Share

Bab 6

Author: Jalita Haira
Wanita itu berbalik untuk menghadapnya. Begitu melihat dengan jelas wajahnya, wajah tampan Leon seketika menjadi sangat muram.

Punggung wanita itu memang mirip dengan Violet, tetapi wajahnya sama sekali berbeda.

Penampilannya biasa saja, jauh dari kecantikan luar biasa yang dimiliki Violet.

Ketika menyadari bahwa dirinya sempat menganggap Violet cantik, wajah Leon menjadi makin muram.

"Tampan, caramu mendekati orang unik sekali. Kamu punya gaya sendiri, aku suka."

Wanita itu menyandarkan dirinya ke arah Leon, lalu melanjutkan, "Rumahku ada di dekat sini, bagaimana kalau kita ...."

"Salah orang."

Saat Leon mundur, wanita itu hampir terjatuh. Namun, dia tidak terlihat kesal, malah kembali mendekat sambil berujar, "Jangan malu-malu. Kita berdua ini sudah dewasa, nggak perlu sungkan."

Sebuah tatapan dingin diarahkan pada Joshua yang mengikuti dari belakang.

Joshua segera maju untuk mengatasi situasi tersebut.

Setelah keduanya pergi dengan mobil, Violet naik ke mobil Sheva, lalu dengan perlahan melepas topeng kulit manusia yang dikenakannya.

Tadi dia pikir semua itu hanya kebetulan. Ternyata Leon memang sengaja mencarinya.

Hanya saja, yang membuatnya bingung adalah, apa yang diinginkan Leon darinya hingga perlu membuat keributan sebesar ini?

Violet sudah dengan sukarela menyerahkan posisinya. Apa lagi yang masih membuatnya merasa tidak puas?

Sheva juga merasa bingung. Terlalu banyak pertanyaan yang akhirnya tak bisa dia tahan. "Bos, aku baru saja mendengar kabar kalau Leon bukan mencari Elang Merah, tapi istrinya yang hilang ...."

"Ya, aku itu istrinya!"

Setelah sampai sejauh ini, tidak perlu lagi ada yang ditutup-tutupi.

"Kamu sudah menikah?" tanya Sheva yang tampak terkejut.

"Sudah. Tapi sekarang sudah cerai," jawab Violet.

"Apa karena Mia?"

Leon rela mengeluarkan dana 20 triliun hanya untuk Mia. Ini menunjukkan hubungan mereka yang tidak biasa.

Tak bisa menahan diri, Sheva langsung mengumpat dengan keras, "Buah memang nggak jatuh jauh dari pohonnya. Dia sama persis dengan ibunya."

Violet langsung menangkap maksud dari perkataan itu. "Kamu dan Keluarga Lenova ...."

"Aku dan Keluarga Lenova nggak ada hubungan apa-apa," ujar Sheva sambil menggenggam erat kemudi.

Itu adalah luka yang tidak ingin dia bicarakan. Jadi Sheva tidak pernah menceritakannya pada Violet, karena dia berniat membalaskan dendamnya sendiri.

Lagi pula, Violet juga punya dendamnya sendiri yang belum terbalaskan.

Ibu Mia adalah sepupu dari ibunya.

Karena sebuah kecelakaan, Ibu Mia menjadi yatim piatu. Nenek Sheva yang melihat ini merasa kasihan dan mengasuhnya.

Siapa sangka, dia malah mengasuh seekor serigala berbulu domba.

Di permukaan, Ibu Mia tampak lembut dan baik hati. Namun, kenyataannya dia berhati kejam.

Di usianya yang masih delapan tahun, Sheva menyaksikan sendiri ayahnya, Boni Lenova, berselingkuh di tempat tidur ibunya ketika sang Ibu sedang dalam perjalanan bisnis.

Kemudian, mereka memaksa ibunya hingga mati, bahkan mencoba membakarnya hidup-hidup.

Tubuh Sheva menderita luka bakar parah. Jika saat pelariannya dia tidak diselamatkan oleh Violet, mungkin Sheva sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Violet merawatnya, membantunya memulai hidup baru, membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Meskipun dia berdiri di depan Boni, Sheva tidak akan dikenali.

Violet bisa tahu dengan sekali pandang bahwa Sheva tidak berbohong.

Karena dia tidak ingin membahasnya, Violet tidak bertanya lebih lanjut.

Setiap orang memiliki rahasia masing-masing.

Dia mengalihkan topik, "Apa tugas yang aku berikan padamu sebelum pergi sudah selesai?"

Sheva membuka laci di depan kursi penumpang, mengeluarkan sebuah map biru, lalu berkata, "Hasil investigasi menunjukkan Keluarga Wijaya nggak punya hubungan atau dendam apa pun dengan Keluarga Ananta, baik dulu ataupun tiga tahun lalu. Selain itu, Keluarga Wijaya juga nggak mungkin tahu identitas aslimu."

Dia sebenarnya adalah putri dari Keluarga Ananta, keluarga terkaya di kota.

Beberapa tahun yang lalu, terjadi serangan pembunuhan. Hanya dalam satu malam, semua anggota Keluarga Ananta, termasuk para pelayan, dengan total tiga puluh nyawa, semuanya tewas.

Pelakunya sangat kejam, tak terbayangkan kejinya.

Semua orang mengira Keluarga Ananta sudah musnah tanpa tersisa. Namun, mereka tidak tahu ada seseorang yang mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Violet.

Selama bertahun-tahun ini, dia menyembunyikan identitasnya. Selain Sheva, Noah, Bertha, serta beberapa orang lainnya, tidak ada yang tahu siapa Violet sebenarnya.

Mereka yang tahu identitas Violet tidak akan pernah mengkhianatinya.

Violet membuka dokumen, lalu membaliknya satu per satu.

Memang semuanya terlihat normal.

Namun, tiga tahun yang lalu dia pernah mendengar para penjahat menyebut-nyebut tentang Keluarga Wijaya.

Setelah menutup dokumen itu, dia melemparkannya begitu saja. "Bisa lolos kali ini, tapi pasti akan terungkap lain waktu."

"Benar. Kalau memang ini ada kaitan dengan Keluarga Wijaya, sebesar apa pun kekuatan mereka, harga yang harus dibayar nggak akan terlewat sedikit pun." Sheva menambahkan, "Lalu bagaimana dengan Adis?"

Violet bersandar di sandaran kursi, memejamkan mata dengan santai, lalu menanggapi, "Dia pulang lebih awal, jadi aku nggak bertemu dengannya."

"Kalau begitu, apakah kita akan pergi ke Keluarga Hardi sekarang?"

"Nanti saja kita bicarakan lagi!"

Setelah berkeliling, Violet merasa cukup lelah. Lebih baik dia pulang dan tidur dulu.

Jika menghitung waktunya, malam ini adalah saat di mana Mia akan mengalami reaksi racun untuk yang kedua kalinya. Setelah istirahat dengan baik, Violet akan bersiap untuk menonton drama.

**

Malam itu, di rumah sakit.

Sejak makan malam, Mia terus merasa kehausan.

Meski sudah minum banyak air, tetap saja rasa hausnya tak kunjung hilang, justru makin terasa.

Dia tahu bahwa waktu efek serangan kedua racun telah tiba.

Jadi, dia buru-buru menelepon Leon.

"Paman, kamu di mana? Aku merasa sangat nggak nyaman ...."

Begitu panggilannya tersambung, dia langsung mengeluh dengan nada menggoda tanpa menunggu jawaban. Namun, ternyata yang menjawabnya adalah Loren Jiwono.

"Kalau kamu merasa nggak nyaman, panggil dokter. Apa gunanya menelepon kakakku?"

Loren sangat tidak menyukai Mia. "Selain itu, ini adalah peringatan terakhirku untukmu. Kakakku sudah menikah."

"Baik aku maupun Nenek, kami hanya akan mengakui Violet dalam hidup ini. Jadi sebaiknya kamu menjauh dari kakakku."

Mia juga tak menyukai Loren. Dia langsung membalas, "Benarkah? Kamu belum tahu kalau mereka sudah bercerai, 'kan?"

"Selain itu, yang mengajukan cerai terlebih dulu adalah Violet."

"Kamu bicara omong kosong!" Loren tak memercayainya sama sekali. Dia melanjutkan, "Kakak iparku begitu mencintai kakakku, mana mungkin dia yang meminta cerai?"

"Kalau kamu nggak percaya, tanyakan saja pada kakakmu. Selain itu, kakak iparmu itu kabur dengan pria lain entah ke mana. Sampai sekarang dia masih belum ada kabarnya!"

"Perempuan jalang! Kalau kamu berani menghina kakak iparku lagi, lihat saja, aku akan merobek mulutmu ...."

Saat sedang mengumpat dengan penuh amarah, ponselnya direbut oleh sebuah tangan kokoh dengan jari-jari panjang.

Loren mendongak, lalu berujar, "Kakak, Mia si perempuan jalang ini bilang kalau Kakak Ipar menceraikanmu."

Leon menatapnya dengan tatapan dingin, lalu berkata, "Jaga sikapmu."

"Sikap sopanku lebih baik aku berikan pada anjing daripada untuk dia. Jawab saja, apa benar Kakak Ipar mau menceraikanmu?"

"Ini bukan urusanmu." Mata hitam Leon menjadi lebih gelap. Dia menambahkan, "Yang seharusnya kamu perhatikan adalah ujianmu besok pagi."

Setelah berkata demikian, dia berbalik.

Loren mengejarnya, terus bertanya, "Bagaimana mungkin ini bukan urusanku? Kakak Ipar adalah penyelamat Nenek. Kalau bukan karena dia menyelamatkan Nenek dulu, kita berdua sudah jadi yatim piatu sekarang."

"Jangan menjadi orang yang nggak tahu balas budi ...."

Tak peduli apa pun yang dikatakannya, Leon tidak berhenti sedikit pun.

Loren yang merasa kesal, mengentakkan kaki dengan penuh amarah. "Aku akan menelepon Nenek!"

Leon tahu bahwa Loren pasti akan mengadu pada Nenek mereka.

Entah mantra apa yang sudah diberikan oleh Violet pada nenek dan adik perempuannya ini hingga mereka begitu menyukainya.

Alasan Leon tidak berusaha secara terbuka mencari Violet adalah agar tidak membuat neneknya yang sedang beristirahat di pegunungan terganggu. Namun, sepertinya kali ini Leon tidak bisa menyembunyikannya lagi.

Ketika memikirkan itu, dia kembali menelepon Mia, ingin menanyakan dari mana dia tahu soal Violet yang menceraikannya.

"Paman, Paman ...."

Begitu panggilan tersambung, terdengar suara Mia yang sangat kesakitan. "Ada apa?" tanya Leon.

"Aku benar-benar merasa sangat nggak nyaman. Aku merasa hampir mati. Cepat datang dan selamatkan aku!"

"Kamu tenang dulu. Aku akan segera ke sana," ucap Leon.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
NOORULLHUDA BT MAT RIPIN KPM-Guru
Interesting
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 416

    Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 415

    Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 414

    Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 413

    Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 412

    "Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 411

    "Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status