Share

Bab 20

Author: Melvii_SN
last update Last Updated: 2025-06-01 08:00:49

Sejenak, suasana ruang tunggu terasa sunyi. Hanya detak jarum jam yang terdengar keras di antara mereka. Kalimat Reynand sukses membuat Jihan membeku, dan tawanya terhenti seketika.

Perlahan, ia menatap Reynand, mencari gurauan dalam tatapannya, tapi yang ia temukan justru kesungguhan. Tak ada senyum main-main atau canda terselubung.

"Kenapa diam?"

"Huh?" Jihan terkesiap, "O, bu-bukan. Tadi Bapak bilang ... menikah?"

Reynand menyenggut, "Saya ingin Rangga mempunyai orangtua lengkap, selain itu ... saya ingin melindungi mu juga."

Deg!

Pernyataan terang-terangan itu membuat Jihan membeku, dadanya sesak oleh jutaan emosi yang berloncatan tak beraturan. Otaknya mencoba memproses semuanya, namun hatinya masih dikuasai gemuruh yang tak bisa diredakan dengan logika.

"Tapi, semua ini terlalu cepat, Pak. Saya—"

"Bukankah kamu mencintai Rangga seperti anak sendiri? Saya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 24

    Deg! Untuk kesekian kalinya Jihan terpaku, perlahan ditatapnya Reynand yang tak mengalihkan pandangan. “Pak—" "Tidak usah dijawab sekarang. Yang penting, kamu sudah dah makan," timpal Reynand, kemudian berdiri dan berjalan ke pintu, berhenti sebentar, lalu menoleh. "Nanti malam kalau kamu memimpikan saya, tidak usah kaget. Karena biasanya, saya suka hadir di alam bahwa sadar wanita cantik." “Pak Reynand!” Jihan kembali melempar bantal kecil ke arahnya. Sedang Reynand tertawa puas dan keluar dari ruangan, meninggalkan Jihan yang duduk dengan wajah merah padam, tersenyum-senyum sendiri. ** Langit pagi itu tampak pucat, menaungi gedung megah Davidson Group yang menjulang di tengah keramaian kota. Di antara lalu-lalang para karyawan berdasi dan berseragam rapi, seorang pria dengan kemeja putih dan sepatu bolong di sisi kanan berdiri kaku di dekat lobi. So

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 23

    Ruang rawat eksklusif tampak begitu tenang. Hanya terdengar suara nafas lembut Baby Rangga yang sedang menyusu dengan Jihan. Tak ada lagi isapan pendek yang membuat cemas seperti sebelumnya. Nafas Baby Rangga tenang, ritmenya stabil, dan tangannya yang mungil menggenggam ujung baju Jihan seolah tak ingin dilepas. Sesekali Jihan membelai rambut tipis Rangga sambil bergumam pelan, nyaris seperti percakapan rahasia antara ibu dan anak. Senyum kecil tersungging dari bibirnya, seolah seluruh dunia telah mengecil, menyisakan hanya mereka berdua. Namun ketenangan itu buyar tatkala .... "Kalau seperti ini, kemungkinan saya juga butuh ASI." "A-astaghfirullah!" Jihan tersentak kaget, seketika wajahnya merah padam. Refleks, ia menutup dada, kemudian dengan hati-hati memindahkan Rangga ke boks bayi di samping ranjang. Lalu, buru-buru merapikan kancing bajunya yang terbuka separuh.

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 22

    Tiga hari berlalu penuh ketegangan, selama itu pula Jihan tak pernah tidur nyenyak. Mata sembab dan wajah pucat pun tak ia pedulikan lagi, yang ada di pikirannya hanya satu, menunggu bayinya keluar dari ruang PICU ke ruang perawatan. Keinginan itu jelas bukan harapan Jihan seorang, melainkan Reynand juga yang selalu mampir sebelum dan sepulang kerja. Mereka layaknya sepasang suami-istri yang menanti buah hati kembali ke dalam dekapan, mesra tak terucap. "Sudah makan?" tegur Reynand duduk di sebelah Jihan. "Sudah. Bapak sendiri?" Reynand mengangguk. 30 menit berlalu, samar terlihat seorang dokter keluar dari ruang PICU. Bergegas Reynand dan Jihan berdiri menghampiri, menanti kondisi terbaru Baby Rangga. "Bagaimana, Dok?" Senyum tipis terpancar di wajah sang dokter, "Alhamdulillah Pak Reynand, Bu Jihan, kondisi Baby Rangga sudah stabil. Ananda sudah sadar penuh, dan refleks menyusunya mulai kembali. Selanjutnya, sudah boleh diberi ASI secara langsung. Juga, ananda bis

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 21

    "Bagaimana mengenai tawaranku tadi? Maukah kamu menerimanya?" Tanpa diduga, Reynand kembali mengajukan pertanyaan yang sama. "Maaf, Pak. Sepertinya saya tidak bisa," jawab Jihan seraya menekuk wajah. Reynand tak langsung menimpali, ia hanya menatap lurus ke dinding rumah sakit yang sepi, lalu menjawab dengan suara tenang. "Tak apa. Saya tidak pernah berniat memaksa." Kata-katanya ringan, tapi membekas. Tak ada nada kecewa, hanya ketulusan yang ditawarkan. "Tapi, jika berkenan saya meminta mulai sekarang untuk tinggal di rumah saya. Bukan sebagai istri, bukan sebagai wanita yang harus mencintai suaminya, tapi sebagai ibu dari Rangga." "Saya tidak bisa memberinya ASI. Percayalah, saya sudah mencoba segala macam cara, tetap saja tidak keluar." Seketika Jihan menutup mulutnya, menahan tawa yang nyaris meledak. Ia bahkan sampai memalingkan wajah, tidak percaya lelaki seserius Reynand bisa berkata seperti itu dengan polos. Reynand ikut tertawa kecil. "Lucu ya? Tapi serius

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 20

    Sejenak, suasana ruang tunggu terasa sunyi. Hanya detak jarum jam yang terdengar keras di antara mereka. Kalimat Reynand sukses membuat Jihan membeku, dan tawanya terhenti seketika. Perlahan, ia menatap Reynand, mencari gurauan dalam tatapannya, tapi yang ia temukan justru kesungguhan. Tak ada senyum main-main atau canda terselubung. "Kenapa diam?" "Huh?" Jihan terkesiap, "O, bu-bukan. Tadi Bapak bilang ... menikah?" Reynand menyenggut, "Saya ingin Rangga mempunyai orangtua lengkap, selain itu ... saya ingin melindungi mu juga." Deg! Pernyataan terang-terangan itu membuat Jihan membeku, dadanya sesak oleh jutaan emosi yang berloncatan tak beraturan. Otaknya mencoba memproses semuanya, namun hatinya masih dikuasai gemuruh yang tak bisa diredakan dengan logika. "Tapi, semua ini terlalu cepat, Pak. Saya—" "Bukankah kamu mencintai Rangga seperti anak sendiri? Saya

  • Sejuta Untuk Sekali Menyusui   Bab 19

    Perlahan, Jihan berdiri membeku di tempatnya. Napasnya tercekat, matanya membelalak menatap sosok yang baru saja muncul dari balik pintu ruangan itu. Tubuhnya gemetar hebat. Keringat dingin membasahi telapak tangannya, dan jantungnya berdetak seolah hendak meledak. Lidahnya kelu, tidak ada satu kata pun yang mampu ia ucapkan. Ribuan pertanyaan menyeruak dalam kepalanya, tetapi semuanya terjebak di tenggorokan. "Kenapa diam saja? Cepat lakukan operasi bayiku!" ulang Reynand, kali ini lebih keras. Dokter dan perawat tampak saling berpandangan, bingung, namun segera mengangguk patuh saat melihat kartu identitas dan otoritas yang ditunjukkan Reynand. "Baik, Pak."Tanpa menghiraukan Jihan, dokter langsung memerintah perawat untuk membawa bayi menuju ruang operasi, menyisakan Jihan dan Reynand yang diambang ketegangan. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia menggamit lengan Jihan. Sentuhan itu tidak kasar, namun cukup kuat untuk membuat Jihan terpaksa mengikuti langkahnya. Mereka berjalan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status