Share

Bab 19

Penulis: Melvii_SN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-27 08:30:35

Perlahan, Jihan berdiri membeku di tempatnya. Napasnya tercekat, matanya membelalak menatap sosok yang baru saja muncul dari balik pintu ruangan itu.

Tubuhnya gemetar hebat. Keringat dingin membasahi telapak tangannya, dan jantungnya berdetak seolah hendak meledak. Lidahnya kelu, tidak ada satu kata pun yang mampu ia ucapkan. Ribuan pertanyaan menyeruak dalam kepalanya, tetapi semuanya terjebak di tenggorokan.

"Kenapa diam saja? Cepat lakukan operasi bayiku!" ulang Reynand, kali ini lebih keras.

Dokter dan perawat tampak saling berpandangan, bingung, namun segera mengangguk patuh saat melihat kartu identitas dan otoritas yang ditunjukkan Reynand.

"Baik, Pak."

Tanpa menghiraukan Jihan, dokter langsung memerintah perawat untuk membawa bayi menuju ruang operasi, menyisakan Jihan dan Reynand yang diambang ketegangan. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia menggamit lengan Jihan. Sentuhan itu tidak kasar, namun cukup kuat untuk membuat Jihan terpaksa mengikuti langkahnya.

Mereka berjalan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 19

    Perlahan, Jihan berdiri membeku di tempatnya. Napasnya tercekat, matanya membelalak menatap sosok yang baru saja muncul dari balik pintu ruangan itu. Tubuhnya gemetar hebat. Keringat dingin membasahi telapak tangannya, dan jantungnya berdetak seolah hendak meledak. Lidahnya kelu, tidak ada satu kata pun yang mampu ia ucapkan. Ribuan pertanyaan menyeruak dalam kepalanya, tetapi semuanya terjebak di tenggorokan. "Kenapa diam saja? Cepat lakukan operasi bayiku!" ulang Reynand, kali ini lebih keras. Dokter dan perawat tampak saling berpandangan, bingung, namun segera mengangguk patuh saat melihat kartu identitas dan otoritas yang ditunjukkan Reynand. "Baik, Pak."Tanpa menghiraukan Jihan, dokter langsung memerintah perawat untuk membawa bayi menuju ruang operasi, menyisakan Jihan dan Reynand yang diambang ketegangan. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia menggamit lengan Jihan. Sentuhan itu tidak kasar, namun cukup kuat untuk membuat Jihan terpaksa mengikuti langkahnya. Mereka berjalan

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 18

    Nama itu sukses membuat Jihan membeku, tak lama kemudian panggilan berakhir. Akan tetapi, tidak berselang lama ponselnya bergetar lagi, dan itu sudah panggilan yang ketiga. Dua hingga tiga menit berlalu, Jihan hanya menatap nanar, tangannya menggenggam kursi ruang tunggu rumah sakit, disertai napas tak beraturan. "Bagaimana ini? Haruskah ku jawab teleponnya? Tapi, bagaimana kalau Pak Reynand akan menginterogasiku? Sedang aku tidak akan sanggup menjawab semua pertanyaan-pertanyaannya?"Kegelisahan terus menghantui benak Jihan, situasinya saat ini benar-benar terhimpit. Jihan benar-benar tak bisa berpikir jernih, hingga akhirnya dengan tangan gemetar, ia menyentuh ikon hijau di layar, menandakan menerima panggilan. "Ha-halo, assalamualaikum." Suara Jihan sedikit bergetar, berusaha tenang meski sulit. "Wa'alaikumsalam. Kenapa lama sekali baru menjawab? Dimana kamu sekarang? Kenapa kontrakan mu kosong?" Glek!Jihan menarik napas panjang, mencoba menahan kegugupan yang nyaris menumpah

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 17

    Malam itu, di tengah sepinya jalan raya, Jihan berlari dengan terburu-buru, langkah kakinya terasa berat seiring dengan detak jantung yang semakin cepat. Bayinya, Rangga yang kini ada dalam pelukannya, terbungkus dalam selimut tipis, namun sudah cukup untuk melindungi dari udara dingin malam. Setiap langkahnya terasa seperti langkah terakhir, dan rasa takut begitu mencekam di dadanya.Di tengah-tengah kebingungannya, Jihan menyeberang jalan tanpa memerhatikan kondisi sekitar. Di saat yang sama, sebuah mobil hitam melaju cepat dari arah berlawanan, dan anak buah Reynand yang ada di dalamnya memperhatikan sosok wanita yang tergesa-gesa itu. Salah satu dari mereka, Faris, segera memerintahkan pengawalnya untuk mengikuti."Itu Jihan! Cepat kejar dia! Jangan sampai dia lolos!" suaranya terdengar penuh ketegasan.Jihan yang merasa ada yang aneh berhenti sejenak, menoleh ke belakang, dan merasakan hawa yang tidak bersahabat. Begitu ia melihat beberapa orang berge

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 16

    Derik itu juga, Reynand langsung mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Tangan kirinya bergetar, entah karena gugup, panik, atau sesuatu yang lebih dalam—takut kehilangan lagi. Ia menatap layar, nama "Jihan" terpampang jelas, dan tanpa berpikir panjang, ia langsung menekan tombol panggil.Nada sambung terdengar, "Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau—""Ck! Kenapa dia tidak aktif?" Tak patah arang, Reynand kembali melakukan panggilan. Sekali.Dua kali.Tiga kali."Maaf, nomor yang anda—""Sial! Kenapa hapenya tidak bisa dihubungi?!"Sepasang alis tebalnya mengerut, napasnya tertahan. Beberapa saat kemudian ia mencoba lagi, kali ini dengan nada bicara bergetar, "Jawab, Jihan ... jawab," gumamnya pelan, hampir seperti doa yang memohon. Namun hingga dering kesekian kalinya, sambungan masih juga tak kunjung diangkat. Hanya suara mesin penjawab yang menyisakan keheningan menusuk.

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 15

    Petang itu langit tampak suram, seolah memahami beban yang dirasakan Jihan setelah mendengar pernyataan Reynand tentang bayinya. Baru saja masuk ke dalam rumah, tubuhnya limbung dan bersimpuh di lantai ruang tamu yang sepi. Ia menelungkupkan wajah di atas kedua telapak tangannya, diikuti air mata mengalir tanpa bisa dibendung lagi. "Astaghfirullah, Ya Allah," gumamnya berulang-ulang, diselingi isakan menyayat hati. Wajah Reynand dengan suara lirihnya yang menyebutkan nama Rangga Wiranu Davidson, tatapan penuh luka saat menceritakan bayinya yang hilang, dan kenyataan mengerikan yang merobek seluruh pertahanan Jihan.Ia menatap ke arah kamar, tempat di mana bayinya, ralat, bayi Reynand tertidur dengan damai. "Ya Allah ... ujian seperti apa ini? Rasanya sakit sekali. Ba-bayi itu, Rangga, dia adalah bayi Pak Reynand yang hilang? Bagaimana mungkin? Bu-bukankah dia sudah membuangnya? Lalu, kenapa masih mencari?" Tangis Jihan kian pecah, sua

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 14

    Reynand membelalakkan mata, seolah tersadar dari lamunannya. Ia cepat-cepat membetulkan posisi duduk, lalu tertawa kecil yang terdengar canggung.“Ah ... maaf. Maksud saya bukan begitu. Saya hanya asal bicara.” Ia menggaruk tengkuknya pelan. “Sama seperti kamu waktu itu menyebut nama rumah sakit secara asal, mungkin itu hanya refleks.”Jihan terdiam sejenak, lalu ikut tertawa kecil. Namun hatinya bergolak. Ada sesuatu yang terasa janggal. Kalimat itu, nada suara Reynand, semuanya terlalu tulus untuk sekadar ‘asal bicara’.“Begitu ya ...” gumam Jihan, mencoba menenangkan dirinya sendiri.Akan tetapi, Reynand kembali bersuara, kali ini lebih serius. Tatapannya terarah penuh pada Jihan. “Tapi kalau boleh jujur, saya memang penasaran. Tentang bayimu, maksud saya. Bagaimana keadaannya sekarang?”Jihan mengangguk perlahan, meski rasa was-was belum juga surut. “Baik,” jawabnya singkat. “Sehat. Alhamdulillah ... dia sehat.”Reynand terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status