Finn keluar dari kamarnya seusai mandi. Tangannya bergerak mengusap rambutnya yang basah. Dengan segera mengganti bajunya. Sejak kemarin, dia menunggu kabar dari Zelda, tetapi sayangnya, tidak kunjung datang kabar itu.
Tepat saat sedang berada di depan kaca untuk memasak dasinya, suara pesan masuk terdengar. Finn segera meraih ponselnya di atas meja. Memastikan siapa gerangan orang yang menghubunginya. Alangkah terkejutnya ketika nama Zelda tertera di pesan masuk miliknya. Tak butuh waktu lama, dia segera membuka pesan tersebut. Finn berbinar ketika melihat pesan singkat dari Zelda. Akhirnya gadis itu memberikan alamatnya. Kali ini, dia tidak akan melepaskan gadis itu begitu saja. Dia merasa jika ini adalah kesempatannya. Tidak akan pernah terulang kembali dan tidak akan datang kembali.Finn segera membalas pesan singkat Zelda. Mengatakan jika dia akan datang ke rumah Zelda. Dia benar-benar tak sabar menunggu sore nanti untuk datang ke rumah Zelda.Finn segera keluar dari kamarnya setelah selesai bersiap. Dia mencari sang mama yang tak tampak di mana-mana.“Ma ….” Finn memanggil sang mama.“Mama di dapur, Finn.” Mama Risha berteriak menjawab panggilan Finn.Mendengar suara mamanya di dapur segera Finn menghampiri sang mama. “Mama.” Finn memeluk sang mama. Dia benar-benar senang sekali.“Kamu kenapa?” Mama Risha merasa bingung dengan anaknya. Kenapa anaknya itu begitu senang sekali.“Apa mama ingat dengan wanita yang mama kenalkan waktu itu?” Finn mencoba mengingatkan sang mama.“Siapa?” Mama Risha merasa bingung. Dia tidak tahu siapa gerangan yang dibicarakan anaknya.“Itu, Ma. Gadis yang setahun lalu mama kenalkan dari situs pencarian jodoh.” Finn mencoba mengingatkan sang mama.Mama Risha mencoba mengingat gadis yang dimaksud. Sudah setahun silam, tentu saja itu membuatnya lupa. Sekuat tenaga Mama Risha mencoba mengingat, hingga akhirnya dapat juga mengingat gadis itu yang mana.“Oh … itu. Memang kenapa?” Mama Risha melempar pertanyaan itu.“Jadi aku bertemu dengannya lagi. Aku meminta nomor teleponnya yang baru dan sekarang aku dapat alamatnya, Ma.” Finn mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Dia begitu bersemangat sekali ketika menceritakan akan hal itu.“Benarkah?” Mama Risha tahu jika selama setahun ini Finn mencoba mencari nomor telepon gadis itu, tetapi tidak didapatkan.“Benar, Ma, dan aku mau mama dan papa ikut aku untuk ke rumahnya.” Finn tidak mau membuang waktu. Dia ingin segera melamar sang pujaan hati. Tak mau sampai kehilangan lagi.“Kamu mau melamarnya?” Mama Risha memastikan kembali pada Finn.“Iya, Ma. Aku tidak mau sampai orang lain mendapatkannya, dan tidak mau sampai kehilangan lagi.” Finn menatap sang mama dengan kesungguhan.“Kamu yakin? Kamu belum mengenalnya dengan baik, lalu bagaimana bisa kamu ingin melamarnya?” Mama Risha merasa ragu. Apalagi anaknya baru sekali ketemu kembali dengan gadis itu.“Aku yakin, Ma. Dia gadis baik.” Finn memiliki keyakinan kuat jika Zelda adalah orang yang sangat baik. “Jika mama sudah bertemu dengannya, mama akan mengatakan hal yang sama.” Finn tersenyum pada mamanya.Mama Risha merasa anaknya benar-benar menyukai gadis itu. Yang terpenting adalah gadis itu masih single saja sudah cukup baginya. Karena tidak mau sampai anaknya suka dengan istri orang seperti tempo dulu.“Jika kamu sudah senang, mama akan temani kamu ke sana untuk melamarnya.” Mama Risha akhirnya setuju. Lagi pula jika anaknya senang, bukankah dia ikut senang.“Terima kasih, Ma.” Finn memeluk sang mama. Meluapkan rasa bahagianya.***Di rumah Nyonya Zoya, Myesha menyiapkan makanan untuk nanti disuguhkan. Finn sudah mengatakan jika Finn akan datang bersama keluarganya. Sejujurnya, Myesha benar-benar merasa berat sekali menjalani ini semua, tetapi dia tidak punya pilihan lagi.“Sha.” Nyonya Zoya memanggil Myesha yang sedang sibuk menyiapkan dan merapikan makanan di meja makan.Myesha yang sedang sibuk segera mengalihkan pandangannya. Saat melihat Nyonya Zoya, dia melihat Nyonya Zoya membawa sebuah gaun dan juga sepatu hak tinggi.“Ini pakailah, kamu pasti akan terlihat cantik dengan gaun ini.” Nyonya Zoya memberikan gaun dan sepatu hak tinggi pada Myesha.Myesha melihat gaun begitu indah sekali. Dia yakin itu adalah milik Zelda. Gadis itu memang pergi tanpa membawa banyak baju. Hal itu tentu saja membuat baju-bajunya masih di rumah ini.“Gaun-gaun Zelda juga masih banyak di kamarnya. Kamu bisa pakai semua. Kamu benar-benar harus tampil berkelas. Jangan sampai mereka kecewa jika melihat kamu yang lusuh.” Nyonya Zoya memberitahu Myesha.Pemberitahuan Nyonya Zelda itu diiringi dengan hinaan. Bagaimana Nyonya Zoya mengatakan dirinya lusuh sebenarnya sedikit menyinggung Myesha. Namun, dia berusaha untuk tetap kuat.“Sudah bersiaplah. Aku akan lanjutkan.” Nyonya Zoya meminta Myesha untuk pergi.“Baiklah.” Myesha menerima gaun dan sepatu hak tinggi yang diberikan oleh Nyonya Zoya. Kemudian, dia berlalu pergi ke kamarnya untuk bersiap.“Beriaslah yang cantik. Jangan membuat mereka kecewa.” Nyonya Zoya berteriak memberitahu Myesha.Myesha memilih mandi dulu untuk menyegarkan tubuhnya. Seusai mandi, barulah dia merias wajahnya. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Nyonya Zoya, dia harus tampil cantik malam ini.Myesha memakai baju yang berikan oleh Nyonya Zoya. Dengan riasan tipis di wajahnya, dia tampak begitu cantik. Saat melihat dirinya dari pantulan cermin, Myesha merasa jika ini bukan dirinya. Dirinya yang sekarang tampak begitu anggun sekali. Padahal biasanya, dia tampil apa adanya.“Ini baru dimulai.” Myesha merasa drama tokoh palsu ini akan dimulai. Demi ibunya di kampung, dan demi hidup yang lebih baik kelak, Myesha siap melakukan ini semua.***Suara ketukan pintu terdengar. Nyonya Zoya segera membuka pintu. Dia sudah menebak jika yang datang adalah Finn dan keluarganya.Benar dugaanya, saat membuka pintu, dia melihat Finn datang dengan mama dan papa.“Selamat malam, Tante.” Finn menyapa Nyonya Zoya dengan senyum manisnya.“Selamat malam.” Nyonya Zoya tersenyum pada Finn dan orang tua Finn.“Kenalkan ini mama dan papa saya.” Finn memperkenalkan kedua orang tuanya.“Arisha.” Mama Risha mengulurkan tangan pada Nyonya Zoya.“Saya Zoya.” Nyonya Zoya menerima uluran tangan dari mama Finn.“Adrian.” Papa Finn pun tak kalah. Dia juga memperkenalkan diri.“Ayo, masuk. Kita mengobrol di dalam.” Nyonya Zoya langsung mengajak tamunya untuk masuk.Finn dan keluarganya masuk ke rumah. Mereka duduk di ruang keluarga. Di sana Nyonya Zoya sudah menyiapkan minuman dan makanan ringan. Seolah sudah tahu jika tamunya sudah datang.Finn mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan Zelda. Namun, tampaknya Zelda belum keluar.“Cari siapa, Finn?” Nyonya Zoya menggoda Finn yang tampak melihat sekitar.“Ah … tidak.” Finn tersenyum. Malu ketika ketahuan jika ternyata Nyonya Zoya memerhatikan dirinya.“Pasti mencari Zelda.” Nyonya Zoya menggoda.Finn tersenyum.“Kamu tidak sabaran sekali.” Mama Risha menepuk bahu Finn. Anaknya benar-benar lucu sekali.“Tenang, aku akan panggilkan.” Nyonya Zoya segera berdiri. Dia ingin memanggil Myesha yang masih berdandan.Finn benar-benar berdebar-debar ketika Nyonya Zoya memanggil Zelda. Rasanya tidak sabar melihat gadis cantik itu“Myesha.”Suara lirih terdengar di balik pintu. Myesha yang melihat akan hal itu segera membuka pintu. Memastikan siapa gerangan yang memanggil. Walaupun dia tahu siapa yang memanggilnya. Saat pintu dibuka, dia melihat Nyonya Zoya di balik pintu.“Finn sudah datang. Ayo cepat kita kamu keluar.”Mendengar akan hal itu membuat Myesha semakin berdebar-debar. Dia benar-benar takut.“Dengar, jangan gugup. Bersikaplah biasa saja. Anggaplah kamu sebagai Zelda. Lakukan semua dengan baik.” Nyonya Zoya memberitahukan semuanya pada Myesha.“Baik, Nyonya.” Myesha pun mengerti yang dijelaskan oleh Nyonya Zoya.Myesha dan Nyonya Zoya keluar ke ruang keluarga. Dari kejauhan tampak Finn dan keluarganya berada di sana.Finn yang melihat Myesha memakai gaun langsung terpesona. Dia memang tidak salah memilih wanita. Myesha begitu cantik sekali.Mama Risha yang melihat Myesha pun langsung terpesona juga. Tidak menyangka jika ternyata gadis yang dipilih Finn begitu cantik. Pantas saja anaknya tidak mau me
Nyonya Zoya sudah menyiapkan semua dengan matang. Saat ada uang, semua bekerja sesuai keinginan. Nyonya Zoya menyuap semua petugas untuk memuluskan jalannya. Beruntung, pengawasan pemerintah belum ketat jadi dia memanfaatkan celah itu. Masih banyak sekali orang-orang yang memiliki kartu penduduk ganda. Kartu keluarga ganda. Pemerintah memang seolah tutup mata.Nyonya Zoya memanfaatkan keadaan ini. Hingga akhirnya, Myesha mendapatkan identitas atas nama anaknya. Dia benar-benar tidak peduli sama sekali. Yang terpenting, dia bisa aman setelah ini.Mungkin, andai ada anaknya. Tidak mungkin dirinya bersusah payah. Tinggal menyuruh sang anak saja.“Ini kartu tanda pendudukmu yang baru.” Nyonya Zoya yang baru sampai rumah langsung memberikan kartu penduduk pada Myesha. Dia tidak mau sampai ada kesalahan sedikit pun. Jadi dia harus memastikan jika data diri yang dibawa Myesha aman.“Iya, Nyonya.” Myesha mengambil kartu tanda penduduk yang ada di ata meja. Dia melihat foto dirinya yang memaka
“Apa ini tidak terlalu mahal?” Myesha berbisik pada Finn. Dia merasa tidak enak jika diberikan barang yang begitu mahal.“Untuk wanita sepertimu aku belikan lebih mahal saja tidak masalah.” Finn menjawab sambil tersenyum.Melihat Finn yang begitu baiknya, membuat Myesha merasa bersalah sekali karena sudah membohonginya. Dia berjanji, ini tidak akan berlangsung lama. Dia tidak mau terjebak lebih dalam dengan Finn.Finn memasangkan cincin pada jari Myesha. Cincin tampak begitu indah sekali. Hal itu membuat Finn tersenyum.“Sepertinya sedikit kebesaran untukmu. Kita pesan yang lebih kecil saja.”Myesha merasa memang cincin terlalu besar. Jadi jika dipakai, pasti akan jatuh. Bisa-bisa dia akan kehilangan uang Finn sebanyak seratus lima puluh juta. Jadi dia membiarkan Finn untuk memesankan cincin sesuai dengan ukurannya.Finn melepaskan cincin dari tangan Myesha, kemudian memberikan pada pegawai toko. “Tolong ukur jari kami.” Dia meminta pada pegawai toko.Pegawai toko segera mengukur jari
Myesha sampai di tempat pernikahan. Keluarga dan beberapa teman di sana tampak hadir di pesta pernikahan. Dari tamu yang dilihat Myesha, banyak yang dia tidak kenal. Beberapa orang yang dikenalnya adalah pegawai wedding organizer. Jelas Nyonya Zoya sengaja menggunakan mereka semua untuk menjadi tamu dari pihak keluarga. Nyonya Zoya tidak benar-benar mengundang keluarganya.Dari kejauhan Myesha melihat Finn yang gagah dengan setelah jasnya. Pria itu begitu tampan dan bersinar menyambut kedatangannya. Apalagi senyum menghiasi wajahnya. Melihat senyum Finn, hati Myesha bergetar.Myesha terus mengayunkan langkahnya menghampiri Finn yang sudah menunggunya. Nyonya Zoya mendampinginya menuju tempat akad pernikahan.Finn tersenyum ketika melihat gadis yang akan dinikahinya. Kemarin, dia sudah melihat Myesha memakai gaun yang dipilih, tetapi ketika melihat Myesha dengan riasan di wajahnya membuatnya merasa terpesona. Myesha benar-benar cantik sekali.Langkah Myesha sampai di dekat Finn. Tanpa
Pintu kamar terbuka. Saat pintu didorong masuk, aroma bunga mawar menyeruak. Myesha yakin kamar didekor dengan bunga mawar. Dia sering menyiapkan kamar pengantin. Jadi tahu seperti apa dekorasi kamar pengantin. Jantung Myesha semakin berdebar-debar. Dia benar-benar takut sekali.Pintu yang tertutup menampilkan sisi ruangan yang gelap. Namun, lilin yang berada dalam ruangan memberikan secerca cahaya. Suasana itu terlihat begitu romantis sekali. Mungkin jika itu dilihat sepasang suami istri yang berharap malam pertama, tentu saja itu terlihat begitu indah. Namun, bagi Myesha itu membuat jantungnya semakin berdebar dengan kencang. Dia terus memikirkan, bagaimana jika Finn meminta jatah malam pertamanya?Finn masuk lebih dulu sambil menyalakan lampu dengan access card yang dibawanya. Ruangan seketika terlihat jelas. Lilin-lilin yang terdapat di dalam gelas berjajar rapi di sepanjang jalan di depan mereka. Bunga mawar juga menghiasi lantai. Seolah menyambut pemilik kamar untuk masuk.Myesha
Ritsleting gaun milik Myesha perlahan turun. Jantung Myesha semakin berpacu. Dia benar-benar berdebar-debar sekali ketika Finn menurunkan ritsleting gaunnya. Myesha pasrah jika memang takdirnya.Perlahan-lahan ritsleting bergerak turun. Beriringan dengan tangan Finn yang ikut turun. Myesha jelas merasakan gesekan kulit jari Finn pada punggungnya. Hal itu membuat rasa aneh menyelusup ke dalam hatinya. Entah rasa apa itu, Myesha tidak mengerti. Gerakan tangan Finn semakin turun ke bawah. Myesha memejamkan matanya karena merasa takut. Gerakan tangan Finn akhirnya berada di ujung ritsleting gaunnya. Di sana tangan Finn berhenti.“Kamu bisa mandi.” Finn perlahan menjauhkan tangannya dari ritsleting gaun Myesha. Kemudian memundurkan tubuhnya agar dapat menjangkau wajah sang istri.Myesha begitu terkejut dengan yang dilakukan Finn. Dia mengira Finn akan melakukan hubungan suami istri dengan membuka ritsleting pada gaunnya. Namun, ternyata pria itu hanya membantu
Finn mendekatkan wajahnya pada wajah Myesha. Dilihatnya Myesha benar-benar tidur. Tampak Myesha begitu pulas sekali. Finn yang melihat hal itu pun tidak tega membangunkannya. Melihat rambut Myesha yang basah, Finn memilih membiarkan saja. Nanti juga akan kering ketika terkena pendingin ruangan. Finn tidak mau mengganggu Myesha. Mungkin istrinya itu benar-benar lelah. Apalagi seharian mereka kelelahan menerima tamu. Finn pun membiarkan sang istri untuk tidur.Myesha bersyukur ketika Finn percaya jika dirinya benar-benar tidur. Dia berharap Finn tidak akan memaksa untuk membangunkannya. Myesha menebak-nebak. Apa yang akan dilakukan Finn setelah tidak dapat membangunkannya.Finn naik ke atas ranjang. Duduk bersandar pada headboard tempat tidur. Dilihatnya sang istri yang tidur begitu pulas sekali. Hal itu membuat Finn tersenyum.Myesha memikirkan apa yang dilakukan Finn di belakangnya. Apakah pria itu sedang merencanakan untuk membangunkannya.Apa di
Myesha menggerakkan bibirnya. Menyesap bibir Finn perlahan. Melakukan sama persis dengan yang dilakukan oleh Finn tadi. Walaupun gerakannya masih kaku, dia berusaha untuk melakukannya dengan baik. Tak mau sampai membuat Finn curiga dengan niatnya. Myesha harus membuat Finn yakin jika dirinya berniat menikah karena cinta. Bukan karena hal lain.Finn benar-benar terkejut ketika Myesha menciumnya. Dia pikir istrinya tidak mau membalas ciumannya. Padahal tadi dia sudah berpikir jika sang istri tidak mau melakukannya karena memang tidak mencintainya. Namun, semua sirna ketika sang istri berani menciumnya, dan ini jadi ciuman pertama yang dilakukannya. Finn benar-benar menikmati gerakan bibir sang istri. Walaupun masih terlalu kaku, dia merasa itu adalah sebuah usaha yang luar biasa, dan dia menghargai itu semuaFinn mengangsur tubuhnya. Tangannya menarik tangan sang istri untuk melingkar di pinggangnya. Myesha hanya pasrah melakukan apa yang Finn mau. Dia memeluk erat tubuh