Share

Part 13

Author: Nur Cahaya
last update Last Updated: 2022-03-04 13:26:11

          Clara menjalani pagi ini dengan penuh semangat. Ia berharap, hari ini bisa lebih baij daripada kemarin dan nasib baik akan menimpanya hari ini. Bukan nasib buruk seperti yang ia alami beberapa hari terakhir. Ia juga harus menebus kesalahannya pada Audrey dan Alvin karena telah membuat mereka cemas kemarin.

"Kak, nanti Clara yang antar pesanan lagi ya?" Ucap Clara pada Audrey.

"Tidak usah. Nanti kakak suruh yang lain saja. Kakak takut kalau kamu menghilang lagi. Kamu tahu sendirikan bagaimana Kak Alvin kalau sudah marah seperti apa? Kakak tidak mau dimarahi lagi." Jawab Audrey.

"Tapi Kak, aku tidak akan mengulanginya seperti kemarin. Kan kemarin aku sudah menjelaskan semuanya kalau ada kecelakaan kecil. Hari ini aku akan berhati-hati kok. Kakak jangan khawatir."

"Tapi,Dek. Kakak masih khawatir kalau kejadian itu terulang lagi."

"Aku akan membawa ponsel dan pulang cepat. Aku janji."

        Audrey hanya bisa menghela nafas. Entah kenapa Clara menjadi sosok yang keras kepala. Padahal biasanya anak itu selalu menuruti semua perkataannya. Karena jengah mendengar Clara yang terus mendesak, akhirnya Audrey dengan terpaksa menyetujui keinginan Clara.

"Baiklah. Kakak izinkan. Tapi ingat, cepat kembali dan tepat waktu. Bawa ponsel dan jangan matikan datanya. Oke?" Ucap Audrey.

         Clara hanya memberi gestur hormat pada Audrey dengan senyun yang begitu lebar hingva membuat deretan gigi putihnya terlihat. Ia tak menyangka jika membujuk Audrey tak sesulit apa yang ia kira. 

                             ***

          Clara menyelusuri jalan raya yang mulai sepi. Orang-orang sudah berangkat beraktivitas tadi pagi. Hanya beberapa kendaraan yang masih berlalu lalang. Terik matahari sudah mulai terasa. Namun, tak menyurutkan semangat Clara sedikitpun. Ia harus hidup bahagia. Ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan bisa hidup mandiri dan bahagia tanpa kedua orang tuangt.

         Sesekali Clara mengelap keringat yang mulai menetes dari pelipisnya. Tak apa, jika keluar banyak keringat, maka ini pertanda bahw ia hidup sehat. 

                              ***

           Setelah mengantarkan pesanan Clara tersenyum lega. Ia sudah mulai hafal dengan lokasi yang ia telusuri. Jadi, ia tak takut tersesat. Setelah itu, ia memutuskan untuk segera kembali. Ia ingat pesan Audrey. Harus tepat waktu.

           Di tengah perjalanan, tubuh kecilnya mulai kelelahan. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak pada sebuah halte yang sepi dari calon penumpang yang menunggu kedatangan bus. Ia mengamati kendaraan yang berlalu lalang kesana kemari. Sesekali ia berkomentar saat beberapa kendaraan lewat di depan matanya.

           Mata Clara membola saat menyadari sebuah mobil berhenti tepat di depan matanya. Ia faham betul milik siapa mobil itu. Mobil itu milik ayahnya yang sekarang telah direbut oleh sang paman. Si pengendara mobil itu segera membuka kaca depan miliknya. Itu bibinya. Ingin sekali Clara meninggalkan tempat itu sebelum bibinya berkata, "Sekarang hidup susah ya. Uh. Kasihan sekali. Anak manja yang awalnya kaya raya sekarang jatuh miskin dan menjadi gembel."

          Clara hanya diam menanggapi ucapan bibinya. Ia tak mau membuang-buang tenaga untuk menanggapi ucapan menyakitkan itu.

"Kenapa diam saja? Kamu malu karena jadi miskin seperti ini? Kasihan sekali. Memangnya tidak ada orang yang mau menampungmu sampai berkeliaran di jalan seperti ini?" Lanjut bibi lagi.

"Saya hidup miskin ataupun kaya bukan urusan Anda. Lagipula saya bukan siapa-siapa Anda. Apapun yang saya lakukan tidak ada hubungannya sama sekali dengan Anda. Lagipula, Anda hanyalah orang miskin yang merampas harta kedua orang tua saya! Jadi tolong jaga mulut Anda!" Sentak Clara geram.

"Ck. Merampas? Siapa yang merampas. Saya hanya menikmati hal yang bisa saya terima disini. Jika kamu merasa itu semua menjadi hakmu, ambil saja kalau bisa. Hahaha!" 

"Baik. Saya akan melakukan apa yang Anda inginkan. Setelah ini, jangan harap Anda akan hidup tenang. Saya akan melakukan apapun untuk mengambil semua hak saya! Dan saya akan membuat Anda membusuk di penjara!"

"Ancamanmu mengerikan juga bocah! Tapi tidak semudah itu. Kami tidak mungkin bisa dikalahkan dengan bocah ingusan sepertimu!"

"Lihat saja nanti. Seseorang yang berbuat buruk pasti akan mendapatkan balasan yang lebih buruk lagi!"

          Setelah menyelesaikan kalimat itu, ia memutuskan untuk meninggalkan bibinya dengan cepat. Ia tak mau berlama-lama berbicara dengan orang yang telah menghancurkan hidupnya. Menatap wajahnya saja sudah membuatnya muak. Sampai-sampai Clara ingin mencabik wajah itu hingga tak berbentuk.

         Clara mengayuh sepedanya dengan begitu cepat. Ia ingin segera bertemu dengan Audrey. Ia membutuhkan seseorang yang bisa menenangkannya. Bertemu dengan bibinya membuat Clara yang biasanya tenang menjadi sosok yang emosional sampai menggebu-gebu. Efek bertemu dengan bibinya membuat hati Clara mudah sekali terbolak-balik.

                             ***

         Clara memasuki Cafe dengan begitu cepat. Ia tak sabar ingin bertemu dengan Audrey. Saat melihat sosok itu, Clara langsung memeluknya dengan begitu erat. 

         Audrey yang diperlakukan seperti itu tampak kebingungan. Ada apa dengan Clara? Tak biasanya anak ini bersifat aneh. Ia jadi berprasangka bahwa Clara mengalami hal buruk tadi. Setelah cukup lama, Audrey berusaha melepaskan pelukannya. Mencoba mencari penjelasan dari Clara.

"Ada apa? Apa ada masalah?" Tanya Audrey.

"Kakak pernah bertemu dengan orang yang begitu kakak benci?" Clara balik bertanya.

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Tadi aku bertemu dengan Bibi. Tidak tahu kenapa. Melihat wajahnya saja aku sudah sangat membencinya. Aku muak Kak. Dia yang sudah menghancurkan hidup aku. Dia juga yang merampas semua harta milik kedua orang tuaku. Aku selalu bilang tidak apa-apa jika mereka mau harta kedua orang tuaku. Tapi, jika mereka terus saja menghinaku seperti itu. Aku ingin mencabut semua kata-kataku kak. Aku ingin mengambil semuanya kembali. Aku tidak mau, jika aset milik Papa dan Mama jatuh ke orang yang salah seperti mereka. Aku benci mereka,Kak." Ucap Clara.

"Tenangkan dirimu okay? Jadi kamu bertemu dengan bibimu tadi? Sampai kamu emosi seperti ini,hm? Lain kali, kamu kontrol emosi kamu ya. Kakak tadi ngelihat kamu jalan sembrono sampai mau mencelakakan seseorang. Kamu boleh saja emosi, tapi kamu juga harus memprioritaskan keselamatanmu dan orang lain juga."

          Clara menganggukkan kepalanya pelan. Ia bersyukur, ia memiliki sosok pengganti ibu yang mau melimpahkan kasih sayang kepadanya. Walaupun usia mereka terpaut tak terlalu jauh, namun Audrey mampu menjadi sosok ibu sekaligus kakak bagi Clara. Sosoknya yang lemah lembut dan bijak membuat suasana hati Clara menjadi lebih tenang. 

          Clara menghela nafas pelan. Emosinya mulai berkurang. Benar apa yang dikatakan Audrey. Ia harus pandai mengontrol emosi mulai sekarang. Ia harus belajar bersikap dewasa. Ia tidak mau bersifat kekanak-kanakan seperti tadi.

           Audrey tersenyum saat melihat Clara yang patuh seperti ini. Layaknya seorang anak kecil yang baru saja dinasehati oleh ibunya. Menggemaskan sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Second Love   EPILOG

    Clara pusing. Ia mengelus perutnya yang membesar. Ia terus mengomeli anak-anaknya yang berlari kesana kemari tak tentu arah. Rey dan Raka, si kembar berusia lima tahun yang masih Nakal-nakalnya. Clara sampai tidak tahu bagaimana mengatasi mereka. Bi Inah sedang pulang kampung, jadi tidak ada seorang pun yang menjaga Clara untuk menjaga anak-anaknya."Rey. Jangan lari-lari. Nanti terjatuh.""Raka. Jangan sentuh benda itu! Itu berbahaya, nanti pecah!""Rey! Mama bilang jangan lari-lari. Ya Tuhan, kenapa mereka bandel sekali." Nathan mendudukkan dirinya sendiri pada sofa miliknya. Ia terlanjur kesal dengan kedua putranya. Entah aoa kesalahannya sampai ia memiliki anak senakal ini. Padahal seingatnya, ia adalah seorang anak yang penurut saat kecil. Ia jadi berfikir, apa Nathan sewaktu kecil memang senakal ini?"Istirahatlah. Kamu pasti l

  • Second Love   Part 97

    Tiga bulan sudah berlalu. Perut Clara mulai menyembul di balik bajunya. Tubuh Clara juga semakin berisi. Pipinya yang bulat semakin bulat karena ia banyak sekali makan. Nathan jadi sering mencubit pipinya sampai memerah saking gemasnya. Hal itu membuat Clara jadi kesal sendiri. Devan menatap Clara yang masih menikmati camilannya. Ia melihat banyak sekali bungkus yang berserakan di depan Clara. Itu merupakan cemilannya. Tega sekali dia memakan milik Devan. Akan tetapi, Devan berusaha menerima. Ia harus mengingat perkataaUcapathan. Bahwa ia harus menuruti perkataan Clara. Kata Nathan, ini adalah salah satu cara untuk belajar menjadi kakak yang baik. Devan mendekati Clara kemudian duduk di sebelah Clara. Ia menatap Clara yang masih tidak memperdulikan keberadaan Devan. Clara masih terlalu fokus dengan makanannya. Lama menatap Clara makan, membuat Devan ikin mencicipinya juga. Namu

  • Second Love   Part 96

    Clara memasuki rumahnya dengan lesu. Ia masih belum menerima sepenuhnya bayi yang di kandungannya. Clara sudah berusaha, namun apalah daya. Hatinya belum ikhlas sepenuhnya. Bahkan ia melewati Devan begitu saja ketika anak itu hendak menyapanya. Ia tidak menggubris sama sekali akan keberadaan Devan. Devan merasa ada yang janggal. Ia menatap sang ayah guna meminta penjelasan. Sang ayah hanya tersenyum kemudian mengelus rambut Devan lembut. "Mama sedang capek. Makanya tidak sempat menyapa Devan. Devan tidak apa-apa kan?" Ucap Nathan berusaha menghibur Devan. "Tidak apa-apa, Papa. Devan hanya bingung saja. Tidak biasanya Mama seperti itu. Apa Mama capek sekali sampau tidak memperdulikan Devan sama sekali?" "Iya. Mama capek sekali. Apalagi sekarang ada dedek bayi." "Dedek bayi? Dedek bayi siapa? Aku tidak melihat dedek ba

  • Second Love   Part 95

    Clara menatap Wilda tidak suka. Sebenarnya siapa yang salah di sini? Kenapa dia malah menatapnya seperti itu? Bukankah seharusnya Clara yang merasa kesal karena suaminya telah di ganggu olehnya? Ia merutuki wanita yang tidak tahu diri itu. Kenapa dia masih bisa berkeliaran bebas di sini? Seharusnya ia sudah membusuk di penjara."Kenapa menatapku seperti itu? Kamu tidak suka? Aku tidak perduli. Kamu yang salah kenapa kamu yang kesal?" Ucap Clara kesal."Kamu yang salah! Kamu yang telah memasuki ke kehidupan kami tiba-tiba. Seandainya kamu tidak datang mungkin semuanya akan baik-baik saja. Karena kamu, hidupku menjadi hancur." Jawab Clara."Baik-baik saja? Maksudmu, kamu akan tetap mengejar-ngejar Nathan kemudian mengincar harta yang dimiliki oleh Nathan kan?""Tutup mulutmu bocah!""Kenapa? Apa yang aku katakan benar. Ah iya. Pentindak kriminal sepertimi sehar

  • Second Love   Part 94

    Clara ikut dengan Nathan ke kantor. Tiap tahu kenapa, ia selalu menempel dengan Nathan. Ia tidak mau berpisah sedetik pum dengan Nathan. Ia harus mengikuti kemanapun Nathan pergi. Nathan terheran-heran. Ada apa dengan istri kecilnya ini? Kenapa jadi manja sekali? Bahkan, tingkat kemanjaannya melebihi Devan. Ia tidak bisa berbuat apa-apa saat Clara merengek supaya bisa ikut dengannya. Nathan hanya bisa mengelus dadanya sabar saat tingkah Clara semakin menjadi-jadi. Seperti sekarang. Clara mengusir siapapun wanita yang ingin menemui Nathan. Sekalipun itu hanya karyawan maupun cleaning service. Clara akan mengusir mereka dengan cepat. Nathan hanya memijit pelipisnya pelan. Ia pening memikirkan tingkah sang istri. Istrinya ini terlihat begitu aneh. Clara yang biasanya tenang kini menjadi Clara yang yang emosional. Berubah seratus delapan puluh derajat.

  • Second Love   Part 93

    Jovian kesal bukan main. Setelah ia menuntaskan semuanya, ia tidak menerima kabar dari Nathan sama sekali. Untung saja ia berhasil menuntaskannya tanpa jejak. Ia mensyukuri otak cerdasnya yang bisa di andalkan. Seandainya tindakannya di ketahui oleh aparat kepolisian, bisa habis ia karena telah menembak seseorang tanpa izin. Memangnya dia harus izin kemana? Jovian hanya mengirimkan Edgar ke luar negeri saat dirinya belum sadar. Ia menyuruh bawahannya untuk menemani raga Edgar sampai sana. Ia juga memerintahkan bawahannya, supaya Edgar di operasi untuk menghilangkan ingatannya. Ia tidak mau membunuh makhluk itu. Walaupun ia pria berdarah dingin, ia tidak mau mengotori tangan sucinya akibat membunuh Edgar. Jovian memasuki rumahnya dengan lesu. Ia lelah sekali karena mengurus semuanya sendirian. Ia tidak menyangka jika Nathan tega membiarkannya mengurus semuanya sendirian. Mentang-men

  • Second Love   Part 92

    Clara dan Nathan memasuki rumah mereka dengan pelan. Mereka khawatir jika ada yang terganggu oleh kedatangan mereka. Clara menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Suasananya tampak begitu sepi. Mungkin penghuni rumahnya sudah memasuki ke alam mimpinya masing-masing. Clara menghela nafas berat. Ia harus segera mengistirahatkan tubuhnya yang masih terlalu lemas. Ia ingin segera meraih mimpinya seperti yang lain. Namun, impiannya sirna saat mendapati gundukan selimut yang memenuhi tempat tidurnya dan Nathan. Clara tahu siapa sang pelaku. Biasanya, ia akan merasa biasa saja melihat tingkah Devan yang seperti ini. Entah kenapa hari ini Clara merasa sedikit kesal. Mungkin karena ia kelelahan. Ia membalikkan badan Nathan kemudian menatapnya tajam."Kak, pindahkan Devan dari dari kamar kita. Aku tidak mau jika kita harus berbagi ranjang dengan dia." Uc

  • Second Love   Part 91

    Nathan memasuki ruangan Clara dengan hati-hati. Takut jika sang penghuni sedang tertidur. Namun, ia bisa melihat sosok laki-laki yang sedang berada di samping Clara. Ia tahu siapa laki-laki itu. Dia adalah Rafa. Nathan segera menyingkirkan Rafa dari tempat duduknya. Sontak, Rafa langsung jatuh tersungkur jatuh ke lantai akibat tenaga Nathan yang tidak main-main. Rafa menatap Nathan sengit. Baru saja ia memuji Nathan di depan Clara. Sekarang malah mempermalukannya begitu saja."Aduh, Pak. Jika ingin duduk tinggal katakan saja. Jangan seenaknya menyingkirkan saya begitu saja. Memangnya saja barang yang bisa di lempar begitu saja!" Ucap Rafa kesal."Itu memang pantas untukmu. Lagipula wajahmu itu mirip dengan sempak milik Kak Nathan. Ah, bahkan lebih bagusan milik Kak Nathan." Bukan Nathan yang menjawab, tapi Clara."Sudahlah. Lebih baik aku pergi daripada

  • Second Love   Part 90

    Clara mendengus kesal saat mendapati wajah suaminya di mana-mana. Kemanapun ia mengalihkan channel, maka wajah suaminya akan terpampang begitu saja. Ia heran, kenapa Nathan bisa seterkenal itu? Setelah ini, ia akan terpampang di televisi. Ia tidak sabar untuk menjadi terkenal. Ah tidak. Jika di fikir-fikir. Menjadi terkenal bukanlah hal yang mudah. Privasinya akan menjadi konsumsi publik. Seperti sekarang, hubungannya dengan Nathan harus menjadi konsumsi semua orang. Clara bosan. Jika setiap channel berisi tentang suaminya, untuk apa dia menonton televisi. Lebih baik ia mematikannya sekarang juga. Ia lebih suka menatap sang suami di dunia nyata bukan dalam layar kaca. Clara mendengus pelan. Kenapa tak seorang pum yang mengunjunginya. Apakah mereka tidak tahu jika Clara bisa saja mati kebosanan sekarang. Kenapa mereka tidak peka sama sekali sih? &

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status