Home / Romansa / Sejuta Rahasia Suami Kaya Raya / 2. Jadi seorang istri

Share

2. Jadi seorang istri

Author: Sindi Aulia
last update Last Updated: 2023-10-11 22:26:48

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!"

Pernikahan Ara dan Ghazi berjalan lancar disaksikan oleh beberapa warga dan para paman dari masing-masing mempelai yang bertugas menjadi wali mereka.

Sepanjang acara, Ara hanya terdiam dengan tatapan kosong. Kedua matanya memang terbuka, tetapi kesadarannya seperti hilang entah kemana. Ketika diajak bicara, wanita itu hanya diam tanpa memberi respon apapun. Zelin yang menemani sang putri dari awal pun hanya bisa terus menangis.

Melihat kondisi Ara yang semakin memburuk, Zelin terpaksa membuat kesepakatan dengan sang menantu. Ia melarang Ghazi membawa atau bertemu dengan Ara sampai kondisi wanita itu membaik. Untung saja, pria itu langsung menyetujuinya.

Ara mulai rutin menjalani psikoterapi sampai perlahan kondisinya membaik. Namun, karena depresi parah yang saat itu ia alami, membuat Ara harus menerima fakta bahwa ia tidak bisa mengingat kejadian-kejadian yang belum lama terjadi dalam hidupnya, termasuk acara pernikahannya sendiri.

Tepat dihari ketiga puluh, Ara dinyatakan sembuh. Bahkan kini ia sudah siap dengan pakaian rapi hendak berangkat ke kantor.

"Kamu serius mau pergi kerja?" tanya Zelin menatap sang putri khawatir.

"Mama tenang saja yah, kondisi aku sudah membaik kok." sahut Ara tersenyum. Ia memang merasa jauh lebih tenang dari pada hari-hari sebelumnya. Zelin mengangguk ikut tersenyum.

"Hari ini ada yang mau ketemu sama kamu Ra, dia mau jemput kamu." ucap Zelin meletakkan segelas susu di depan Ara.

Tangan Ara yang hendak mengoleskan selai kesebuah roti seketika terhenti. Ia mendongak menatap sang mama dengan dahi mengernyit dalam. "Siapa? Menjemput kemana? Ke kantor?" tanya Ara.

"Bukan. Dia--" Ting tong. Suara bel rumah tiba-tiba terdengar membuat Ara dan Zelin saling pandang. Siapa yang bertamu sepagi ini?

"Biar aku saja yang buka." ucap Ara berlalu keluar.

Saat pintu sudah terbuka, seorang pria tampan terlihat berdiri tersenyum manis kearahnya.

"Senang melihat kamu sudah lebih baik." ucapnya lembut. Ara terdiam menelisik penampilan si pria.

Pria itu mengenakan pakaian yang sangat sederhana dengan sepasang sandal jepit dikedua kakinya. Ara mencoba mengingat siapa pria di depannya ini, tetapi entah mengapa, ia sama sekali tidak bisa mengingatnya dan merasa asing dengan si pria.

"Kamu siapa?" tanya Ara bingung. Senyum yang sempat terukir di wajah si pria seketika memudar.

"Kamu nggak ingat sama saya?" ucapnya hati-hati.

Ara menggeleng. "Memangnya kamu siapa? Saya sama sekali nggak kenal sama kamu." sahut Ara.

Si pria diam terpegun. Ia memang tak berharap Ara akan menyambutnya, tetapi apakah harus Ara berlagak tidak mengenalnya? Itu sedikit berlebihan. Tetapi melihat wanita itu berkata dengan wajah serius, si pria pun mulai sedikit khawatir.

"Saya—”

"Siapa yang datang Ra?" teriak Zelin berjalan keluar. Saat matanya bersitatap dengan si pria, ia pun terkejut. "Ghazi ... " lirihnya. Ia memang menyuruh pria itu untuk datang, tetapi Zelin tak menyangka kalau Ghazi akan datang secepat ini.

"Pagi Ma, Mama apa kabar?" sapa Ghazi menyalami tangan Zelin. Ara yang melihat adegan itu pun semakin menyernyit bingung.

Dapat Ara pastikan, kalau ia adalah anak tunggal dan mama serta papa nya tidak pernah mengadopsi anak lain. Lalu mengapa pria itu memanggil mamanya dengan sebutan Mama?

"Mama kenal sama dia?" tanya Ara.

"Ayo bicarakan di dalam." sahut sang mama.

Ara duduk di samping Zelin yang kini terdiam meremas jari-jari tangannya sendiri. Begitupula dengan Ghazi yang tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Ara yang mulai merasa tak nyaman dengan situasi yang terasa menegangkan pun mulai bergerak gelisah. Ia memegangi kedua tangan sang mama.

"Ini sebenarnya ada apa sih Ma?" tanyanya. Zelin menoleh menatap Ara ragu.

"Mama jelasin tapi kamu janji jangan depresi lagi yah?" cicit Zelin takut. Ara yang memang merasa sudah sembuh pun langsung mengangguk.

"Aku sudah sehat Ma. Ayo jelasin siapa dia sebenarnya?" ucap Ara melirik kearah Ghazi.

"Dia ... dia suami kamu Ra."

Genggaman Ara ditangan Zelin langsung terlepas. Sekejap otaknya terasa kosong. Terlalu terkejut dengan apa yang dikatakan oleh sang mama.

"Suami? Kapan aku menikah?" batin Ara tecengang.

"Mama bercanda yah?" lirihnya tersenyum geli. Berharap sang mama akan mengangguk dan tertawa karena berhasil menipunya. Tetapi yang terlihat, Zelin menggeleng dengan raut wajah rumit membuat Ara diam seribu bahasa.

"Dia Ghazi, suami sah kamu Ra." ucap Zelin menyodorkan ponselnya yang kini menampilkan sebuah vidio. Ara langsung meraihnya.

Prosesi ijab kobul langsung terputar dengan suara seorang pria yang menyebut namanya dengan lantang dan pasti. Bahkan wajah Ara dan pria yang kini duduk di depannya terus terpampang dengan jelas di dalam vidio. Tangan Ara seketika gemetar. Ia langsung menyentak ponsel milik Zelin ke atas meja.

"Nggak! Itu semua pasti cuma rekayasa kan Ma?" ucap Ara tak percaya. "Aku belum menikah! Aku nggak kenal sama dia Ma!" teriak Ara menatap sinis kearah Ghazi.

"Tenang sayang, tolong dengerin penjelasan mama dulu, mama mohon Ra." ujar Zelin menarik pelan tangan Ara. Wanita itu berdiri terlihat tidak terima.

"Oke, ayo jelasin sekarang juga." sahut Ara menatap sang mama lekat. Kedua matanya mulai memerah hampir menangis.

"Waktu itu, kamu ditemukan tidur berdua dengan Ghazi di pos ronda Ra, semua warga langsung salah paham, dan memaksa kalian untuk menikah." jelas Zelin pelan.

"Lalu kenapa mama nggak menentang saat itu Ma? Ara nggak mau menikah dengan orang yang Ara nggak kenal!" sahut Ara menatap sang mama kecewa.

"Ra, mama saat itu kalut. Para warga mengancam akan membakar kalian hidup-hidup kalau kalian nggak mau menikah. Ibu mana yang tega melihat anaknya dibakar Ra?" balas Zelin menggebu.

Tubuh Ara seketika meluruh terduduk di atas sofa. Sebulir air mata mulai menetes membasahi pipi putihnya. Pikirannya carut marut bingung harus merespon apa.

"Mama keterlaluan!" ucapnya lirih, tak kuasa menahan emosi yang kini memenuhi seluruh tubuhnya.

Melihat anaknya yang tiba-tiba berlari keluar, Zelin bergerak hendak menahan wanita itu, namun Ghazi menghentikannya.

"Biar aku yang coba berbicara dengannya, Ma."

Seusai menyalami mertuanya, Ghazi pun bergegas. Pria itu melangkahkan kakinya dengan cepat, untuk mengejar istrinya itu.

Selang beberapa menit, Ghazi akhirnya menemukan Ara yang sedang terduduk di sebuah ayunan di taman. Pria itu bisa melihat sang istri menundukkan kepalanya, dengan bahu yang bergetar.

Tak ingin mengejutkan Ara, Ghazi pun menghampirinya, dan duduk di ayunan sebelahnya tanpa mengeluarkan suara.

“Kenapa kamu ngikutin saya? Saya nggak kenal sama kamu.” ucap Ara, tersadar jika pria tak dikenalnya itu kini sudah terduduk diam di sampingnya.

Untuk beberapa menit, Ara tak mendengar balasan apapun dari pria itu. Dia hanya bisa mendengar gemerisik pohon yang terkena hembusan angin.

Namun, tiba-tiba, sebuah sentuhan halus di permukaan tangannya mengejutkan wanita itu.

“Ara, saya ngikutin kamu karena memang seharusnya begitu,”

Ketika Ara menengok, pemandangan di depan matanya membuatnya merasakan perasaan yang tak bisa dijelaskan. Manik pria di hadapannya ini menatapnya dalam, seolah tak ingin melepaskan Ara. Belum sempat Ara membalas, pria itu sudah kembali berbicara.

“Dan saya juga akan menunggu sampai kamu siap mengenal saya sebagai suami kamu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sejuta Rahasia Suami Kaya Raya    68. Liontin Rubah

    Ghazi berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Dokumen yang tertukar, mengharuskannya kembali untuk mengambil yang benar."Di mana dokumen itu?"Ghazi terus mencari. Ia memilah-milah tumpukan kertas yang ada di ruang kerjanya dan prang! Sikunya tak sengaja menyenggol foto Ara yang ada di atas meja. Merunduk, Ghazi membersihkan foto tersebut dari serpihan kaca.Ketika sedang memandangi wajah Ara, dada Ghazi tiba-tiba berdenyut sakit. Perasaannya mendadak tak enak dan bayang-bayang sang istri terus muncul dalam benaknya. Ada apa ini?Baru saja ingin mencoba menghubungi Ara untuk menanyakan kabar wanita itu, Willy lebih dulu menelponnya membuat Ghazi mau tak mau segera kembali ke kantor mengesampingkan kekhawatirannya terhadap sang istri.Waktu terus berlalu, pekerjaan Ghazi akhirnya selesai juga. Pria itu baru sampai di rumah sekitar pukul tujuh malam. Ghazi berharap disambut oleh Ara, namun ternyata hanya ada Biru yang menunggu kedatangannya."Mama ke mana sih Pa? Kok mama nggak pulang-pula

  • Sejuta Rahasia Suami Kaya Raya    67. Tumbang

    Hujan rintik-rintik mengiringi acara pemakaman Carol. Semua orang di keluarga Addaith ikut hadir termasuk Zelin dan Roan. Dari sekian banyaknya orang, yang paling terpukul atas kematian Carol adalah Ara. Sedari tadi, wanita itu hanya diam dipelukan Ghazi dengan tatapan kosong. Satu persatu, orang-orang mulai meninggalkan pemakaman menyisahkan Ara dan Ghazi serta Giana yang berdiri tak jauh dari mereka. "Amour, ayo kita pulang." Ara menggeleng. "Saya masih mau di sini, Mas. Kamu pulanglah lebih dulu,"Ghazi diam merasa bimbang. Ia tidak mungkin meninggalkan Ara seorang diri dalam keadaan terpuruk seperti ini, namun meeting penting yang harus Ghazi hadiri juga tidak bisa diabaikan begitu saja."Pergilah Zi, kamu ada meeting kan hari ini? Biar Ara tante yang menemani." ucap Giana tersenyum lembut. Melihat sang istri yang hanya diam, Ghazi pun menganggap kalau wanita itu tidak keberatan kalau dirinya pergi. Sedikit menunduk, Ghazi pun berucap, "Amour, saya pergi dulu sebentar ya? Di si

  • Sejuta Rahasia Suami Kaya Raya    66. Gugurnya sang penjaga

    Ara melangkah ke sana kemari mencari keberadaan Carol yang tak kunjung ia temukan. Sejak pulang dari rumah Zelin sampai menjelang sore, batang hidung wanita itu tidak terlihat di mana pun. "Kamu di mana sih Carol?" keluh Ara mencoba menghubungi wanita itu. Merasa lelah, Ara yang tengah berada di dalam kamar Carol pun mendudukan diri di tepian ranjang milik wanita itu.Seperti biasa, kamar Carol selalu rapi. Ara terus menelisik sampai matanya melihat secarik kertas di antara tumpukan buku, ia pun meraihnya. [Nyonya, Anda adalah wanita terbaik yang pernah saya temui setelah ibu saya. Saya pamit ya, Nyonya?]Ara tertegun membaca sederet kata yang tertuang di dalam surat tersebut. Jadi ... Carol pergi meninggalkannya? Tetapi kenapa? Ara segera bangkit membuka lemari milik wanita itu. Tak menemukan apa pun di dalam sana, Ara mulai dirundung panik. Wanita itu berlari ke luar sembari memanggil-manggil nama Carol. "Amour, apa yang kamu cari?"Ara berjengit ketika suara Ghazi tiba-tiba terd

  • Sejuta Rahasia Suami Kaya Raya    65. Ibuku, Pembunuh?

    "Selamat pagi, Tan." sapa Ara tersenyum ke arah Giana yang sudah duduk di salah satu kursi meja makan. Dengan santai, ia mengecup pipi sang tante membuat wanita itu mendelik tak terima. Menekan rasa kesalnya, Giana memilih berteriak memanggil salah satu pelayan agar membawakan secangkir kopi untuknya. Tetapi bukannya mendapatkan kopi, Giana malah diberi segelas air putih. "Maaf Bu, mengingat umur Anda yang tidak lagi muda, air putih lebih baik untuk kesehatan Anda."Ara nyaris menyemburkan tawanya mendengar perkataan Carol. Entah bagaimana ceritanya wanita itu bisa memegang bagian dapur, yang jelas, Ara cukup terhibur melihat wajah Giana yang kini berubah masam. "Saya tidak memanggil kamu, Carol. Saya memanggil Mira!""Sstt ... jangan marah-marah, Tan. Ini masih pagi loh, Tante mau wajah Tante semakin keriput?" "Kamu," desis Giana hampir melayangkan sendok di tangannya ke arah Ara kalau saja Ghazi tidak berjalan mendekati mereka. "Selamat pagi semua,""Selamat pagi, Mas." sahut A

  • Sejuta Rahasia Suami Kaya Raya    64. Berdamai

    "Ayo jelaskan semuanya sekarang juga, Carol." desak Ara menancapkan sebilah pisau ke sebuah apel sebelum mencincangnya dengan brutal. Kesabarannya mulai menipis menunggu Carol yang sengaja menyibukkan diri.Carol meringis. Menyadari kalau sang nyonya mulai kesal, ia pun mengalah. Bergerak menaruh sapu di tangannya, kemudian beranjak duduk di samping wanita itu."Apa Anda melihat sebuah villa yang berada di sisi barat hutan, Nyonya? Itu adalah villa milik Giana. Saya bertemu dengannya di sana dan kami bertengkar. Tidak terima karena saya memintanya untuk mengakui semua kesalahannya, dia mendorong saya dari lantai atas. Saya jatuh ke sungai dan seperti yang Anda lihat, saya berhasil selamat."Ara tercengang sampai menjatuhkan pisau di tangannya. Cerita Carol, terdengar seperti kisah thriller yang sangat mengerikan. Kalau memang Giana terbukti melakukan itu semua, Ara bersumpah akan menjaga jarak dengan wanita itu. "Tapi kenapa? Kenapa hanya karena masalah sepele seperti itu dia tega me

  • Sejuta Rahasia Suami Kaya Raya    63. Mencari bukti

    "Tetap di sana dan jangan mendekat."Ghazi benar-benar kesal dengan Olivia yang terus menyambanginya. Sejak mendengar dirinya sakit, wanita itu memang selalu mengekorinya seperti anak kucing. Ini semua gara-gara Giana! Wanita tua itu sengaja meminta Olivia untuk menemani Ghazi dengan alasan agar sang ponakan tidak merasa kesepian."Ayolah Zi, aku kan hanya ingin lebih dekat denganmu, masa nggak boleh?" Ghazi meremas pulpen di tangannya. Kenapa Olivia tidak paham juga kalau dirinya tidak mau diganggu? "Dengar Oliv, saya tidak suka melihat kamu di sini. Sebaiknya kamu pergi seka--""Sayang, jangan terlalu kasar pada Olivia. Bukankah beberapa hari ini dia telah merawatmu? Berterimakasihlah padanya dengan bersikap baik." ujar Giana menepuk pelan pundak Ghazi. Wanita itu mengambil duduk tak jauh dari mereka sembari menikmati secangkir teh. "Dengar Zi? Kamu harus bersikap baik padaku. Berhubung hari ini kondisi kamu sudah jauh lebih baik, gimana kalau kita jalan-jalan ke luar?"Ghazi sont

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status