Share

Pangeran Kodok Sialan!

Penulis: Naomi Fa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-20 18:00:29

"Apakah tadi itu tidak terlalu gegabah? Kita masih belum mencari seorang pria yang cocok untuk Anda." Sekretarisnya mencoba mengingatkannya ketika semua prosesi pemakaman kakeknya selesai.

"Tenang saja, aku tidak membutuhkan seorang suami yang cocok." ujarnya santai sambil berjalan memasuki ruang duka yang sudah mulai kosong. "Aku hanya membutuhkan seorang pria dengan beberapa kriteria."

Anna adalah sekretaris yang andal. Hingga dengan kalimatnya singkatnya saja, dia langsung membuka buku dan bersiap menulis catatannya. "Aku akan mencarikannya untuk Anda. Mungkin kita bisa menemukan satu orang yang sesuai kriteria Anda, di antara para putra direktur perusahaan lain."

"Tidak, tidak. Aku tidak mau menikahi satu orang pun pria mata duitan itu. Sebaliknya, aku akan menikahi seorang pria dari latar belakang miskin." ucap gila Elsie yang membuat Anna menatapnya dengan mata terbelalak. "Ide bagus. Aku seharusnya memikirkan ini dari awal!"

"Eh?!"

"Tulis secepatnya, sebelum aku lupa." perintahnya pada Anna yang langsung sigap memegang buku jurnalnya, meskipun terlihat agak ragu-ragu. "Satu, usianya harus berkisar antara dua puluh dua tahun sampai tiga puluh tahun. Aku benci pria yang lebih muda dariku, tapi aku tidak mau dia terlalu tua untukku. Jadi dia harus seumuran denganku atau di atasku."

"Dua puluh dua tahun sampai tiga puluh tahun." Sekretarisnya mengulang kembali ucapannya selagi dia menulisnya di dalam buku.

"Yang kedua, aku ingin dia seorang pria yang miskin dan belatar belakang keluarga melarat. Aku benci pria angkuh. Walaupun itu tidak akan menjamin, tapi aku pasti akan mendapatkan seorang pria rendah hati di antara mereka."

Baru dia menaruh mata pulpennya pada permukaan kertas, mendadak Anna menatapnya lagi dan meragukannya, "Anda yakin? Menurutku, syaratnya sedikit ...,"

"Ya." jawabnya cepat. "Cepat tulis."

Setelah selesai dengan poin kedua. Ia memberi kriteria tambahan lagi.

"Aku tidak suka jika dia pintar. Aku mau pria itu bodoh. Sehingga dia tidak akan memiliki ide untuk merebut harta keluargaku." Belum cukup dengan tiga tipe pilihannya yang aneh, ia memparahnya dengan pilihan yang lainnya. "Aku harap dia juga tidak tampan. Intinya aku hanya ingin seorang pria yang tidak bisa aku cintai. Itu saja."

"Dengan tipe seperti ini, sepertinya Anda dapat menemukannya di jalanan sekaligus." gerutu Anna karena tidak setuju dengan pemikiran unik bosnya.

Elsie menyunggingkan senyum dan terkekeh geli, "Benarkah? Apakah akan semudah itu mencari pria yang kuinginkan? Itu kabar bagus. Kalau begitu, Aku bisa segera menikah lalu aku langsung akan mengklaim warisanku."

"Direktur." rengek Anna atas keputusannya.

Di saat ia sibuk berbicara dengan sekretarisnya, seseorang memanggil namanya dan memeluknya erat. "Elsie."

Tanpa perlu memastikannya dua kali, ia bisa tahu kalau sahabat dekatnya-lah yang saat ini mendekapnya dari belakang. "Astaga, aku kira siapa. Ternyata yang datang adalah seorang dosen yang cengeng."

"Kau mengejekku?" ucap Nia sambil melepaskan dirinya dari pelukannya. "Maafkan aku, aku tidak bisa datang tepat waktu. Aku memiliki beberapa jadwal yan tidak bisa kubatalkan."

"Tidak masalah. Tidak perlu merasa tertekan, apalagi aku memang tidak berencana membuat acara ini terlalu besar dan megah." Di tengah pembicaraan yang hangat itu, ia merasakan ada kehadiran sosok asing yang cukup mengganggu dirinya. "Kau tidak datang sendiri. Siapa dia?"

"Ah! perkenalkan, dia asistenku. Aku tadinya hendak datang kemari sendiri, tapi karena kemarin aku lembur semalaman, dia pun akhirnya membantuku menyetir mobilku sampai di sini."

Matanya yang tajam memindai pria itu dari atas ke bawah dan ia pun di buat ngeri dengan keadaan pria ini. Dia memakai pakaian yang hampir tak layak pakai, lantaran sudah nyaris sobek sana-sini oleh sebab pemakaian berturut-turut yang mungkin tak terhitung jumlahnya. Lalu celana jeans yang di pakainya sudah lusuh dan warnanya benar-benar luntur tak berbekas. Terakhir, yang paling parah adalah sepatunya. Dia memiliki sepatu yang sudah sangat buruk, lapisan bawah sepatunya hanya bersisa sangat tipis dan pria itu tampaknya akan menggunakan —barang rongsokan— itu lebih lama lagi.

Ironisnya, asisten Nia memiliki wajah yang dinilai cukup tampan. Namun apa gunanya ketampanannya? Wanita gila mana yang akan mengejarnya, jika kondisinya seperti ini.

"Oh ya, aku bisa menumpang kamar mandi di sini? Di mana letak kamar mandinya?" tanya Nia sambil menatap ke sekeliling.

"Anna, tunjukkan padanya kamar mandi yang ada di ruang tunggu keluarga. Di sana lebih bersih."

"Baiklah. Silakan ikuti saya."

Lalu keduanya pergi, meninggalkan dirinya —seorang diri— dengan pria yang mengganggu kenyamananya itu.

Elsie akui, dirinya adalah orang yang hebat dalam melobi. Namun itu bukan berarti dirinya masuk dalam kategori orang ramah, yang akan berbicara basa-basi pada semua orang. Sebaliknya, ia biasanya akan bersikap cuek, bahkan dia akan berlaku dingin, jika orang yang ada di depannya bukanlah orang yang bisa menguntungkannya. Itu merupakan sikap yang dipelajarinya sejak kecil, yang dulu diajarkan oleh mendiang kakeknya. Namun diakhir hidupnya, sepertinya dia mulai menyesal karena telah mengajarkan sikap itu padanya.

"Maaf, aku pulang tanpa mengabari." Kini ia tak memiliki tempat lagi untuk merasa nyaman. Ia tak tahu kapan pria itu datang, tapi tiba-tiba saja ketika dirinya baru menoleh ke arah lain sejenak, Eizel tahu-tahu sudah berdiri di depannya.

"Lupakan saja, lagipula aku tak tertarik. Namun biar kuperingatkan dari awal, jangan berani-berani berpikir untuk mencuri harta keluargaku dariku. Bukankah diangkat sebagai cucu oleh kakekku, itu sudah cukup untukmu. Jadi jangan melewati batas." ucapnya sambil mendesis kesal.

"Haruskah kau berkata sedingin itu, setelah kita lama tak berjumpa?"

"Lantas apakah kau berharap aku akan menyambutmu dengan tangan terbuka dan pelukan hangat?"

Aneh sekali, ia tak sedang melucu, tapi pria ini bisa terkekeh mendengar sindirannya. Hanya saja, senyumannya itu tak bertahan lama. Seperti dirinya, kini Eizel juga menangkap kehadiran sosok asisten Nia, yang tampak mengusik keingintahuannya. "Siapa dia? Apakah kau mengenalnya?"

Melihatnya terganggu oleh asisten Nia, Elsie menjadi tertantang untuk membuatnya semakin resah,

Tanpa meminta ijin, ia mengaitkan tangannya di lengan pria itu dan tersenyum lebar, "Tentu. Bukankah aku sudah mengumumkannya tadi kalau aku akan menikah. Perkenalkan, dia calon pengantin pria-ku."

Dalam sekejap, ada aura bingung dan tak percaya di wajah Eizel, yang membuatnya sangat puas. Namun ia lupa, ia belum meminta persetujuan pria ini.

"Maaf." Entah karena tidak peka, atau pria ini ingin mempermalukannya. Asisten Nia melepaskan tangannya dan menatapnya serta Eizel secara bergantian. "Jika kalian ingin saling bertengkar, silakan saja. Namun jangan sangkut-pautkan orang lain dalam masalah kalian. Aku pergi."

Elsie yang merasa dipermalukan, hanya dapat melotot melihat pria itu dan kini ia menjadi tak bisa berkata-kata oleh tindakan pria itu, "Apa yang ...?!"

...****************...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Epilog

    Nia, Elsie dan Alvan naik ke panggung untuk foto bersama kedua mempelai.Namun entah hanya perasaanya saja atau memang seperti itu adanya, Nia merasakan ada yang ganjal dengan hubungan Nia dan Alvan. Memang ia tahu kalau mereka berdua berpandangan dengan tidak ramah di ruang pengantin, tapi ia tidak menyangka kalau masalah itu akan bertahan hingga acara pernikahan hampir selesai.Kini acara yang tersisa adalah pelemparan bunga.Semua orang bersiap di posisi dan Nia pun sedikit menyingkir ke sisi panggung untuk memberi Elsie ruang untuk dapat menangkap bunga.Satu. Dua. Tiga.Bunga pun terlempar dengan sangat anggun, tapi semakin dilihat, ada yang aneh dengan arah pelemparan bunga. Hingga tiba-tiba bunga itu mendekatinya dan jatuh di tangannya.Sontak hal tidak terduga itu membuat semua orang gempar dan bingung.Merasa dia bukan seharusnya yang berhak menerima bunga itu, Nia menatap Elsie yang seharusnya m

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Kelelahan [Kebahagiaan] Yang Tidak Berakhir

    Ketika matahari mulai bergerak turun dan perlahan berjalan meninggalkan langit yang terang. Elsie duduk seorang diri di salah satu bangku rumah makan yang dibawah naungan perusahaannya, sambil menatap semburat warna jingga yang memenuhi langit. Sudah beberapa hari ia menetapkan untuk lembur beberapa hari di kantornya dan kini ia akhirnya keluar dari persembunyian setelah ia mengurung diri di dalam tembok kantornya. Semua ini karena bunga itu. Sungguh bunga yang sial. Bersamaan dengan kemarahannya yang kembali bangkit dari dalam hatinya, seorang pria yang ia benci selama beberapa hari ini malah muncul di depan wajahnya. Tidak perlu ditanya, Elsie pasti merasa marah. Dia sangat kesal hingga ketika Alvan mengambil duduk di depannya, ia berpaling ke arah lain seperti anak kecil. Namun masalahnya, ia tidak bisa menerima kekalahannya. Terlebih itu lantaran sebuah bunga sial yang malah terbang ke tempat yang salah. "Kenapa tidak pulang se

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Takdir Mereka Yang Melayang Di Udara

    Di tengah hiruk pikuk pernikahan yang meriah, Alvan dan Elsie duduk berdampingan dengan suasana kesenyapan yang mencekam layaknya yang terjadi pada pasangan yang sedang bertengkar.Hal ini dimulai lantaran Elsie melihat bagaimana Eizel sangat menyukai Anna dan tidak ragu-ragu dalam melangsungkan pernikahannya. Perasaan irinya itu pun ia sampaikan kepada Alvan, yang meskipun tampak tidak tergerak sedikitpun setelah mendengarkannya, tapi sejak mendengar Elsie menceritakannya, perlahan ia mulai mempertimbangkannya hal disebut dengan pernikahan.Namun Elsie yang tidak sabaran, merasa kode halusnya itu tidak akan mempan untu Alvan yang pada pandangannya tidak sensitif, sehingga Elsie dengan memberanikan diri mengatakan secara gamblang pada Alvan tentang keinginannya untuk menikah.Apakah itu salah? Tentu tidak. Terlebih Alvan tahu seberapa sulitnya bagi Elsie untuk memulai pembicaraan tentang pernikahan lebih dulu, dengan posisinya sebagai wanita. Itu adalah ke

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Keuntungan Menjadi Rekan Hidupku

    Alih-alih menunggu Anna di pelaminan dan melihat dari kejauhan calon istrinya yang berjalan seorang diri menghampirinya, Eizel memilih untuk berjalan bersama istrinya menuju ke pelaminan.Dengan menggandeng wanita yang dicintainya, ia mengumbar senyum yang sangat lebar nan bahagia. Lalu dengan mata yang saling berkaitan dengan Anna, ia menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya sangat beruntung memiliki wanita ini sebagai teman hidupnya.Hingga setiba mereka di pelaminan, mereka menjalani seluruh prosesi pernikahan dan dipenghujung acara, sang pembawa acara menyatakan bahwa mereka sudah resmi menjadi suami istri.Seketika ruang pernikahan itu menjadi amat riuh. Para tamu bertepuk tangan dan tak sedikit yang memberi sorakan atas status baru mereka.Di tengah kebahagiaan yang bertaburan seperti confetti, Eizel menatap langit-langit dengan tercengang.Hidup itu sebuah misteri...****************...~Du

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Perhatianmu Dan Cinta Dariku

    Dengan gaun yang indah yang Nia kenakan di acara pernikahan, ia berjalan tergopoh-gopoh menuju ruang tunggu pengantin. Semua ini adalah salah dari dirinya yang bangun terlambat.Kemarin malam, usai mengatakan salam tidurnya, Nia lupa menyalakan alarm. Hingga, akibat dari perbuatannya, mereka pun jadi bangun terlambat. Hanya untung saja, pengantin wanita sudah bangun lebih dulu dan langsung pergi ke tempat di mana dia akan di rias.Namun di mana kawannya yang satu lagi, kalau tidak salah dia yang bertanggung jawwab dengan bunga buketnya. Lantaran dia menyekap bunga itu sejak pagi, yang katanya itu dia lakukan untuk dapat terhubung dengan bunga. Sehingga ketika pengantin wanita melemparkan bunganya nanti, dia dapat menangkapnya dan segera menikah.Baru dia pikirkan, suara temannya itu sudah terdengar dari kejauhan, meskipun di lobi itu sudah dipenuhi oleh tamu yang berbicara sendiri layaknya suara lebah."Nia."Dengan gaun merah men

  • Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata)   Malam Bagi Para Pemilik Perut Kosong

    ~Lima bulan Kemudian."Untuk pernikahan besok. Bersulang.""Bersulang.""Bersulang."Tiga wanita itu pun saling menyatukan kaleng soda mereka, hingga berbunyi suara 'ting' dari permukaan kaleng mereka yang saling bersentuhan.Namun ketika mereka hendak meminumnya bersama, Elsie langsung mengurungkan niatnya dan meletakkan soda itu dengan tatapan sia-sia."Kenapa?" tanya Nia pada Elsie yang tampak kesal lantaran tidak dapat meminum sodanya.Selagi melihat tubuhnya, ia pun mengeluhkan lemaknya yang bertumbuh pesat. "Akhir-akhir ini berat badanku banyak naik. Jadi aku tidak bisa meminum ini dan membuat gaunku kekecilan."Mendengar alasan Elsie, membuat Anna dan Nia menghentikan aktivitas mereka. Hingga satu per satu mulai meletakkan kaleng sodanya."Benar juga." gumam Anna dengan menatap sedih minuman soda itu.Seusai kaleng soda, kini mata mereka tertuju pada makanan melimpah yang ditaruh di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status