Sebelum tubuh Gale tercabik-cabik ranting-ranting runcing, jam liontin yang terpasang di setelannya bergetar. Pemikiran jika akan mati di detik berikutnya sudah membayangi. Namun, beberapa saat berlalu, tidak ada rasa sakit karena benda tajam yang menembus kulitnya. Sebaliknya, dia merasakan tubuhnya terbaring di atas permukaan datar dan keras. Perlahan Gale membuka matanya.
Yang tadinya ia pikir akan dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang menutupi sinar matahari dengan kondisi tubuh berlumuran darah, salah besar. Meskipun ia memang dikelilingi, namun objeknya berbeda, bukan benda mati tapi benda hidup. Para 'benda hidup' itu menjulang tinggi dengan pandangan menusuk yang tertuju ke arahnya, seolah berkata, ''dia sudah gila.''
''Persiapkan diri kalian masing-masing!'' Untungnya, Huan segera menyingkirkan kerumunan itu. Dia mendatangi Gale yang sudah terduduk dan berkata, ''Cepat bangun! Kita tidak sedang berada di jam tidur.'' Dia memandang Gale seki
Pelayanan asrama Scootharts benar-benar melampaui ekspetasi Gale. Bukan hanya dia mendapatkan kamar yang baik, tapi juga makanan lezat yang disediakan setiap pagi, siang, dan malam. Tidak aneh jika Gale merasa nyaman dan ingin menetap di sini selamanya walaupun baru saja tinggal selama satu hari. Dia tidak perlu lagi bersusah payah untuk mendapatkan uang, atau berhadapan dengan para preman yang selalu merampas uang hasil kerja kerasnya.Namun, tentu saja pelayanan terbaik pasti ada harganya. Contohnya, pada pagi hari, saat matahari belum menampakkan wujudnya, Gale sudah dibangunkan oleh alarm yang hampir menulikan telinga untuk mengikuti ritual aneh. Semua murid diharuskan berkumpul di aula dan membentuk lingkaran besar di antara patung sang Dewi.Apa yang dilakukan? Jawabannya tentu saja berdoa.Akan bagus jika ritual berdoa itu hanya dilakukan selama beberapa menit. Sayangnya, ritual ini dilakukan selama dua setengah jam. Entah apa yang mereka doakan, Gale tid
Menyerah.Satu kata yang membuat pikiran Gale frustasi. Bukannya dia terlalu cepat menyerah, tapi kenyataannya lah yang menghantam dirinya. Walaupun dia sudah tahu tidak akan bisa melakukan sihir, tapi tetap saja hal ini membuatnya kesal. Pembelajaran tentang pengendalian sihir memang tidak sama dengan pembelajaran kemarin hari. Sama sekali berbeda.Untuk membuat ramuan, dia hanya perlu mencampurkan bahan-bahannya. Namun untuk mengendalikan sihir butuh sesuatu yang tidak mungkin dimiliki oleh manusia sepertinya. Misalnya seperti mana atau apapun itu.Sudah hampir dua jam dia menggerak-gerakkan tongkatnya dengan meneriakan mantra 'Allaxe' namun tidak ada yang terjadi. Bahkan hembusan angin pun tidak terasa. Dibandingkan dengan dirinya yang menghasilkan apapun, murid-murid lain di sekitarnya sudah mendapatkan beberapa hasil yang lebih baik. Meskipun itu tidak aneh karena mereka memang makhluk asli dari dunia ini. Tetap saja Gale tidak bisa menahan perasaa
''Apa ini? Sangat mengerikan,'' sinis Huan saat melihat benda di hadapannya. Baginya, sama sekali tidak berlebihan mengatakan benda di hadapannya ini mengerikan. Bagaimana tidak, bentuk dari benda itu sama sekali tidak jelas atau bisa dibilang tidak berbentuk. Jika dia menebak, maka itu akan menjadi gumpalan kain kaku yang ditumpuk menjadi satu dengan warna yang dicampur secara asal.''Itu kotak penyimpanan barang,'' gumam Gale pelan. Merasa sakit hati karena karyanya dianggap mengerikan, walaupun sebenarnya bukan dia yang membuat. Jangan menyalahkan dia karena tidak bekerja. Hanya ada kain dan sebatang kayu yang disediakan untuk ujian. Lagipula, dia juga tidak bisa menggunakan sihir. Ah, jangan lupakan teman setimnya yang hanya bisa menggerakan benda ke kanan dan kiri dengan sihir tidak menentu.Dengan mata menyipit, Huan memutar-mutar benda mengerikan yang disebut kotak penyimpanan oleh pembuatnya. ''Apa yang bisa dia lakukan? Merapikan barang yang disimpan di
Gale diam, tidak menanggapi sapaan yang datang. Memilih untuk mengabaikan kehadiran tak nyata sang penguasa Thavacyria dan memasukkan makanan ke mulutnya. Lui yang pada dasarnya tidak peduli dan tidak pernah merasa sakit hati dengan berbagai pengabaian, terus melanjutkan pembicaraan hangatnya.''Bagaimana menurutmu? Sekolah yang kupilihkan untukmu sangat bagus, kan. Kau pasti merasa berhutang budi padaku. Tentu saja itu harus. Aku tidak pernah sepeduli ini pada siapapun, khususnya makhluk sepertimu.''Jawaban tetap tidak datang. Gale telah memutuskan untuk membungkam mulutnya sendiri dengan makanan selagi batinnya bergejolak. 'Sangat bagus sampai aku hampir dibunuh di hari pertama masuk sekolah.''''Omong-omong, apakah Kau sudah memiliki satu teman? Oh, Caesar tentunya tidak dihitung.'' Semakin diam Gale semakin usil pertanyaan Lui. Dia tidak memberikan jeda barang sedetikpun dan langsung melanjutkan ke pertanyaan lainnya, ''Ini hari keduamu di sana, ya
Ritual yang berlangsung selama dua setengah jam berlalu, diikuti dengan rutinitas-rutinitas berulang yang membosankan. Begitu juga dengan Gale. Kembali ke kelas percobaan dan memulai ujiannya. Seperti biasa, Huan menjelaskan tentang ujian yang akan dijalani hari ini dengan raut yang lebih serius dari biasanya.Penghancuran. Nama yang Huan beri untuk ujian kali ini. Walaupun namanya mengerikan, namun bukan berarti ujiannya adalah menghancurkan segala sesuatu dengan sihir. Alasan pemberian namanya adalah sihir yang akan dipelajari termasuk sihir untuk mempertahankan diri. Menyerang dan bertahan.Berbeda dari pengendalian sihir dasar dimana semua murid harus menguasainya, penghancuran hanya mengharuskan para murid menguasai sihir yang sesuai dengan elemen masing-masing. Adapun elemen-elemen itu, terbagi menjadi enam. Air, api, tanah, angin, kehidupan dan langit. Gale sebelumnya sudah pernah mendengar tentang elemen air, api, tanah, dan angin, tapi dua lainnya masih asing
''Bagaimana bisa ada Ervent di sini?!" Sontak setelah Sydney berteriak, keributan terjadi. Masing-masing mulai mundur beberapa langkah, menjauh dari Gale yang seolah tampak seperti monster mengerikan bagi mereka.Tercengang, Gale menoleh. Menemukan Jean yang juga memiliki ekspresi pucat di wajahnya. Tubuh mungil itu membawa kaki-kakinya untuk melangkah mundur, jauh dari jangkauan Gale tanpa sadar.Salah seorang yang tadinya bergerak mundur, berhenti. Tangannya mengepal dan ia berseru, "singkirkan makhluk itu!" Tepat setelah kata-kata itu terdengar, serpihan api menyerempet pipi Gale. Adegan itu terjadi hanya dalam setengah detik sebelum Gale sendiri bisa bereaksi. Bau anyir darah disertai rasa sakit yang tajam segera menusuk indera perasanya.Decihan tidak puas datang. Itu adalah seorang pria bertubuh besar dengan otot-otot yang menonjol di balik setelan cokelatnya. Tongkat kecil yang terselip di antara jemari tebalnya hampir tidak terlihat. Wajahnya penuh
Menyaksikan pertunjukan penuh drama di depannya, Gale hanya bisa memutar bola matanya dan bergumam tentang betapa gilanya pasangan ini. Tanpa seizin pemiliknya, dia menuangkan teh untuk dirinya sendiri, meminumnya sembari termenung.Barulah ketika dentingan cangkir dengan meja mencapai sudut ruangan, Charlie mengakhiri perdebatan, ''baiklah, baiklah, kita yang salah. Lagipula sudah terlanjur, mau bagaimana lagi.'' Kemudian duduk di sebelah Gale dan menyilangkan kedua tangan di depan dada. Sedangkan Caesar mengerutkan kening, namun tidak membantah.''Jadi apa yang harus kulakukan? Sepertinya berita ini sudah menyebar cukup jauh.'' Gale bergantian menatap Charlie dan Caesar.''Sangat jauh,'' Charlie mengoreksi perkataan Gale. ''Bahkan mungkin sudah menyebar ke seluruh Scootharts.''Caesar berdiri di depan jendela prancis, mengamati dari jauh, kerumunan yang berlari ke sana ke mari dengan sangat cepat. Beginilah caranya, berita tentang kejadian yang baru saj
Luka berdarah telah ditutupi perban. Gale menatap lengannya yang dililit perban putih, mendesah tak berdaya. Tatapannya beralih pada wanita yang sedang meminum teh lavendernya seperti biasa dan pria tampan yang berdiri membelakangi di sudut ruangan. Gumaman-gumaman kecil terdengar dari pria itu, sepertinya sedang menghubungi seseorang.Beberapa saat kemudian, Caesar berbalik, mengangkat salah satu alisnya saat mendapati tatapan Gale yang terarah padanya. Cepat-cepat Gale mengalihkan pandangannya begitu tertangkap, tepat ketika Caesar juga membuka mulutnya, ''Aku sudah menelpon Lui. Tapi dia tidak menjawab, sepertinya sedang ada pertemuan. Jadi aku meninggalkan pesan untuknya.''''Yah, Yang Mulia memang selalu sibuk,'' sahut Charlie santai. Dia kemudian beralih menghadap Gale. ''Omong-omong, apakah Kau sudah mendapatkan elemenmu? Jika tidak salah, hari ini kelasmu akan dikelompokkan sesuai masing-masing elemennya. Ini juga ujian terakhir, bukan?''Sejenak Gale me