Share

Sekertaris Kesayangan Tuan Seno
Sekertaris Kesayangan Tuan Seno
Penulis: Bulanbintang

Bab 1. Tatapan Mata Para Pria

Hari pertama kerja yang merupakan hari terburuk bagi Agatha, bahkan dia mengutuk dirinya sendiri karena telah menerima tawaran pekerjaan ini, jika boleh meminta mungkin dirinya lebih baik menganggur dari pada bertemu dengan seseorang di masa lalunya.

"Arghhh... gila kali ya tuh Boss, masa di hari pertama aku sudah diperlakukan seperti budak?" ucapnya dengan kesal sambil membuatkan kopi sesuai dengan perintah bosnya tadi.

Entah sudah berapa kopi yang dia buat dan sudah berapa kali banyaknya dia menginjakkan kaki di tempat ini. Wajahnya yang menekuk karena baginya ini semua adalah sebuah bencana.

Setelah dia selesai membuatkannya dan langsung saja dia kembali ke ruangan bosnya untuk memberikan kopi tersebut. Entah sudah berakhir atau mungkin dirinya harus kembali membuat kopi lagi karena alasan tak masuk akal yang keluar dari mulut seorang Seno.

Dengan wajah yang memerah dan tangan kanan kiri diam-diam terkepal Agatha memasuki ruangan.

"Ini kopi sesuai dengan permintaan Bapak," ucap Agatha dengan lembut sambil meletakkan kopi di atas meja kerja bosnya.

Walau terlihat tampan namun sikap bosnya sangatlah buruk. Dan entah kenapa Agatha tiba-tiba saja merasa gugup kembali, tidak tahu karena masa lalunya atau mungkin karena dia takut jika kopi yang dibuat rasanya sama seperti sebelumnya.

Byur!

Mata membulat terkejut melihat dengan santainya kopi disemburkan mengenai pakaiannya, untung saja air kopi itu tidak begitu panas namun kemeja putih milik Agatha terlihat menjijikan.

"Pak kenapa.... "

"Berani melawan? Maka kamu akan saya pecat dan.... "

"Dan tidak ada lagi perusahaan yang menerima saya," sambung Agatha memotong ucapan bosnya. Dia hanya bisa membisu saja diancam seperti itu, karena mendengar ucapan banyak orang tentang Pak Seno itu yang selalu saja bertindak sesuka hati dan tak main-main. Bagi Pak Seno sekali menepuk lalat maka lalat tersebut akan mati dengan mudah.

"Sudah tahu bukan? Apa permintaan saya sangatlah sulit? Kamu tahu kan kalau saya hanya meminta dibuatkan kopi seperti buatan Ibu saya, tapi kopi buatan kamu rasanya justru sangatlah buruk. Cuih... dasar tak berguna," jawabnya dengan menatap Agatha dari atas sehingga membuat Agatha terlihat risih.

Tatapan kesal Agatha terlihat begitu jelas, dia tidak tahu siapa disini yang bodoh dirinya atau Pak Seno. Dan jelas saja bagaimana dirinya bisa membuatkan kopi sesuai seperti dengan buatan Ibu bosnya itu? Jika seperti itu bukankah Agatha harus belajar terlebih dahulu, dan berarti dirinya harus menyusul Ibu Pak Seno yang telah tiada.

"Apa Pak Seno mengenal saya?" tanya Agatha karena dia takut jika bosnya itu mengenal dirinya dan melakukan ini semua dengan sengaja.

"Ya, kamu Agatha sekertaris ceroboh dan tak bisa diandalkan."

Jawaban yang benar-benar membuat Agatha terkejut, menahan emosinya untuk tidak marah. Karena jika dia dipecat maka dirinya akan menjadi pengangguran selamanya dan jika dirinya memundurkan diri maka Agatha harus membayar sanksi yang jumlahnya sangatlah besar.

"Saya serius Pak," jawab Agatha dengan tersenyum lembut namun dalam hati dia mengetuk bos galaknya itu.

"Saya hanya mengenali kamu sebagai sekertaris saya saja Agatha, dan cepat bersihkan pakaian kamu atau saya yang akan bersihkan!" ucapnya dengan menatap tubuh Agatha.

Sontak Agatha menutupi kemeja yang terdapat noda hitam bekas kopi pada bagian dadanya itu, "Baik Pak Seno saya akan mengganti pakaian," jawab Agatha dan pergi.

Nafas tak beraturan ketika keluar dari ruangan Pak Seno, dirinya benar-benar tak bisa marah sedikit pun dan hanya pria itulah yang mampu membuat harga dirinya jatuh."Apa Pak Seno benar-benar tak mengingatku atau mungkin Pak Seno hanya berpura-pura saja?" ucapnya dengan melamun.

Dirinya yang masih berada di depan ruangan Pak Seno karena sedang memikirkan cara bagaimana dia harus mengetahui kalau bosnya itu berpura-pura atau tidak terhadap kejadian di masa lalu mereka berdua. "Aku harus berbuat sesuatu!" ucapnya telah memutuskan kalau dia harus benar-benar bertindak agar tak kembali mendapatkan sikap seperti tadi lagi.

"Agatha kamu masih berada di depan ruangan saya? Cepat pergi atau saya ganti pakaian kamu di dalam!" ucapnya dengan dari balik jendela yang terbuka.

Agatha terdiam sejenak, berada dekat samping jendela terbuka membuatnya terdengar begitu dengan jelas suara Pak Seno walau suara tersebut begitu pelan.

"Eh... maaf Pak," jawab Agatha dan langsung saja pergi melangkahkan kakinya.

***

Agatha menatap dirinya dari pantulan cermin. Lekuk tubuhnya sangatlah terlihat karena kemeja yang baru saja dia pinjam. Dia hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Aku benar-benar tak nyaman dengan ini, dan aku tidak mungkin harus memakai kemeja kotor itu," ucap Agatha menatap kemejanya yang sudah kotor. Dia pun memilih keluar setelah selesai berganti pakaian.

"Wow... kamu terlihat begitu cantik Agatha apalagi dengan lekuk tubuhmu itu," ucap teman perempuannya takjub melihat tubuh Agatha yang merupakan impian banyak para wanita.

Agatha tak terlalu kurus dan juga tak gemuk, wajahnya yang cantik membuat banyak orang terkagum-kagum apalagi dengan sikap baiknya itu. "Ya, terimakasih Hana tapi aku sangat tak nyaman," jawab Agatha dengan lesu.

"Kenapa? Percaya diri saja, namun kamu harus berhati-hati ketika kerja nanti," jawab Hana dengan berbisik.

"Hati-hati apa?" Agatha yang terlihat bingung dengan ucapan Hana barusan.

"Hati-hati dengan Pak Seno!" celetuk Hana dengan kesal.

Mendadak lesu, ya Agatha lupa akan suatu rumor kedua mengenai Pak Seno yang begitu terkenal. Dirinya sontak saja menelan salivanya. "Apa itu benar Hana?" tanya Agatha memastikan.

Hana menjawabnya dengan anggukan kepala. "Sudah tak usah dipikirkan, Pak Seno tak mungkin bermacam-macam pada hari pertama kamu jika tidak dia akan kehilangan sekertaris pintar sepertimu Agatha," jawab Hana menenangkan agar Agatha tidak takut.

Agatha mengangguk dan mereka melangkahkan kakinya menjauh dari kamat mandi. Keduanya terpisah pada ujung lorong karena ruangan mereka berbeda. Selama perjalanan tadi Agatha tak henti-henti berpikir, ya dia sangat takut jika sesuatu kembali terulang lagi. Rumor gila yang kini terngiang-ngiang di pikirannya membuat Agatha menjadi gelisah, bahkan selama perjalanan menuju ke ruangannya banyak sekali mata para pria yang menatap tubuhnya. Apa nanti Pak Seno akan melakukan hal yang sama? Tanpa sadar langkah Agatha terhenti di ruangan Pak Seno, dirinya tak mungkin kembali dan bersembunyi di ruangan miliknya karena dia harus mengambil berkas yang sudah ditandatangani oleh bosnya itu.

Mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kembali sebelum masuk agar dirinya sedikit tenang.

Tok!

Tok!

"Masuk!"

Bukannya tenang, Agatha justru sangatlah gugup terlebih lagi dengan jawaban yang dia dengar barusan.

Ceklek!

Dia membuka pintu dan melangkah kakinya masuk secara perlahan. "Pak saya ingin mengambilnya.... " Terdiam membeku sejenak bahkan kakinya sangatlah kaku untuk digerakkan saat melihat Pak Seno berjalan mendekati dirinya sambil menatapnya. "Bapak mau apa?" tanya Agatha yang terdiam di tempat.

"Menurutmu?" tanya Pak Seno yang terus saja melangkah maju.

Apa yang akan dilakukan oleh Pak Seno kepada Agatha?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status