Share

Part 13

          Clara menjalani pagi ini dengan penuh semangat. Ia berharap, hari ini bisa lebih baij daripada kemarin dan nasib baik akan menimpanya hari ini. Bukan nasib buruk seperti yang ia alami beberapa hari terakhir. Ia juga harus menebus kesalahannya pada Audrey dan Alvin karena telah membuat mereka cemas kemarin.

"Kak, nanti Clara yang antar pesanan lagi ya?" Ucap Clara pada Audrey.

"Tidak usah. Nanti kakak suruh yang lain saja. Kakak takut kalau kamu menghilang lagi. Kamu tahu sendirikan bagaimana Kak Alvin kalau sudah marah seperti apa? Kakak tidak mau dimarahi lagi." Jawab Audrey.

"Tapi Kak, aku tidak akan mengulanginya seperti kemarin. Kan kemarin aku sudah menjelaskan semuanya kalau ada kecelakaan kecil. Hari ini aku akan berhati-hati kok. Kakak jangan khawatir."

"Tapi,Dek. Kakak masih khawatir kalau kejadian itu terulang lagi."

"Aku akan membawa ponsel dan pulang cepat. Aku janji."

        Audrey hanya bisa menghela nafas. Entah kenapa Clara menjadi sosok yang keras kepala. Padahal biasanya anak itu selalu menuruti semua perkataannya. Karena jengah mendengar Clara yang terus mendesak, akhirnya Audrey dengan terpaksa menyetujui keinginan Clara.

"Baiklah. Kakak izinkan. Tapi ingat, cepat kembali dan tepat waktu. Bawa ponsel dan jangan matikan datanya. Oke?" Ucap Audrey.

         Clara hanya memberi gestur hormat pada Audrey dengan senyun yang begitu lebar hingva membuat deretan gigi putihnya terlihat. Ia tak menyangka jika membujuk Audrey tak sesulit apa yang ia kira. 

                             ***

          Clara menyelusuri jalan raya yang mulai sepi. Orang-orang sudah berangkat beraktivitas tadi pagi. Hanya beberapa kendaraan yang masih berlalu lalang. Terik matahari sudah mulai terasa. Namun, tak menyurutkan semangat Clara sedikitpun. Ia harus hidup bahagia. Ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan bisa hidup mandiri dan bahagia tanpa kedua orang tuangt.

         Sesekali Clara mengelap keringat yang mulai menetes dari pelipisnya. Tak apa, jika keluar banyak keringat, maka ini pertanda bahw ia hidup sehat. 

                              ***

           Setelah mengantarkan pesanan Clara tersenyum lega. Ia sudah mulai hafal dengan lokasi yang ia telusuri. Jadi, ia tak takut tersesat. Setelah itu, ia memutuskan untuk segera kembali. Ia ingat pesan Audrey. Harus tepat waktu.

           Di tengah perjalanan, tubuh kecilnya mulai kelelahan. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak pada sebuah halte yang sepi dari calon penumpang yang menunggu kedatangan bus. Ia mengamati kendaraan yang berlalu lalang kesana kemari. Sesekali ia berkomentar saat beberapa kendaraan lewat di depan matanya.

           Mata Clara membola saat menyadari sebuah mobil berhenti tepat di depan matanya. Ia faham betul milik siapa mobil itu. Mobil itu milik ayahnya yang sekarang telah direbut oleh sang paman. Si pengendara mobil itu segera membuka kaca depan miliknya. Itu bibinya. Ingin sekali Clara meninggalkan tempat itu sebelum bibinya berkata, "Sekarang hidup susah ya. Uh. Kasihan sekali. Anak manja yang awalnya kaya raya sekarang jatuh miskin dan menjadi gembel."

          Clara hanya diam menanggapi ucapan bibinya. Ia tak mau membuang-buang tenaga untuk menanggapi ucapan menyakitkan itu.

"Kenapa diam saja? Kamu malu karena jadi miskin seperti ini? Kasihan sekali. Memangnya tidak ada orang yang mau menampungmu sampai berkeliaran di jalan seperti ini?" Lanjut bibi lagi.

"Saya hidup miskin ataupun kaya bukan urusan Anda. Lagipula saya bukan siapa-siapa Anda. Apapun yang saya lakukan tidak ada hubungannya sama sekali dengan Anda. Lagipula, Anda hanyalah orang miskin yang merampas harta kedua orang tua saya! Jadi tolong jaga mulut Anda!" Sentak Clara geram.

"Ck. Merampas? Siapa yang merampas. Saya hanya menikmati hal yang bisa saya terima disini. Jika kamu merasa itu semua menjadi hakmu, ambil saja kalau bisa. Hahaha!" 

"Baik. Saya akan melakukan apa yang Anda inginkan. Setelah ini, jangan harap Anda akan hidup tenang. Saya akan melakukan apapun untuk mengambil semua hak saya! Dan saya akan membuat Anda membusuk di penjara!"

"Ancamanmu mengerikan juga bocah! Tapi tidak semudah itu. Kami tidak mungkin bisa dikalahkan dengan bocah ingusan sepertimu!"

"Lihat saja nanti. Seseorang yang berbuat buruk pasti akan mendapatkan balasan yang lebih buruk lagi!"

          Setelah menyelesaikan kalimat itu, ia memutuskan untuk meninggalkan bibinya dengan cepat. Ia tak mau berlama-lama berbicara dengan orang yang telah menghancurkan hidupnya. Menatap wajahnya saja sudah membuatnya muak. Sampai-sampai Clara ingin mencabik wajah itu hingga tak berbentuk.

         Clara mengayuh sepedanya dengan begitu cepat. Ia ingin segera bertemu dengan Audrey. Ia membutuhkan seseorang yang bisa menenangkannya. Bertemu dengan bibinya membuat Clara yang biasanya tenang menjadi sosok yang emosional sampai menggebu-gebu. Efek bertemu dengan bibinya membuat hati Clara mudah sekali terbolak-balik.

                             ***

         Clara memasuki Cafe dengan begitu cepat. Ia tak sabar ingin bertemu dengan Audrey. Saat melihat sosok itu, Clara langsung memeluknya dengan begitu erat. 

         Audrey yang diperlakukan seperti itu tampak kebingungan. Ada apa dengan Clara? Tak biasanya anak ini bersifat aneh. Ia jadi berprasangka bahwa Clara mengalami hal buruk tadi. Setelah cukup lama, Audrey berusaha melepaskan pelukannya. Mencoba mencari penjelasan dari Clara.

"Ada apa? Apa ada masalah?" Tanya Audrey.

"Kakak pernah bertemu dengan orang yang begitu kakak benci?" Clara balik bertanya.

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Tadi aku bertemu dengan Bibi. Tidak tahu kenapa. Melihat wajahnya saja aku sudah sangat membencinya. Aku muak Kak. Dia yang sudah menghancurkan hidup aku. Dia juga yang merampas semua harta milik kedua orang tuaku. Aku selalu bilang tidak apa-apa jika mereka mau harta kedua orang tuaku. Tapi, jika mereka terus saja menghinaku seperti itu. Aku ingin mencabut semua kata-kataku kak. Aku ingin mengambil semuanya kembali. Aku tidak mau, jika aset milik Papa dan Mama jatuh ke orang yang salah seperti mereka. Aku benci mereka,Kak." Ucap Clara.

"Tenangkan dirimu okay? Jadi kamu bertemu dengan bibimu tadi? Sampai kamu emosi seperti ini,hm? Lain kali, kamu kontrol emosi kamu ya. Kakak tadi ngelihat kamu jalan sembrono sampai mau mencelakakan seseorang. Kamu boleh saja emosi, tapi kamu juga harus memprioritaskan keselamatanmu dan orang lain juga."

          Clara menganggukkan kepalanya pelan. Ia bersyukur, ia memiliki sosok pengganti ibu yang mau melimpahkan kasih sayang kepadanya. Walaupun usia mereka terpaut tak terlalu jauh, namun Audrey mampu menjadi sosok ibu sekaligus kakak bagi Clara. Sosoknya yang lemah lembut dan bijak membuat suasana hati Clara menjadi lebih tenang. 

          Clara menghela nafas pelan. Emosinya mulai berkurang. Benar apa yang dikatakan Audrey. Ia harus pandai mengontrol emosi mulai sekarang. Ia harus belajar bersikap dewasa. Ia tidak mau bersifat kekanak-kanakan seperti tadi.

           Audrey tersenyum saat melihat Clara yang patuh seperti ini. Layaknya seorang anak kecil yang baru saja dinasehati oleh ibunya. Menggemaskan sekali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status