Arjuna menatap Narra yang kini duduk di depannya tengah menikmati susi kesukaannya.Arjuna tersenyum, gadis di depannya terlihat begitu riang mengunyah makanannya.
"Mau nambah?"tanya Arjuna.
Dengan cepat Narra menggeleng, "Tidak takut gendut."
Arjuna tersenyum tipis lalu menyeruput minuman di depannya, Narra berbeda dengan Nalla setiap di ajak makan olehnya,Jika Nalla tak pernah takut menjadi gendut saat makan, jika masih lapar maka dia tak segan meminta nambah.
"Gimana sekolahnya?"tanya Arjuna saat melihat Narra meletakan sumpit tanda dia selesai makan.
"Hmm ... Lancar. Kak Juna sendiri bagaimana kuliahnya?"
"Lancar kok, lagi buat skripsi."
"Wah berarti sebentar lagi kakak lulus dong."
Arjuna mengangguk."Doakan saja."Melihat ke jam di tangannya, "Mau nonton tidak? "
Mata Narra langsung berbinar."Mau kak," serunya.
Narra kini tengah berada di dalam mobil Zavin sendirian , ia masih menangis mengingat apa yang Arjuna katakan tadi padanya.Tak lama kemudian Zavin kembali dengan membawa minuman dan masuk ke mobil."Ini minum dulu." Ujar Zavin menyerahkan botol air mineral pada Narra."Hiks ... terima kasih."Zavin tersenyum tipis lalu mengangguk."Kita mau kemana?"tanya Zavin lalu melihat jam di tangannya menunjukan pukul 8 malam,"Aku antar kamu pulang ya."Narra mengingat jika ke rumah dia akan bertemu Nalla dan dia tidak mau itu."Hiks ... aku tidak mau pulang,"lirih Narra.Zavin menghela nafasnya bingung harus bagaimana."Kamu mau ke mana?"Narra menggeleng."Tidak tahu, aku tidak mau pulang,"rajuknya."Mau cerita?"tanya Zavin.Narra menunduk lalu ia menceritakan semuanya pada Zavin."Jadi apa saudari kembarmu juga cinta
Nalla duduk menunggu di dalam mobil di depan apartemen mewah milik Zavin, berkali-kali ia melihat ke arah jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 6.30 ia cukup khawatir akan telat karena hari ini ada jadwal piketnya.Hingga ia menoleh ke samping kiri dan langsung menghela nafasnya lega saat melihat pria dengan seragam yang sama dengannya tengah berlari menghampiri mobilnya. Segera Nalla menurunkan kaca mobilnya."Sorry lama,"ujar Zavin."Iya, ini."Nalla menyerahkan paperbag berisi seragam milik Narra juga tas sekolah saudari kembarnya."apa dia baik-baik saja?""Sejauh ini baik-baik saja.""Kamu?""Tenang saja, aku tak macam-macam,aku jamin itu.""Maaf, bukan maksudku.""Its oke, baiklah sebaiknya kamu berangkat saja, Narra biar bersamaku.""Ah ya ... terimakasih Zavin.""Sama-sama."
Narra dan Zavin tiba di rumah sakit, mereka langsung menuju IGD dan menemui guru mereka Bu Anes."Bu bagaimana Nalla bu?"tanya Narra tak sabar.Bu Anes menatap Narra dan Zavin bergantian, ia menghela nafasnya lalu kembali menatap Narra."Tunggu mama kamu datang ya, sekarang Nalla masih belum sadar.""Tapi saya boleh menemui Nalla kan bu? "Bu Anes mengangguk."Kalau begitu ibu urus administrasi dulu ya. ""Iya bu."Narra langsung menoleh pada Zavin lalu masuk ke dalam di ikuti pria itu. Di lihatnya Nalla masih terbaring lemah di ranjang, wajahnya begitu pucat membuat Narra Khawatir."Kamu kenapa La?"tanya Narra penuh rasa khawatir."Dia sudah pucat sejak pagi Ra.""Ini pasti gara-gara aku deh, ini anak emang terlalu mikirin masalah orang lain sampai lupa sama diri dia sendiri.""Itu tandanya dia sayang sama orang itu,kalau tidak sayang ngapain sampai di pikir segitunya,iya kan? "Narra mengangguk memben
Narra masih menangis di kamar mamanya, ia tak mau sekamar dengan Nalla. Nalla sudah pulang dari rumah sakit.Ceklek!Mama Kalya masuk ke dalam kamarnya, ia menghela nafasnya melihat putrinya satu lagi juga menangis. Ia baru saja menenangkan Nalla hingga putrinya itu tertidur, sekarang dia harus menenangkan Narra yang tak seharusnya bersedih hingga melebihi Nalla."Sayang,"ujar Kalya duduk di tepi ranjang sambil menyentuh bahu putrinya itu.Narra menoleh lalu beringsut pada pangkuan sang mama."Mama ... hiks ... kenapa Nalla harus hamil anak kak Juna Ma? "Kalya mendesah."Sayang jangan mengatakan sesuatu yang belum jelas, Nalla belum mau mengatakan siapa ayah bayinya."Narra menggeleng."Siapa lagi Ma? Cuma kak Juna yang dekat dengan Nalla,kan?"Kalya juga sebenarnya berfikir seperti itu, putrinya tak pernah dekat dengan pria manapun,hanya Arjuna yang sering mengajak Nalla pergi keluar, kemudian Kalya ingat bagaimana cara berpa
Keano tiba di kediaman Radit dan keluarganya, emosi terus memenuhi kepalanya sejak ia mendengar apa yang di katakan oleh Narra tadi, tentu saja pikirannya langsung mengarah pada Arjuna, siapa lagi selama ini yang sering mengajak Nalla pergi selain anak angkatnya itu."Om Ken,"ujar Lala yang berada di ruang tamu."Mana papimu? Mana abangmu? ""Papi di kamarnya, kak Juna juga di kamarnya om,"jawab Lala sambil mengerutkan keningnya, ia bingung melihat wajah berbeda dari om Keano yang biasanya ramah padanya.Tanpa menunggu lagi, Keano segera menuju kamar Arjuna, anak yang telah ia limpahkan kasih sayang seorang ayah sejak anak itu lahir, tapi apa? Anak itu justru merusak masa depan Nalla.Ceklek!"Bye sayang sampai ketemu besok ya!"ujar Arjuna yang tadinya sedang menelpon, langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka."Ayah,"ujar Arjuna tersenyum melihat ayah angkatnya.Bugh....Tubuh Arjuna langsung ter
Keano tiba di rumah sakit, ia langsung berlari menghampiri istrinya di depan ruang IGD.Istrinya pasti sangat ketakutan sekarang."Sayang,"panggilnya pada istri tercintanya."Pa ... Nalla Pa ... hiks."Kalya langsung berlari menghambur ke pelukan suaminya,ia begitu syok tadi, ia hanya meninggalkan Nalla sebentar untuk mengambilkan makanan untuk putrinya itu, baru saja ia naik tangga untuk kembali setelah dari dapur, ia mendengar teriakan Narra dan mendapati Nalla sudah bersimbah darah di lantai."Apa yang terjadi?"tanya Keano tak sabar."Nalla ... dia memotong pergelangan tangannya saat mama tinggal sebentar.""Ya Tuhan putriku, "lirih Keano mengeratkan pelukannya pada istrinya sambil menatap pintu IGD."Kak, "Keano dan Kalya menoleh dan mendapati Kania, adik Keano."Kania,bisakah kamu ke rumah temani Narra,dia pasti sangat syok setelah mendapati Nalla tadi.""Iya Kak, nanti Kania ke rumah, tapi bagaimana keadaan Nall
Keano menunduk, ia menghela nafasnya panjang."Bukan salahmu nak, menjaga adik-adikmu adalah tugas papa, kamu cukup belajar dengan baik untuk kelak meneruskan perusahaan.Kamu tahu sendiri kedua adikmu memiliki keinginan sendiri, terlebih mereka perempuan kelak akan menikah dan menjadi seorang istri tapi kini harapan satu adikmu sudah hancur."Kenzo menunduk."Seandainya Ken tidak memutuskan tinggal di apartemen pasti Nalla akan baik-baik saja Narra juga ... kami tahu Papa sibuk, harusnya Ken yang menggantikan tugas papa menjaga mama dan adik-adik. ""Entahlah Ken, sekarang papa bingung, Nalla tak mau mengatakan siapa ayah bayinya, Arjuna juga mengelaknya, bahkan Nalla meminta menggugurkan kandungannya."Deg... Sudut hati Kenzo tiba-tiba merasa nyeri."Gugur-kan? Itu akan bahaya Pa,Nalla masih terlalu muda itu berisiko.""Ya papa tau, tapi mau bagaimana?Nalla tak mau mengatakan siapa yang sudah membuatny
Kenzo menatap Nalla yang hanya menangis, ia bingung harus bagaimana sekarang, Nalla terluka sendiri,adiknya itu masih belum mau bercerita, ia hanya diam sedari tadi. Kenzo menghela nafasnya, lalu mencoba untuk menghapus jejak basah di pipi Nalla. "Eh... "Nalla tersentak karena sentuhan Kenzo di pipinya. "Kakak cuma mau hapus air matamu saja La... " "Ti-tidak usah, Na ... Nalla bisa sendiri,"tolaknya Kenzo mendesah."Mau sampai kapan kamu diam La? Katakan pada kami siapa yang membuatmu seperti ini?" Nalla memalingkan wajahnya, bagaimana dia harus mengungkapkan semua? Apa dia harus mengatakan jika dia di perkosa oleh kakak kandungnya sendiri yang tengah mabuk,dan membuat aib ini menjadi berkali lipat untuk keluarganya. "La ...." "Tidak usah peduli Kak, Nalla tak akan pernah mengatakan apapun." Kenzo sedikit tertegun dengan ucapan Nalla yang terdengar begitu yakin. "La ... jangan seperti itu, katakan siapa a