Share

Part 14

          Nathan menggeram kesal saat melihat wajah yang ada di depannya. Orang di depannya adalah Andrew. Pelaku korupsi yang menyebabkan perusahaannya rugi besar. Ia ingin sekali menelan bulat-bulat sosok yang telah membuat otaknya pening akhir-akhir ini. 

          Sedangkan Andrew hanya bisa menundukkan kepalanya merasa bersalah. Benar, ini memang kesalahannya. Jadi, wajar jika Nathan menjadi semarah ini. Namun, sebisa mungkin Andrew menutupi semua kejahatannya. Ia tak mau jika orang yang ada di belakangnya diketahui Nathan begitu saja.

"Andrew, jelaskan apa maksudmu melakukan semua ini?" Tanya Nathan tegas.

"Maksudnya apa Pak? Saya tidak faham ke arah mana Anda berbicara." Jawab Andrew berusaha sesantai mungkin.

"Jangan pura-pura berlagak bodoh. Saya mengetahui semua kelakuan busukmu! Kamu tahu? Akibat dari ulahmu, saya banyak mengalami kerugian. Para investor mencabut investasinya tiba-tiba karena kamu Andrew!" Bentak Nathan kesal.

"Tapi, saya tidak melakukan apapun,Pak. Saya bahkan tidak tahu kesalahan saya dimana. Bagaimana bisa Bapak menuduh saya tiba-tiba seperti ini?"

"Ck. Kamu masih bisa menyangkal ternyata. Saya sudah mengumpulkan bukti. Bahwa kamu yang harus bertanggung jawab disini! Iyakan Jovian?" 

           Jovian hanya mengangguk kemudian mengacungkan jempolnya ke arah Nathan. Sekretaris yang satu ini memang tak memiliki rasa takut sama sekali dengan sang CEO. Bahkan dengan tak etisnya ia masih sempat memakan camilan yang berada di tangannya. Jovian menganggap apa yang di depan matanya ini merupakan hiburan live yang tidak boleh terlewatkan sama sekali.

           Nathan menggeram kesal melihat Jovian yang terlalu santai. Jika ia tak merasa balas budi terhadapnya. Mungkin Nathan sudah mendepak Jovian dari ruangannya.

          Jovian yang ditatap seperti itu merasa bersalah. Oleh karena itu, ia segera bangkit dari tempat duduknya. Kemudian berdehem sejenak. Setelah itu, ia segera mengotak-atik laptop yang berada di depannya.

"Ekhm. Oke. Sekarang waktunya Tn. Jovian yang berbicara. Andrew, saya melihat bahwa Anda selalu mengelak atas tuduhan dari Pak Nathan. Padahal, Pak Nathan sudah mengumpulkan bukti-bukti yang jelas. Namun, tetap saja kamu mengelak. Kamu tidak tahu siapa itu Pak Nathan. Jika beliau marah, beliau tak segan akan membunuhmu tikus kecil!" Ucap Jovian pada Andrew.

         Nathan tersenyum sinis mendengar perkataan Jovian. Semua perkataannya sudah mewakili dirinya.

"Kamu dengar itu, Andrew? Kamu bahkan tidak akan bisa berkutik jika sudah berurusan dengan saya. Mengakulah.  Jika kamu mengaku. Saya akan melepaskanmu setelah kamu mengganti semua kerugian saya tentunya. Jika tidak, saya akan membunuhmu dan membuat seluruh keluargamu menjadi sengsara. Bagaimana?"

          Andrew membelalakkan matanya tak percaya. Bagaimana mungkin Nathan yang ia kenal sebagai sosok tegas penuh wibawa dan memiliki hati yang lembut tiba-tiba saja berubah menjadi sosok yang begitu kejam dan tak punya hati. Ia hampir tak percaya bahwa yang berada di depannya ini merupakan Nathan. Sang atasan. Mungkin ini hanyalah ancaman belaka. Pak Nathan tak mungkin melakukan itu.

Lebih baik, ia kembali menyangkal.

"Tidak Pak. Saya tidak melakukan itu semua. Apapun akan saya lakukan agar Bapak bisa percaya dengan saya." Ucap Andrew sembari memelas.

"Melakukan apapun?" Tanya Nathan menginterogasi.

"Iya Pak." Jawab Andrew mantap.

"Bagaimana kalau kamu memberitahu siapa dalang dibalik kasus itu?"

           Andrew gemetaran. Ia tak mungkin mengatakannya. Jika ia berani membuka mulut, ia akan habis di tangan Edgar. Namun, jika ia tidak mengatakannya ia akan habis di tangan Nathan. Sama saja. Jika ke kiri ke kandang harimau. Jika ke kanan ke kandang singa. Keringat dingin mulai keluar dari seluruh tubuhnya. Ia sampai tidak tahu caranya bernafas. 

         Menghela nafas panjang. Andrew memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia percaya pada dirinya sendiri bahwa Nathan akan melepaskannya. Ia yakin bahwa Nathan tak akan menghabisinya dengan sia-sia setelah ia menjelaskan semuanya.

"Maaf,Pak. Benar saya yang melakukan korupsi itu. Namun, saya terpaksa melakukannya,Pak." Ucap Andrew dengan suara gemetaran.

"Terpaksa?" Tanya Jovian.

"Benar,Pak. Saya dipaksa oleh seseorang untuk melakukannya. Jika saya tidak melakukannya, saya diancam akan dihabisi. Dan keluarga saya akan menderita jika itu terjadi. Saya tulang punggung keluarga untuk kedua orang tua saya dan adik-adik saya. Jika saya tidak ada, bagaimana mereka bertahan hidup? Sekali lagi, maafkan saya,Pak." Jelas Andrew.

          Nathan terdiam sejenak. Sudah ia duga bahwa Andrew yang melakukannya. Namun, ia cukup mempercayai apa yang dikatakan oleh Andrew. Ia begitu mengenali karyawannya tersebut. Andrew merupakan karyawan sederhana yang tidak pernah neko-neko. Ia bekerja dengan begitu baik, ia juga tak pernah mengeluh akan pekerjaannya.

"Oke. Saya terima penjelasanmu. Tapi, sekali lagi saya bertanya. Siapa dalang dibalikmu?" Tanya Nathan.

"Ed... Edgar Emiloo Grissom. Pemilik perusahaan LMX."

           Nathan menggeram pelan. Pria itu lagi. Entah kenapa, pria itu suka sekali mencari masalah dengannya. Ia tak menyangka jika Edgar berani berbuat sejauh ini. Sebelumnya, ia tak berani bergerak seincipun. Namun kali ini, ia berani sekali mengusik ketenangannya.

           Nathan melirik Jovian sekilas. Sepertinya ia harus memberikan tugas yang baru. Sebelum Jovian berkata,

"Eits.. Santai saja Pak Nathan. Saya sudah memberi pelajaran kecil untuk orang itu. Jadi, Bapak tidak perlu repot-repot memberikan saya perintah." Jawab Jovian santai.

"Jika kamu sudah tahu bahwa pelakunya Edgar. Kenapa dari tadi kamu diam saja? Jika kamu mengatakan yang sebenarnya, saya tidak perlu repot-repot menginterogasi Andrew seperti tadi!" Ucap Nathan kesal.

"Saya suka drama Pak. Kebetulan apa yang dilakukan Bapak tadi layaknya sebuah drama. Jadi saya menganggap itu sebagai hiburan."

         Nathan mengepalkan tangannya erat, menahan kesal. Jika bisa, ia ingin segera melemparkan tubuh kurus Jovian agar pria itu tak lagi bersikap kurang ajar terhadapnya. Semenjak Nathan sedikit memberikan kepercayaan terkadang tingkah Jovian sampai kelewat batas.

        Nathan kembali memfokuskan pandangannya pada Andrew. Pria itu masih menunduk, tak berani menatap wajah Nathan sama sekali. Ia terlihat sangat ketakutan.

"Kamu tenang saja. Saya tidak akan meminta ganti rugi. Saya melepaskan kamu. Kamu masih bisa bekerja disini. Tapi ingat. Jangan mengulanginya lagi. Jika ada seseorang yang menyuruhmu berbuat yang tidak-tidak tolong langsung melapor kepada saya. Ingat. Jika Edgar mengancammu, cukup hubungi saya. Saya akan membantumu." Ucap Nathan tegas.

        Andrew menatap Nathan dengan tatapan berkaca-kaca. Ia tak menyangka jika Nathan begitu baik. Nathan cepat sekali memaafkannya. Padahal, kesalahannya bisa dibilang sangat besar hingga Nathan mengalami kerugian bermiliar-miliar. 

"Terimakasih Pak Nathan. Saya berjanji, saya tidak akan mengulanginya lagi." Ucap Andrew.

"Baik. Kamu boleh pergi dari ruangan ini."

         Andrew hanya mengangguk. Kemudian meninggalkan Nathan yang masih menatap kepergiannya.

         Nathan menghela nafas. Entah kenapa ia kesal dengan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak bisa bersikap kejam dengan orang lain? Apakah ia terlalu bodoh untuk memaafkan seseorang? Entahlah. Nathan hanya bisa berharap, semoga semuanya cepat kembali seperti sedia kala.

         

Nur Cahaya

I love you

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status