Share

Bab 7 Ingin Melamar

Finn keluar dari kamarnya seusai mandi. Tangannya bergerak mengusap rambutnya yang basah. Dengan segera mengganti bajunya. Sejak kemarin, dia menunggu kabar dari Zelda, tetapi sayangnya, tidak kunjung datang kabar itu.

Tepat saat sedang berada di depan kaca untuk memasak dasinya, suara pesan masuk terdengar. Finn segera meraih ponselnya di atas meja. Memastikan siapa gerangan orang yang menghubunginya. Alangkah terkejutnya ketika nama Zelda tertera di pesan masuk miliknya. Tak butuh waktu lama, dia segera membuka pesan tersebut. Finn berbinar ketika melihat pesan singkat dari Zelda. Akhirnya gadis itu memberikan alamatnya. Kali ini, dia tidak akan melepaskan gadis itu begitu saja. Dia merasa jika ini adalah kesempatannya. Tidak akan pernah terulang kembali dan tidak akan datang kembali.

Finn segera membalas pesan singkat Zelda. Mengatakan jika dia akan datang ke rumah Zelda. Dia benar-benar tak sabar menunggu sore nanti untuk datang ke rumah Zelda.

Finn segera keluar dari kamarnya setelah selesai bersiap. Dia mencari sang mama yang tak tampak di mana-mana.

“Ma ….” Finn memanggil sang mama.

“Mama di dapur, Finn.” Mama Risha berteriak menjawab panggilan Finn.

Mendengar suara mamanya di dapur segera Finn menghampiri sang mama. “Mama.” Finn memeluk sang mama. Dia benar-benar senang sekali.

“Kamu kenapa?” Mama Risha merasa bingung dengan anaknya. Kenapa anaknya itu begitu senang sekali.

“Apa mama ingat dengan wanita yang mama kenalkan waktu itu?” Finn mencoba mengingatkan sang mama.

“Siapa?” Mama Risha merasa bingung. Dia tidak tahu siapa gerangan yang dibicarakan anaknya.

“Itu, Ma. Gadis yang setahun lalu mama kenalkan dari situs pencarian jodoh.” Finn mencoba mengingatkan sang mama.

Mama Risha mencoba mengingat gadis yang dimaksud. Sudah setahun silam, tentu saja itu membuatnya lupa. Sekuat tenaga Mama Risha mencoba mengingat, hingga akhirnya dapat juga mengingat gadis itu yang mana.

“Oh … itu. Memang kenapa?” Mama Risha melempar pertanyaan itu.

“Jadi aku bertemu dengannya lagi. Aku meminta nomor teleponnya yang baru dan sekarang aku dapat alamatnya, Ma.” Finn mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Dia begitu bersemangat sekali ketika menceritakan akan hal itu.

“Benarkah?” Mama Risha tahu jika selama setahun ini Finn mencoba mencari nomor telepon gadis itu, tetapi tidak didapatkan.

“Benar, Ma, dan aku mau mama dan papa ikut aku untuk ke rumahnya.” Finn tidak mau membuang waktu. Dia ingin segera melamar sang pujaan hati. Tak mau sampai kehilangan lagi.

“Kamu mau melamarnya?” Mama Risha memastikan kembali pada Finn.

“Iya, Ma. Aku tidak mau sampai orang lain mendapatkannya, dan tidak mau sampai kehilangan lagi.” Finn menatap sang mama dengan kesungguhan.

“Kamu yakin? Kamu belum mengenalnya dengan baik, lalu bagaimana bisa kamu ingin melamarnya?” Mama Risha merasa ragu. Apalagi anaknya baru sekali ketemu kembali dengan gadis itu.

“Aku yakin, Ma. Dia gadis baik.” Finn memiliki keyakinan kuat jika Zelda adalah orang yang sangat baik. “Jika mama sudah bertemu dengannya, mama akan mengatakan hal yang sama.” Finn tersenyum pada mamanya.

Mama Risha merasa anaknya benar-benar menyukai gadis itu. Yang terpenting adalah gadis itu masih single saja sudah cukup baginya. Karena tidak mau sampai anaknya suka dengan istri orang seperti tempo dulu.

“Jika kamu sudah senang, mama akan temani kamu ke sana untuk melamarnya.” Mama Risha akhirnya setuju. Lagi pula jika anaknya senang, bukankah dia ikut senang.

“Terima kasih, Ma.” Finn memeluk sang mama. Meluapkan rasa bahagianya.

***

Di rumah Nyonya Zoya, Myesha menyiapkan makanan untuk nanti disuguhkan. Finn sudah mengatakan jika Finn akan datang bersama keluarganya. Sejujurnya, Myesha benar-benar merasa berat sekali menjalani ini semua, tetapi dia tidak punya pilihan lagi.

“Sha.” Nyonya Zoya memanggil Myesha yang sedang sibuk menyiapkan dan merapikan makanan di meja makan.

Myesha yang sedang sibuk segera mengalihkan pandangannya. Saat melihat Nyonya Zoya, dia melihat Nyonya Zoya membawa sebuah gaun dan juga sepatu hak tinggi.

“Ini pakailah, kamu pasti akan terlihat cantik dengan gaun ini.” Nyonya Zoya memberikan gaun dan sepatu hak tinggi pada Myesha.

Myesha melihat gaun begitu indah sekali. Dia yakin itu adalah milik Zelda. Gadis itu memang pergi tanpa membawa banyak baju. Hal itu tentu saja membuat baju-bajunya masih di rumah ini.

“Gaun-gaun Zelda juga masih banyak di kamarnya. Kamu bisa pakai semua. Kamu benar-benar harus tampil berkelas. Jangan sampai mereka kecewa jika melihat kamu yang lusuh.” Nyonya Zoya memberitahu Myesha.

Pemberitahuan Nyonya Zelda itu diiringi dengan hinaan. Bagaimana Nyonya Zoya mengatakan dirinya lusuh sebenarnya sedikit menyinggung Myesha. Namun, dia berusaha untuk tetap kuat.

“Sudah bersiaplah. Aku akan lanjutkan.” Nyonya Zoya meminta Myesha untuk pergi.

“Baiklah.” Myesha menerima gaun dan sepatu hak tinggi yang diberikan oleh Nyonya Zoya. Kemudian, dia berlalu pergi ke kamarnya untuk bersiap.

“Beriaslah yang cantik. Jangan membuat mereka kecewa.” Nyonya Zoya berteriak memberitahu Myesha.

Myesha memilih mandi dulu untuk menyegarkan tubuhnya. Seusai mandi, barulah dia merias wajahnya. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Nyonya Zoya, dia harus tampil cantik malam ini.

Myesha memakai baju yang berikan oleh Nyonya Zoya. Dengan riasan tipis di wajahnya, dia tampak begitu cantik. Saat melihat dirinya dari pantulan cermin, Myesha merasa jika ini bukan dirinya. Dirinya yang sekarang tampak begitu anggun sekali. Padahal biasanya, dia tampil apa adanya.

“Ini baru dimulai.” Myesha merasa drama tokoh palsu ini akan dimulai. Demi ibunya di kampung, dan demi hidup yang lebih baik kelak, Myesha siap melakukan ini semua.

***

Suara ketukan pintu terdengar. Nyonya Zoya segera membuka pintu. Dia sudah menebak jika yang datang adalah Finn dan keluarganya.

Benar dugaanya, saat membuka pintu, dia melihat Finn datang dengan mama dan papa.

“Selamat malam, Tante.” Finn menyapa Nyonya Zoya dengan senyum manisnya.

“Selamat malam.” Nyonya Zoya tersenyum pada Finn dan orang tua Finn.

“Kenalkan ini mama dan papa saya.” Finn memperkenalkan kedua orang tuanya.

“Arisha.” Mama Risha mengulurkan tangan pada Nyonya Zoya.

“Saya Zoya.” Nyonya Zoya menerima uluran tangan dari mama Finn.

“Adrian.” Papa Finn pun tak kalah. Dia juga memperkenalkan diri.

“Ayo, masuk. Kita mengobrol di dalam.” Nyonya Zoya langsung mengajak tamunya untuk masuk.

Finn dan keluarganya masuk ke rumah. Mereka duduk di ruang keluarga. Di sana Nyonya Zoya sudah menyiapkan minuman dan makanan ringan. Seolah sudah tahu jika tamunya sudah datang.

Finn mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan Zelda. Namun, tampaknya Zelda belum keluar.

“Cari siapa, Finn?” Nyonya Zoya menggoda Finn yang tampak melihat sekitar.

“Ah … tidak.” Finn tersenyum. Malu ketika ketahuan jika ternyata Nyonya Zoya memerhatikan dirinya.

“Pasti mencari Zelda.” Nyonya Zoya menggoda.

Finn tersenyum.

“Kamu tidak sabaran sekali.” Mama Risha menepuk bahu Finn. Anaknya benar-benar lucu sekali.

“Tenang, aku akan panggilkan.” Nyonya Zoya segera berdiri. Dia ingin memanggil Myesha yang masih berdandan.

Finn benar-benar berdebar-debar ketika Nyonya Zoya memanggil Zelda. Rasanya tidak sabar melihat gadis cantik itu

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status