Share

Bab 4: Anggota Baru

Serina menarik lengan sahabatnya itu untuk menjauh, akan tetapi tidak diindahkan sama sekali. Hillary tetap saja bersikeras untuk menghadapi pelanggan pria bertubuh kekar. Apalagi, bukan hanya ada satu karena di belakang pria tersebut masih ada yang lain. Mereka seolah membentuk koloni yang akan mustahil untuk tiga orang wanita hadapi.

Suara bel meja terdengar, menandakan pesanan telah selesai. Hanya sebuah tangan yang bisa mereka semua lihat, tidak hanya satu kali koki dapur memberikan tanda. Hingga tidak kunjung ada pergerakan, sang koki mengintip dari balik kain yang menutup bilik dapur.

Saat ini Mateo sedang melihat ekspresi ketakutan di wajah adiknya. Dia berpikir kalau tidak ada yang beres di rumah makan mereka. Jadi, dia memutuskan untuk mematikan kompor dan menghampiri permasalahan yang mungkin sedang terjadi.

"Ada apa?" tanya Mateo pada sang adik.

Bellmira yang sudah ketakutan setengah mati langsung menghamburkan diri untuk bersembunyi di belakang tubuh kakaknya. "Kakak, pria ini mencoba untuk melakukan hal jahat padaku."

Mateo memperhatikan pria yang bukan hanya seorang diri kelihatannya. "Apa ada masalah?"

Pelanggan pria itu gemetar saat melihat Mateo. Dia tentu mengenali pria yang sering disebut namanya di dalam tahanan. "Sa—saya hanya menginginkan nasi."

Mateo mengingat kehadiran adiknya di dalam dapur tadi. Dia memang tidak terlalu memperhatikan, akan tetapi dia tahu kalau Bellmira baru memasak nasi. "Maaf mengenai hal itu. Kami baru memasaknya, mungkin sebentar lagi akan selesai. Tunggu saja di meja makan. Kami akan mengantarkannya nanti."

"Ba—baik."

Pelanggan pria yang memicu perhatian tadinya segera mengambil tempat duduk. Jelas saja perubahan sikap yang mendadak membuat mereka di sana bertanya-tanya. Padahal, tadi sangat menyeramkan di dalam tubuh kekar, tidak tahunya hanyalah seekor kucing yang penurut.

"Kenapa kita duduk lagi? Apa Bos takut dengan pemilik rumah makan ini?" tanya sang anak buah.

"Diam, kau! Dia adalah Mateo Paiton, pria terkuat di dalam tahanan. Bahkan, jika kita melawannya bersama-sama tidak akan cukup."

Beralih pada Bellmira yang telah selamat, dia tidak lagi ketakutan seperti tadi. Dia pun mengucapkan terima kasih pada orang yang telah menolongnya. Biar bagaimanapun, melawan seorang pria dengan penampilan mengerikan tadi adalah tindakan yang sangat berani.

Mateo mengernyitkan alis ketika mendapati wanita yang pernah datang berkunjung. Sebelumnya dia tidak sadar karena hanya terfokus pada pelanggan pria, tetapi sekarang dia sangat sadar akan siapa saja yang ada bersama mereka sekarang.

Hillary sepertinya juga menyadari kalau dia dipandang, disusul dengan Serina yang juga tahu ada pertanyaan apa di benak itu kini. Semua karena rencana untuk memiliki nomor ponsel, membawa mereka datang kembali untuk alasan yang sama.

Serina adalah seorang wartawan yang sangat jeli melihat peluang. Malam ini pokoknya dia harus bisa melangkah lebih dekat pada pemilik rumah makan. Kalau tidak, semua kerja kerasnya akan hancur tanpa membuahkan hasil.

"Apa kakak semua datang untuk mengisi perut?" tanya Bellmira.

"Tidak. Kami datang untuk ini." Serina menunjuk kertas yang menempel di kaca. Sebenarnya dia baru saja melihatnya sebentar ini, kata lowongan pekerjaan memiliki peluang lebih, dia pun mengganti rencana.

Bellmira tersenyum lebar dan melihat ke arah kakaknya yang memelotot. Walaupun begitu, tidak membuat niatnya surut untuk merekrut. "Masih ada orang yang membutuhkan pekerjaan di detik-detik terakhir malam tahun baru," cibirnya pada sang kakak, kemudian menarik dua orang wanita itu memasuki rumah makan.

Sebelum memulai pekerjaan, Bellmira memberikan sedikit arahan mengenai hal yang harus dilakukan untuk melayani pelanggan. Mulai dari mengantarkan makanan, menyediakan minuman, dan memberikan apa yang dibutuhkan pelanggan. Untuk minuman, mereka bisa mendapatkannya dari dalam kulkas.

Hillary menyikut lengan sahabatnya itu di sela percakapan. Dia pun berbicara dengan nada rendah, "Bisakah kau menjelaskan padaku mengenai apa yang terjadi? Kau ingin kita bekerja di sini?"

"Ini adalah peluang besar bagiku untuk mendekatinya."

"Apa kau tahu dengan apa yang kau lakukan sekarang? Jika kau sangat ingin mendekatinya, maka jangan libatkan aku ke dalamnya. Kau bisa mengotori tanganmu di tempat ini, tapi aku tidak akan pernah melakukannya."

"Kau harus menemaniku. Apa kau tidak lihat bagaimana mengerikannya pria itu?"

"Jadi, kau sudah sadar pada siapa kau jatuh cinta?"

Bellmira sedikit berdeham, berharap agar perbincangan segera dihentikan karena mereka sangat sibuk hari ini dan membahas masalah percintaan bukan waktu yang tepat menurutnya. Dia pun memberikan nampan pada dua anggota baru tersebut dan tersenyum, mengartikan bahwa pekerjaan sudah bisa dimulai.

Jika Serina yang sudah bertekad besar akan melakukan pekerjaan dengan senang hati, berbeda dengan Hillary yang tampak sangat enggan berdamai dalam kerumunan. Semua bau menyatu di satu ruangan dan membuat perutnya mual. Hal itu membuat dia tidak tahan dan berlari keluar ruangan hanya untuk sekadar menghirup udara segar.

Setiap kembali memasuki ruangan adalah siksaan tanpa batas baginya. Bagaimana tidak? Hillary biasanya hanya disibukkan dengan urusan kantor. Dia tidak pernah turun langsung melakukan pekerjaan menggunakan kedua tangan. Biasanya hanya ada sebuah perkataan yang keluar dari mulut, lalu orang-orang akan mengerjakan apa yang diperintahkan.

Lingkungan kerja di gedung perkantoran berkelas jelas berbeda dengan rumah makan yang dipenuhi oleh hiruk pikuk permintaan pelanggan. Untuk keluhan akan ada bagian lain yang bertugas di perusahaan. Jauh berbeda dengan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan multitasking seperti sekarang. Dia harus melakukan berbagai pekerjaan dalam waktu singkat yaitu mengantarkan pesanan, merapikan sisa makanan, terkadang membantu untuk membuka botol minuman. Tidak ada hal yang lebih buruk dibandingkan itu semua.

Berjalan tergesa-gesa, Hillary tidak sengaja menyenggol seorang pelanggan. Kuah yang masih tersisa di dalam mangkok tergoyang hingga keluar dari wadah, membuat pelanggan yang disenggol menjadi marah.

Berada di dalam situasi tertekan bagi seorang Hillary tentunya ada kemarahan yang lebih daripada itu. Tetapi sebelum tanduknya keluar, Serina lebih dulu datang mencegah. Sebenarnya mengetahui Hillary basah bajunya akibat tumpahan kuah, ada kemarahan tersendiri baginya karena pelanggan yang marah kini tidak mendapatkan kerugian apa-apa.

Namun, kemarahan terpaksa diredam karena mereka sedang berteduh di bisnis orang lain dan bisa saja tindakan mereka menciptakan kerugian. Jadi, Serina yang mewakilkan sahabatnya untuk meminta maaf karena dia tahu kalau Hillary bukan wanita yang gampang mengatakan hal tersebut, terlebih dalam keadaan tidak bersalah.

Setelah pelanggan yang mengomel itu pergi, Serina mengambil alih nampan yang dipegang. "Sebaiknya kau bersihkan dirimu di kamar kecil. Aku akan meminta Meera meminjamkan pakaian ganti untukmu. Aku tahu kalau kau tidak menyukai situasi ini. Maafkan aku, karena telah memaksamu. Sebentar lagi kita akan pulang. Tahanlah sebentar."

Hillary tidak berkata apa-apa, lalu dia bergegas menuju area belakang. Dia mencari-cari ada di mana letak kamar kecil. Sampai mendengar suara air dari arah kanan, baru dia bisa yakin kalau itu adalah tujuannya. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung menghampiri tempat tersebut.

Tidak dikira saat mendorong pintu, seseorang tengah berada di dalamnya. Entah apa yang pria itu lakukan, dia hanya bergidik ngeri saat memperhatikan punggung lebar itu bergetar.

"Ada pria mesum!" teriaknya, menutup wajah dengan kedua tangan.

Renko

Selamat pagi, siang, sore, malam. Kapan pun kamu membaca cerita ini :)

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status