Share

Pengkhianatan

"Di mana ibumu?" tanya Aryadi pada putranya yang tengah mengusap sisa makanan di sudut bibir Annanda.

Arion mengangkat wajah untuk menatap ayahnya. Ia memiringkan kepala, bingung.

"Tidak tahu, Yah. Ibu belum turun untuk sarapan."

Aryadi menghabiskan waktu lembur semalaman di kantor karena pekerjaan yang lumayan menumpuk. Ia sempat mengirim pesan pada Alyasha, namun sang istri tidak membalas pesannya.

Ia pergi ke kamar tidur mereka. Namun tidak menemukan siapapun di sana. Tempat tidur masih rapi tanpa ada tanda-tanda ditempati semalam.

Aryadi kembali keluar dan duduk di meja makan bersama anak-anaknya.

"Apa ibu tidak pulang semalam?" tanyanya lagi.

Arion mengerutkan kening, berusaha mengingat-ngingat.

"Sepertinya tidak, Yah."

Sudah beberapa minggu belakangan kedua orang tua mereka jarang berada di rumah. Arion dan Annanda sudah mulai terbiasa. Arion karena ia sudah merasa cukup besar dan ia merasa bertanggung jawab dengan adiknya. Dan Annanda pada dasarnya memang bukan anak kecil yang manja dan menuntut banyak perhatian.

Aryadi mengurut pelipis, merasa sakit kepala mulai menyerang karena tidak mendapat cukup tidur di malam sebelumnya.

Akhir-akhir ini Alyasha sangat jarang berada di rumah. Aryadi merasa sang istri entah mengapa menjaga jarak darinya. Meski Alyasha selalu bersikap seperti biasa saat berada di sekitarnya, namun, Aryadi tetap merasa seperti ada sesuatu yang hilang.

"Arion, kamu antar Annanda ke sekolah bersama Mang Tito, ya."

"Iya, Yah."

Mang Tito adalah nama supir mereka. Aryadi perlu menelan aspirin untuk sakit kepalanya dan mengistirahatkan diri, jadi ia tidak bisa mengantar anak-anaknya ke sekolah hari ini.

Annanda memerhatikan sang ayah untuk beberapa saat, sebelum memutuskan untuk bertanya pelan,

"Apa Ayah akan pergi bekerja lagi?"

"Kenapa?" tanya Aryadi sambil tersenyum. "Apa Nanda merindukan Ayah?"

Annanda mengangguk pelan.

"Ayo kemari, Little Princess," Aryadi membuka lengannya untuk menyambut sang putri.

Annanda turun dari kursi dan memeluk ayahnya. "Kalau Ayah tidak bekerja, Ayah harus istirahat di rumah, ya."

Aryadi terkekeh. "Iya. Nanda belajar yang rajin di sekolah, oke? Pulang nanti kita main bersama."

Annanda mengangguk bersemangat. Arion menggandeng tangan sang adik ketika mereka pergi untuk berangkat sekolah.

Aryadi menghabiskan sisa sarapan dengan senyum di sudut bibir. Tiba-tiba saja merasa sangat merindukan sang istri, Ia mengingatkan diri untuk menelepon Alyasha nanti.

***

"Mas, aku akan bekerja ke luar kota untuk beberapa hari," kata Alyasha.

Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi tidur. Alyasha tengah duduk di meja rias, menghapus sisa-sisa make up di wajahnya.

"Ke mana?" tanya Aryadi. Ia mengangkat wajah dari ponselnya, tengah membaca kembali schedule untuk meeting-nya besok.

"Ke kota sebelah. Akan ada perekrutan untuk model baru di sana. Hanya tiga hari, kok."

Aryadi mengangguk. Ia mengerti pekerjaan Alyasha mulai membuat sang istri menyibukkan diri. Ia tidak keberatan. Selama Alyasha menikmatinya, dan ia tidak pergi terlalu lama, Aryadi tidak pernah melarangnya. Aryadi memercayai sang istri sepenuhnya.

Lagipula Arion dan Annanda sudah cukup besar. Dan selalu ada pelayan di rumah yang siap sedia untuk memenuhi kebutuhan mereka.

"Oke," kata Aryadi. "Aku antar kamu ke sana."

"Tidak perlu, Mas," ujar Alyasha. "Aku berangkat sama teman-teman. Pakai bus."

"Kamu yakin?" Aryadi berpikir pasti akan tidak nyaman kalau bepergian jauh dengan menggunakan bus.

"Iya, Mas. Tidak apa-apa, kok. Lagipula sama banyak teman-teman, jadi pasti asyik."

"Hmm..."

Aryadi meletakkan ponselnya di nakas samping tempat tidur ketika Alyasha menyelipkan diri di atas ranjang di sampingnya. Aryadi segera saja meraih pinggang sang istri untuk memeluk, namun, Alyasha menahan tangannya.

Aryadi menatapnya penuh tanya. Alyasha tidak mebalas tatapan sang suami.

"Aku lagi dapet, Mas," ucapnya pelan.

Aryadi mengerjap bingung. Ia tidak bermaksud untuk menyentuh istrinya malam itu. Aryadi hanya ingin memeluknya hingga tidur. Apa gerak-geriknya tampak seperti ia ingin menyetubuhi sang istri?

Sebelum Aryadi sempat mengatakan apa-apa, Alyasha melepaskan diri dari pelukannya dan membalikkan tubuh untuk memunggunginya.

"Alya," panggilnya pelan.A

Aryadi semakin bingung ketika Alyasha tidak mengindahkan panggilannya. Apa ia melakukan sesuatu yang telah membuat sang istri kesal? Aryadi berusaha mengingat-ingat. Namun, ia tidak bisa menemukan kesalahan apa yang telah ia lakukan.

Lalu, kenapa Alyasha terasa seperti menjauhinya?

***

"Kamar kami masih tersisa satu saja, Pak, di Suite Standard," ujar resepsionis hotel di depan Aryadi.

Aryadi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Pukul sudah menunjukkan jam sebelas malam lewat dua puluh menit. Ia menghela napas.

Ia sedang berada di luar kota. Pertemuan dengan salah satu rekan kerjasama perusahaan hari itu berlangsung hingga larut malam. Aryadi mengira ia masih akan memiliki waktu untuk pulang hari ini. Namun, melihat hari yang sudah larut dan ia yang juga cukup lelah, Aryadi memutuskan untuk menginap di salah satu hotel saja untuk malam ini.

Di kota ini sepertinya ada suatu perayaan. Fashion show, kalau Aryadi tidak salah dengar tadi. Beberapa hotel yang sempat ia datangi sebelumnya sudah penuh. Syukurlah hotel ini akhirnya menyebut bahwa mereka masih memiliki satu kamar tersisa.

"Baiklah, saya ambil yang itu," ujar Aryadi.

Tubuhnya lelah. Ia ingin segera membersihkan diri dan tidur, lalu kembali pulang pagi besok. Walaupun putra putrinya sudah besar dan akan baik-baik saja jika ditinggal sendiri, Aryadi tetap merasa sedikit khawatir karena Alyasha juga masih bekerja di luar kota saat ini.

Aryadi mengikuti salah satu staff hotel yang mengantarnya untuk menemukan kamar. Tepat di belokan, Aryadi melihat seorang laki-laki mendorong seorang wanita memasuki salah satu kamar. Alisnya terangkat.

Mereka mungkin salah satu pasangan yang sedang berbulan madu, pikirnya.

Aryadi tidak ambil pusing. Namun, ketika ia lewat di depan kamar pasangan itu, suara-suara cumbuan yang sangat bergairah terdengar sampai keluar.

Staff yang mengantar Aryadi tampak sedikit salah tingkah. Ia tersenyum meminta maaf ketika menunjukkan kamar Aryadi yang berada tepat di sebelah kamar pasangan yang masih berisik itu.

"Di sebelah sini, Pak."

"Apa benar-benar tidak ada kamar lain yang masih tersedia?" tanya Aryadi sambil mengerutkan kening.

"Mohon maaf, Pak, untuk malam ini kami benar-benar sudah penuh."

Mengesalkan. Tapi Aryadi tidak punya pilihan lain.

Untungnya, di dalam kamarnya suara-suara dari kamar sebelah hampir tidak terdengar. Hanya samar-samar suara teredam yang masih bisa ditolerir Aryadi. Syukurlah setidaknya ia bisa mendapat tidur malam ini.

Keesokan paginya ketika Aryadi keluar dari kamar untuk check out, pintu di sebelah kamarnya terbuka dan seorang wanita keluar dari sana. Aryadi tidak berniat mengindahkannya, namun sosok wanita itu membuatnya terpaku.

Aryadi akan mengenali rambut cokelat gelap bergelombang, dan tubuh semampai itu di mana pun.

Karena wanita itu tidak lain adalah Alyasha.

Sang istri sedang membicarakan sesuatu sambil tertawa dengan seorang laki-laki yang tengah tersenyum dan berjalan di sampingnya. Laki-laki yang sama yang Aryadi lihat sekilas kemarin malam.

Aryadi merasa darah dalam tubuhnya seketika membeku dan berhenti mengalir.

Mereka berjalan sambil memunggunginya dan sepenuhnya tidak menyadari kehadiran Aryadi.

Ia begitu terkejut hingga ia hanya berdiri terpaku di sana hingga kedua sosok itu menghilang di tikungan.

Alyasha tidur di kamar yang sama dengan seorang lelaki. Lelaki yang sama yang Aryadi lihat beberapa bulan lalu ketika ia melihat sang istri di salah satu lobby hotel dekat tempatnya bekerja. Semalam, suara dua orang yang tengah bercumbu yang didengar Aryadi adalah suara istrinya sendiri bersama pria lain.

Alyasha telah mengkhianatinya.

Alyasha telah berselingkuh.

Tangan Aryadi mengepal begitu erat ia ingin menghantamkan tinjunya pada seseorang. Dengan sedikit gemetar karena menahan amarah, Aryadi mengeluarkan ponsel dan menghubungi Alyasha.

Tidak diangkat.

Geram, Aryadi bergegas mengejar mereka.

Namun, ia tidak menemukan baik sosok Alyasha maupun lelaki itu di manapun. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status