kening Jovan mengernyit kala netranya tak sengaja melihat Lulu. Jovan segera turun dari mobilnya dan melangkah mengejar Lulu.“Van, kamu mau ke mana?”Jovan mengabaikan pertanyaan Aini. Wanita itu berjalan cepat untuk mengejar Jovan dengan perasaan kesal.Sepulang kerja, mereka sepakat untuk pergi ke taman untuk bersantai. Namun, yang terjadi malah sebaliknya.“Van! Kamu nggak dengar aku manggil kamu?” teriak Aini.Jovan menghentikan langkahnya begitu mendengar teriakan Aini. Dia berbalik untuk melihat wajah kesal kekasihnya itu.“Kamu mau ke mana?” tanya Aini sekali lagi seraya menyilangkan tangannya di depan dada.“Tadi aku melihat Lulu,” jawab Jovan.Kening Aini seketika berkerut. “Lulu di sini? Kamu yakin yang kamu lihat itu Lulu?”Jovan menjawab dengan suara pasti, “Aku yakin. Aku mau bicara sama dia.”Aini lekas mencengkram lengan Jovan, kala lelaki itu bersiap untuk mencari Lulu. Tatapan Jovan jatuh pada wajah cantik Aini yang tengah cemberut. Tatapan dan ekspresinya pun mele

  • Saya Siap Menjadi Istri Pak Bos   Bab 15

    Lulu dan Kaivan membawa Catty serta Lion ke taman yang ada sebuah sungai. Belakangan ini Kaivan menyukai fotografi. Dia meminta Lulu untuk menjadi modelnya. Lulu sempat menolak dengan berbagai alasan, tapi akhirnya tak bisa menentang keinginan Kaivan. Sapuan riasan tipis di wajah Lulu tampak segar. Ia terlihat bak remaja yang masih bersekolah. Rambutnya diikat dengan model kuncir kuda, menyisakan layer tipis menjuntai sampai ke dagunya.“Kakak kelihatan cantik banget. Sekarang pangku Catty sambil elus dia,” kata Kaivan. “Jangan lupa senyum, Kak.”“Oke. Masih lama nggak?”“Baru juga mulai.”‘Apanya yang baru mulai?’ gerutu Lulu dalam hati.Bocah itu sibuk memotret dan mengarahkan Lulu untuk berpose. Demi menjaga suasana hati Kaivan, Lulu hanya menurut.‘Tahu begini aku minta gaji dua kali lipat. Bukan cuma jadi asisten rumah, tapi juga jadi nanny.’Ia menggerutu lagi dalam benaknya.‘Semoga dia nggak asal-asalan mengambil gambarku. Aku kan nggak fotogenik.’Lulu meringis. Membayangkan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status