Nalla mendorong tubuh Kenzo,menolak suaminya itu yang mungkin menginginkan haknya.
"Maaf kak,Nalla lelah, kepala Nalla juga masih pusing. "
Kenzo mendesah kecewa, lalu ia mengangguk."Ya sudah, kamu istirahat, aku mau mandi dulu. "
Nalla mengangguk lalu berdiri namun segera di tahan oleh Kenzo."Mau ke mana? "
"Ke kamar Kak. "
Kenzo berdiri."Kamar kamu sekarang di sini. "
Nalla mengangguk."Iya, tapi aku kangen sama Narra."
"Tapi ...."
"Malam ini aja,"bujuk Nalla
Kenzo mendesah lalu
Narra masuk ke sekolahnya, ia melangkah dengan malas, Zavin belum kembali, dia tak ada teman lagi."Ra ...."Narra menoleh dan mendapati Arjuna membuat gadis itu bingung."Kak Juna, ngapain di sini?"tanya Narra penasaran"Nganterin Lala ada perlu di sini,"jawab Arjuna.Narra mengangguk mengerti, gadis itu menunduk, menoleh tak tahu harus menanggapi apa lagi."Nanti pulang jam berapa?"Narra langsung mendongak menatap Arjuna."Apa kak? "tanya Narra memastikan.Arjuna tersenyum."Nanti pulang jam berapa?Biar kak Juna jemput. "
Nalla duduk di ranjangnya, melihat jam di atas nakas sudah menunjukkan pukul 10 malam tapi Kenzo belum pulang juga padahal seharusnya pria itu sudah selesai kerja di caffe dari jam 8 tadi.Khawatir, Nalla lalu menelpon nomor suaminya itu.Tut... Tut..."Kok tidak di angkat sih? "Panggilan pertama tidak di angkat, lalu ia pun mencoba menelponnya lagi.Nalla tersenyum karena teleponnya di angkat."Hallo kak.""Hallo ... ini siapa? "Nalla mencengkeram erat ponsel dekat telinganya, bukan suara Kenzo, tapi suara seorang wanita yang ia dengar.
Kenzo mengelap meja caffe dengan cepat, ia begitu bersemangat hari ini, lepas kuliah dia seperti biasa bekerja di caffe."Nalla cinta sama Kakak. "Kalimat yang Nalla ucapkan semalam seolah bagai sihir yang terus saja terngiang di pikiran Kenzo sepanjang hari ini.Hatinya benar-benar bahagia mendengarnya, cinta kini Kenzo memiliki seseorang yang mencintainya, mencintai dalam artian bukan cinta antar anggota keluarga."Semangat banget hari ini Ken? "Kenzo menoleh."Zak ...,"jawabnya lalu tersenyum lebar."Btw, yang semalam kucing kecil itu pacar kamu, kamu sampai marah begitu sama Intan."
Narra tengah mengaduk minuman jahe di dapur di bantu asisten rumah tangganya."Udah gini aja Bi? "tanya Narra"Iya Non, cukup. "Narra menghela nafasnya."Kasihan Nalla muntah-muntah sampai lemes gitu,"gumam Narra."Haaahhhh ... Narra jadi merasa bersalah banget, coba dulu Narra tidak pergi ke rumah kak Juna, pasti semua tidak akan seperti ini. ""Semua sudah takdir Non, dan semua pasti akan baik-baik saja.""Iya Bi, apalagi sekarang Nalla sama Kak Kenzo terlihat saling cinta Bi, ah bikin Narra baper. ""Iya Non, den Kenzo romantis banget sama non Nalla, semalam bibi lihat den Kenzo
Narra tengah memakai sepatunya, lalu berdiri dan kembali mematut penampilanya di cermin."Mau Kemana Ra? "Narra menoleh, iapun tersenyum pada saudara kembarnya. "Mau ke bandara jemput Zavin. ""Jemput, emang tidak ada taksi? "Narra tampak berfikir."Iya ya, kenapa dia minta di jemput?"Nalla tersenyum lalu merangkul bahu kembarannya itu."Sepertinya dia beneran suka sama kamu deh Ra. "Blush... Narra mengulum senyumnya, pipinya langsung merona "Mm ... kayaknya enggak deh La,"ujar Narra mengingat ada beberapa hal yang Zavin,seperti memiliki hal yang begitu ia rahasiakan darinya,bahkan kadang pria itu akan sangat marah saat ia menyentuh barang yang mungkin penting baginya."Kok melamun?"tanya Nalla."Ah, mm ... enggak."Nalla duduk di ranjang."Cerita Ra, seperti dulu,kamu selalu cerita apapun sama aku."Narra menghela nafasnya, lalu duduk di sebelah saudari kembarnya."Zavin baik banget sama aku, dia juga penge
Narra menatap wanita cantik di depannya, ia semakin gugup ketika wanita itu memeluk lengan Zavin di depannya"Hallo, kamu Narra ya?"Zavin tersenyum."Ra ... kenalkan dia mommy aku. "Ragu-ragu Narra menatap Zavin sesaat, lalu menatap wanita cantik yang Narra fikir lebih cocok sebagai kakak dari Zavin alih-alih ibu pemuda itu."Na ... Narra ... Aunty ... ,"jawab Narra gugup, ia tak tahu kenapa dia menjadi gugup seperti ini."Owh, manisnya. "Tiba-tiba Narra menatap Zavin saat tubuhnya di peluk oleh wanita yang Zavin kenalkan sebagai mommy Zavin itu."Panggil mommy juga ya, mommy Gaby,"ujar mommy Zavin sambil melepas pelukannya dan mengusap pipi Narra."ah cantik sekali ... dia mirip mommy waktu muda Vin.""I ... iya aun ... eh ... Mom-my."Narra benar-benar tak menyangka jika ia akan bertemu dengan ibu dari Zavin hari ini,Zavin bahkan tak pernah membicarakannya sebelum ini."Yuk kita pulang,"ajak mommy Gaby sambil menggande
Narra terus berlari keluar dari kamar Zavin, entah bagaimana perasaannya kini, yang jelas ia takut jika ia akan terbawa perasaan dan berujung kecewa lagi.Dulu dia juga begitu, terbawa perasaan akan manisnya sikap Arjuna padanya, tapi apa? Pada akhirnya dia harus menelan pil pahit, perasaan Arjuna tak sama dengannya, Arjuna justru mencintai Nalla.Dan soal Zavin, jujur dia ingin menepis perasaan yang mulai muncul karena sikap pria itu padanya, ia tak mau hal yang sama terulang lagi. Ia merasa jika Zavin memiliki hal yang ia sembunyikan darinya."Jangan sentuh pulpen itu Ra."Masih Narra ingat ekspresi kesal Zavin saat ia hanya menyentuh sebuah pulpen di atas meja belajar Zavin di apartemen,hanya satu pulpen yang tak boleh di sentuh olehnya.Karena itu, Narra pikir benda itu adalah benda penting, mungkin milik kekasih pria itu."I ... Ini... Aduh mana pintu keluarnya sih? "Bingung Narra saat ia masih berlari-lari di dalam rumah besar
Kenzo tersenyum mendengar cerita Nalla yang kini duduk di depannya, mereka baru saja selesai makan malam dan saat ini tengah menonton tv di ruang keluarga sambil Nalla menikmati biskuit dan susu hamilnyaSesekali Kenzo membelai perut Nalla yang sudah sedikit membuncit. "Lusa aku tidak ada kuliah, kita usg yuk,aku ingin sekali melihat anak kita sudah seperti apa,"ujar KenzoNalla mengangguk cepat."Ayo kak.""Kira-kira anak kita lebih mirip siapa ya? Aku atau kamu?"Nalla mengerutkan keningnya lalu menggeleng."Tidak tahu.""Semoga kalau perempuan mirip kamu, cantik. Kalau laki-laki mirip akulah, tampan. "Lagi dengan cepat Nalla menga