Di dunia yang terhubung oleh tiga dimensi—Dunia Dewa, Dunia Manusia, dan Dunia Iblis—takdir tak selalu berjalan seperti yang diinginkan. Tiga jiwa yang berbeda, masing-masing dengan tujuan dan nasib mereka sendiri, akan saling berhubungan dalam perjalanan yang menegangkan dan penuh konflik. Bao Ziran, penjaga keseimbangan dunia, tegas dan tak pernah ragu dalam menegakkan hukum. Tugasnya adalah memastikan bahwa Yin dan Yang tetap seimbang, menghukum segala hal yang mengancam keseimbangan dunia, tanpa ampun. Namun, saat ancaman yang lebih besar muncul, Bao Ziran dihadapkan pada keputusan sulit yang menguji prinsip dan integritasnya. Shu Sheng terlahir kembali dari Pohon Kehidupan yang menghubungkan ketiga alam, tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Tanpa ingatan akan kehidupan sebelumnya, ia tumbuh menjadi sosok yang terperangkap antara kegelapan dan kebaikan. Kekuatan gelap yang terpendam dalam dirinya perlahan bangkit, dan ia menjadi ancaman yang semakin besar. Guang Zhenzhu, seorang pria yang terobsesi dengan keabadian, telah mencurahkan seluruh hidupnya untuk mengejar ilmu yang dapat memberinya kekuatan tak terbatas. Dengan segala upaya, ia berhasil menemukan cara untuk mendekati keabadian. Namun, pencariannya membawa konsekuensi yang tak terduga. Ketiga takdir ini, yang tampaknya berbeda, akhirnya terikat dalam perjalanan yang akan menguji batas kekuatan mereka. Keadilan, kegelapan, dan keabadian beradu dalam pertempuran yang bisa mengubah seluruh dunia. Di ujung jalan, hanya ada satu pilihan: apakah mereka akan membiarkan takdir mereka mengarah pada kehancuran atau mencari cara untuk menyelamatkan dunia yang sedang terancam?
view moreLangit yang dulunya indah sekarang terbelah dengan retakan yang mengelilinginya. Tiga alam, Alam Dewa, Manusia dan Dunia Bawah atau Neraka sekarang mulai terhubung oleh sebuah energi gelap.
Di tengah-tengah kekacauan itu terdapat dua sosok yang berdiri saling berhadap-hadapan dengan pedang di tangan mereka masing-masing. Bao Ziran sang Dewa Hakim, dewa yang memegang kuasa atas keseimbangan Yin Yang di tiga alam bersama dengan Hua Chunghua, sang Dewa Iblis yang terlahir dari energi Yin. “Hua Chunghua, hentikan semua ini!” perintah Bao Ziran menatap tajam lawannya. Suaranya yang dingin seperti memberi peringatan pada Hua Chunghua. “Kau telah menghancurkan batas diantara tiga dunia. Hentikan semua ini sebelum semuanya terlambat,” peringat Bao Ziran. Hua Chunghua hanya mencibir. Ia berdiri di sana dengan diam. Jubah hitamnya bergerak ditiup angin. Mata merahnya menatap Bao Ziran dengan tatapan meremehkan. “Terlambat?” Hua Chunghua tertawa mencibir Bao Ziran. “Semuanya sudah terlambat! Sekarang tidak akan ada lagi para Dewa yang menikmati keagungan dan manusia yang menderita. Aku hanya membebaskan mereka semua dari keadilan yang tidak adil itu.” Bao Ziran memegang pedangnya semakin erat, “kau menghancurkan bukan membebaskan.” Cahaya putih mengelilingi tubuh Bao Ziran membentuk sebuah perisai yang sangat kuat. Pedang di tangan kanannya bergetar seolah memintanya untuk segera menyelesaikan masalah ini. Hua Chunghua menggenggam tangannya dengan kuat dan aura Yin yang sangat pekat langsung menyerang perisai yang dibentuk oleh Bao Ziran. Yin dan Yang saling beradu membuat batas yang telah retak semakin retak. Hua Chunghua melambaikan tangannya. Bumi bergetar, dari dalam tanah muncul bayangan-bayangan hitam yang tidak memiliki wujud tetap, keluar dari kedalaman tanah. Jeritan makhluk terkutuk yang dipanggil Hua Chunghua terdengar memekakkan telinga membuat orang-orang yang mendengarnya merasakan teror akan kiamat yang sebentar lagi datang. “Aku tidak akan pernah tunduk pada kehendak langit yang selalu memihak.” Dengan satu jentikan jarinya, makhluk-makhluk terkutuk itu langsung menyerang Bao Ziran yang masih berdiri diam di tempatnya. Sebelum makhluk-makhluk itu menyentuh Bao Ziran, kilatan guntur langsung menyapu mereka semua menjadi debu. Bao Ziran mendekati Hua Chunghua secara perlahan dengan pedangnya yang terus mengeluarkan cahaya suci, siap membasmi kegelapan yang ada di depannya. Ia mengayungkan pedangnya pada Hua Chunghua, setiap gerakannya sangat lugas dan tegas tetapi itu belum bisa mengalahkan iblis itu sepenuhnya. Setelah pertarungan yang intens di antara keduanya, pedang Bao Ziran akhirnya menusuk bahu sang Dewa Iblis. Membuatnya terdorong ke belakang. Darah hitam yang mengandung energi gelap mengalir ke tanah membuat apa saja yang disentuhnya membusuk. Bao Ziran mengerutkan alisnya melihat pemandangan tersebut. Hua Chunghua tertawa, “kenapa? Apa kau jijik melihat darahku?” ia kemudian semakin menusukkan bahunya pada pedang Dewa Hakim. “Saatnya kau menerima hukumanmu,” ucap Bao Ziran dengan mata dingin. Dewa Iblis terkekeh, “kau bisa membunuhku tapi kau tidak bisa membunuh semua makhluk di tiga alam. Suatu saat nanti, cepat atau lambat, mereka semua akan menyadari apa itu keadilan yang sebenarnya.” Bao Ziran tidak berkata apa-apa. Ia hanya memejamkan matanya sejenak kemudian saat ia membuka kembali matanya terdapat cahaya suci yang mengandung energi langit. Sang Dewa Hakim lalu mengayungkan pedangnya untuk memberi hukuman pada Dewa Iblis yang telah mengacaukan dunia. Di langit, simbol kuno berbentuk roda takdir dan sebuah timbangan yang merupakan lambang sang dewa keadilan perlahan terbentuk. Timbangan tersebut bersinar sangat terang, membawa keagungan suci di dalamnya. Cahayanya menembus langit dan bumi, menyegel ruang di sekitar mereka. “Jika ini adalah jalan yang kau inginkan. Maka aku harus menghapusmu dari siklus dunia ini,” ucap Bao Ziran kemudian hanya dengan satu ayunan pedang suci Dewa Hakim, tubuh Hua Chunghua terbelah dua. Tubuh itu kemudian terbakar oleh cahaya suci, mencegahnya melakukan regenerasi. Hua Chunghua diam menerima hukumannya, ia tidak melawan. Dirinya tahu kalau ia akan dikalahkan oleh sang penjaga keseimbangan. Sebelum menghilang, mata merahnya memandang Bao Ziran dalam, “di dalam hatimu kau tahu kalau apa yang aku lakukan ini adalah kebenaran tapi kau terlalu takut untuk mengakuinya.” Bao Ziran hanya diam, ia tidak mengakuinya ataupun menyangkal pernyataan Hua Chunghua. Ia hanya menatap tubuh Dewa Iblis itu yang perlahan berubah menjadi abu lalu ditiup oleh angin. Dewa Iblis telah tiada meninggalkan kekacauan yang disebabkannya. Bao Ziran menatap retakan yang memisahkan antara tiga dunia. Lolongan iblis dan makhluk-makhluk buas lainnya terdengar dari kedalaman neraka. Manusia-manusia yang menangisi nasibnya dan para Dewa yang hanya bisa menundukkan kepala karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaiki kerusakan itu. Bao Ziran menutup matanya dan cahaya yang sangat suci keluar dari tubuhnya lalu Pohon Kehidupan, makhluk purba yang menjadi penghubung ketiga alam bergetar pelan. Daun Pohon Kehidupan yang awalnya berwarna biru berubah menjadi emas lalu mengeluarkan cahaya yang memiliki fluktuasi yang sama dengan cahaya yang dikeluarkan tubuh Bao Ziran. Akar Pohon Kehidupan menjalar ketiga alam kemudian memperbaiki retakan yang diciptakan oleh Dewa Iblis. Setelah Pohon Kehidupan memperbaiki keseimbangan di tiga alam, Bao Ziran menatap pohon itu dengan tatapan serius. “Kau memilih untuk mengizinkannya kembali?” tanyanya pada pohon itu. Bao Ziran menghela nafas, “aku tidak tahu apakah ini adalah kehendak dunia atau awal dari kehancuran yang akan datang,” gumamnya. Bao Ziran berbalik kemudian tanpa suara ia menghilang dari sana menyisakan jejak cahaya yang juga dengan cepat menghilang. “Jika dia terlahir kembali, apakah dia akan menjadi ancaman yang sama atau...,” Bao Ziran menggelengkan kepalanya dengan pelan. Langit kembali cerah, seperti tidak pernah terjadi apa-apa tapi ketiga alam tahu kalau ini bukanlah akhir tapi awal dari segalanya. Sebuah benih baru telah lahir lalu suatu saat ia akan tumbuh dan muncul di dunia. 100 tahun kemudian... Setelah satu abad berlalu tidak ada lagi manusia yang mengingat tentang kejadian itu. Mereka semua hidup seperti sebelumnya tapi tidak dengan kedua alam lainnya. Alam Iblis berduka atas kehilangan pemimpin mereka dalam pertempuran itu sedangkan Alam Dewa yang paling banyak mendapat kerusakan masih berusaha untuk menstabilkan sistem yang mereka miliki. Sementara itu Dewa Hakim yang dianggap sebagai pahlawan karena telah menyelamatkan ketiga dunia dan mengalahkan Dewa Iblis menatap buah besar yang tergantung di Pohon Kehidupan. “Sudah saaatnya. Dia akan kembali dengan tubuh yang terbuat dari Benih Pohon Suci,” ucapnya menatap pohon itu dengan serius. “Jika dia kembali membuat masalah, aku tidak peduli meskipun dia lahir dari benihmu. Aku tetap akan menyingkirkannya,” lanjutnya lalu pergi dari sana. Daun Pohon Kehidupan melambai pelan setelah kepergian sang Dewa.Shu Sheng mengikuti kedua bersaudara itu menuju Istana Phoenix untuk menemui Feng Huang.Setelah mereka sampai di Istana, Shu Sheng bisa melihat jika murid-murid yang diterima di tempat ini semuanya hanya perempuan. Saat pertama kali masuk, entah kenapa Shu Sheng tiba-tiba merasa seperti di rumah bordil.Banyak wanita yang melihat Shu Sheng menggodanya tapi untung Yue Ming dan Yu Lian mencoba menengahi para saudari mereka yang antusias."Semuanya, dia datang bukan untuk menemukan kalian," tegur Yue Ming pada saudarinya yang sudah mengerubungi Shu Sheng seperti manisan.Yue Ming dan Yu Lian menghela nafas melihat keantusiasan semuanya. Mereka berdua bahkan telah di dorong keluar oleh para wanita itu.Shu Sheng yang merasa jika para wanita di rumah bordil jauh lebih baik dari para murid di Istana Phoenix hanya bisa menghela nafas pasrah dikelilingi seperti ini. Ia berharap Yue Ming dan Yu Lian segera membawanya menemui Feng Huang secepatnya.Tidak memiliki pilihan lain, Yue Ming dan Yu
Tengah malam, semua orang telah terlelap dalam mimpinya termasuk Shu Sheng. Entah kenapa, malam ini suasananya sangat sunyi dan sepi.Di malam yang gelap gulita, ada sosok bayangan hitam yang melintas dengan cepat melewati Ibu Kota Kekasairan. Tidak ada yang menyadari bayangan itu kecuali satu orang.Shu Sheng yang sudah tertidur lelap tiba-tiba membuka matanya, langsung duduk dan menatap tajam pintu kamarnya.Jika ada seseorang di sini maka orang itu pasti berteriak melihat mata merah Shu Sheng yang menyala di gelapnya malam. Mata itu seperti mata seorang pembunuh yang menunggu mangsanya. Mata yang mirip darah membuat orang-orang menggigil melihatnya. Shu Sheng turun dari ranjangnya, berjalan keluar kamar mengikuti bayangan itu.Sosok bayangan itu berhenti di tengah kota, "siapa kau?" tanyanya waspada.Sosok Shu Sheng tersembunyi di balik bayangan gedung sehingga sosok itu hanya bisa melihat siluetnya. Tidak bisa mengenalinya.Perlahan, Shu Sheng berjalan maju menghampiri sosok itu.
Feng Huang berdekhem, ia menegak minumannya dengan pelan, tidak menjawab pertanyaan Shu Sheng.Saat Feng Huang sedang berusaha mencari alasan untuk menghindari pertanyaan Shu Sheng, tiba-tiba ada seorang wanita masuk dan menghampiri Feng Huang.“Ada apa?”“Yang Mulia, ada seseorang yang berkunjung dari Pavilliun Kabut Azure,” kata wanita itu.“Untuk apa mereka datang ke sini? Katakan jika aku sedang sibuk,” Feng Huang menolak bertemu mereka.“Tapi Yang Mulia, mereka bilang kalau ini penting. Perintah langsung dari Yang Mulia Dewa Qing Long.”Feng Huang mendengus, menghentakkan gelasnya, Shu Sheng terkejut, “apa lagi yang diinginkan pria kolot itu?!” kesalnya.“Yang Mulia, jika ada yang penting, anda bisa mengurusnya terlebih dahulu. Saya bisa menunggu,” kata Shu Sheng.Feng Huang menatap Shu Sheng, tiba-tiba memiliki sebuah ide di benaknya, “oh ya. Aku memang cukup sibuk hari ini. Bagaimana kalau kau kembali dulu, kita lanjutkan saja lain hari.”Shu Sheng yang berencana menunggu seben
Feng Huang mempersilahkan Shu Sheng untuk duduk dan menjelaskan tujuannya. Shu Sheng menundukkan kepalanya, duduk di depan Feng Huang."Katakan.""Yang Mulia, apa Yang Mulia pernah mendengar tentang masalah yang melimpah wilayah barat?""Jika yang kau maksud itu tentang gerbang dunia bawah yang terbuka kembali, aku sudah mendengarnya. Tapi apa hubungannya ini dan kedatanganmu?""Gerbang dunia bawah terbuka di Sekte Pedang Jiwa dan Raja Iblis Jiwa muncul di sana," jelas Shu Sheng."Iblis Jiwa? Diantara jenis Iblis, mereka adalah yang paling susah untuk dihadapi," Feng Huang menganggukkan kepalanya.Shu Sheng kemudian menceritakan semuanya termasuk penyamaran Bao Ziran dan identitas Mu Tian.Feng Huang terkejut mendengar perkataan Shu Sheng, "Bao Ziran yang sombong itu ingin menjadi murid Bai Hu?""Bukan murid tapi Yang Mulia Dewa Hakim hanya menyamar menjadi muridnya," koreksi Shu Sheng."Bukankah itu sama saja? Tidak peduli menyamar atau tidak, ia tetap mau menurunkan egonya.""Yang M
“Jadi bagaimana rencana kalian?” tanya Shu Sheng menatap kedua bersaudara itu. Yue Ming dan Yu Lian saling tersenyum, mereka menyuruh Shu Sheng menundukkan wajahnya untuk mendengarkan perkataan mereka. “Bagaimana kalau kau menyamar dan mengajak Pangeran Pertama ke Distrik Lampu Merah?” saran Yue Ming. Shu Sheng membelalakkan matanya, menatap mereka berdua, “distrik lampu merah?” tanyanya memastikan. Kedua wanita itu menganggukkan kepala mereka. Shu Sheng menggelengkan kepalanya tidak setuju. Ia tidak ingin menuruti kedua bersaudara itu. “Kau ingin bertemu Yang Mulia Feng Huang atau tidak?” “Aku bisa membantu kalian apapun tapi....” Meskipun Shu Sheng tidak tahu tempat apa yang disebut sebagai distrik lampu merah tapi dari namanya saja sudah membuat Shu Sheng merasa aneh. Seolah-olah tempat ini membawa banyak masalah. ***** Shu Sheng sekarang telah berganti pakaian menjadi jubah biru dengan kipas putih di tangannya. Ia berjalan santai sambil melambaikan kipasnya dengan pelan di
Awalnya Shu Sheng tidak ingin mengatakannya, tapi melihat kedua wanita itu menatapnya dengan tatapan tulus seperti itu membuat Shu Sheng tidak enak hati."Sebenarnya kedatanganku ke Ibu Kota Kekasairan adalah untuk menemui seseorang. Dia adalah tokoh penting dan sepertinya akan susah untuk bertemu dengannya.""Tuan Muda tidak perlu khawatir. Kami mengenal semua orang penting di kota ini. Katakan saja anda ingin bertemu dengan siapa, kami akan membuatkan janji untuk anda."Shu Sheng berkata, "aku ingin menemui Feng Huang. Aku dengar kalau dia tinggal di Istana Phoenix, tapi saat aku ke sana, aku diusir oleh penjaga. Tidak diizinkan masuk."Kedua kakak beradik itu saling tatap mendengar perkataan Shu Sheng. Sang kakak bertanya, "untuk apa Tuan Muda Shu menemui Yang Mulia Feng Huang?""Aku ingin menanyakan sesuatu padanya.""Apa Tuan Muda Shu tidak tahu kalau tidak sembarang orang bisa bertemu dengan Yang Mulia Feng Huang."Shu Sheng menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Meskipun ia tah
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments