Share

Bab 2. Saya Bukan Wanita Murahan

Bodoh! Itulah yang saat ini menggambarkan diri Agatha, dirinya menjadi berpikiran kotor karena rumor mengenai Pak Seno. Dan Agatha harus menghilang dari bumi karena rasa malunya.

Bugh!

Bugh!

Kepalanya yang dia benturkan pada atas meja dengan pelan namun lama-kelamaan terasa begitu sakit. "Arghhhh... kenapa aku harus menciumnya si?" ucap Agatha dengan menyesali perbuatan yang dia lakukan tadi. 

Sudah tentu dirinya akan dipecat bukan karena tindakan tak sopan yang dia lakukan, dan mengingat kejadian beberapa menit yang lalu membuat Agatha menangis malu.

"Bapak mau apa?" tanya Agatha yang masih dalam posisi sama, dia tak bergerak sedikit pun ketika Pak Seno berjalan mendekati dirinya.

Bahkan ketika Pak Seno berdiri dihadapannya Agatha terdiam. "Kenapa kamu harus bertanya Agatha? Jika saya berada dengan jarak sedekat ini apa yang akan saya lakukan?" tanya Pak Seno yang justru memberikan pertanyaan pada Agatha.

Agatha tak tahu harus jawab apa dan yang saat ini ada dipikirannya adalah kalau Pak Seno akan mencium dirinya. Dia tak mau bibirnya kembali disentuh kedua kali oleh Pak Seno, sehingga membuat Agatha tak berpikir panjang untuk melakukan sesuatu.

Cup!

Bibir merah merona milik Agatha mendarat pada pipi kanan milik Seno sehingga membuat pemilik pipi tirus itu terkejut. "Kenapa kamu mencium pipi saya Agatha?" tanya Seno dengan wajah yang merah padam.

Agatha terdiam melihat raut wajah marah bosnya, dia hanya ingin membuat Pak Seno terkejut lalu terdiam mematung dengan apa yang dirinya lakukan sehingga membuat Agatha bisa meloloskan dirinya dan juga berhasil kabur. Namun siapa sangka Seno justru terlihat marah besar. "Maaf Pak saya hanya.... "

"Kamu tahu tidak tadi saya ingin berbaik hati meminjamkan jas saya untuk menutupi tubuhmu tapi kamu dengan berani mencium pipi saya." Terlihat kesal dengan perlakuan Agatha barusan sedangkan Agatha justru tersenyum malu.

"Maaf Pak, saya tidak tahu. Kalau begitu saya permisi," jawab Agatha dan membalikkan tubuhnya namun langkahnya terhenti karena mendapatkan tepukan pada pundaknya dari tangan seseorang, dan siapa lagi kalau bukan Pak Seno karena di situ hanya ada mereka.

"Bawa berkas itu!" ucapnya dengan wajah yang kembali datar.

Agatha memutarkan kepalanya, dia mengangguk dan mengambil berkas pada map biru yang berada di atas meja.

Lamunannya buyar ketika mendengar ketukan pintu.

Tok!

Tok!

Tok!

"Agatha bukan pintumu cepat!"

Suara yang membuatnya terkejut dan panik serta takut seketika. "Pak Seno datang, aku harus apa?" ucapnya dengan raut wajah khawatir karena takut jika dirinya dipecat.

"Agatha cepat buka!" Gendang telinga milik Agatha rasanya ingin pecah mendengar ketukan kasar itu. Agatha merapikan dirinya yang terlihat begitu kacau karena memikirkan kejadian di ruangan Pak Seno. Rambutnya yang tadi berantakan kini rapi kembali. 

Ceklek!

"Ada apa Pak?" tanya Agatha mencoba untuk tak mengingat apa yang terjadi tadi.

"Cepat ikut saya!" ucapnya dengan menarik tangan Agatha namun Agatha menolak.

"Mau kemana Pak?" tanya Agatha yang melihat Seno terlihat begitu terburu-buru dan panik.

"Sudah ikut saya!" ucapnya dan mencoba meraih pergelangan tangan Agatha namun dengan cepat Agatha menyembunyikan kedua tangannya.

"Kau harus ikut denganku dan saya akan membayarmu dengan mahal Agatha," ucapnya yang terlihat begitu pasrah.

Agatha terdiam sejenak mencoba mencerna ucapan Pak Seno, sontak matanya membulat dan menatap Pak Seno dengan tajam. Dirinya tiba-tiba saja mendadak emosi. 

Walau Agatha pernah melakukan suatu hubungan dengan bosnya itu tapi dirinya bukanlah wanita rendahan yang mau diajak pergi hanya karena uang. "Saya bukan wanita murahan ya Pak, kalau Bapak mau menghilangkan nafsu Pak Seno lebih baik Bapak mencari wanita lain sana!" jawab Agatha dengan wajah kesal.

Seno terdiam, pikiran sekertaris barunya rupanya selalu saja kotor. "Saya tak akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap kamu Agatha, saya ingin meminta bantuan kamu. Cepat ikut saya!" ucapnya dengan menggenggam tangan Agatha.

Bukannya Seno yang menarik tangan Agatha, justru Agatha lah yang menarik tangan Seno sehingga membuat keduanya terjatuh.

Bruk!

Kini posisi mereka sangatlah buruk.

"Agatha kenapa pintu kamu terbuka?" tanya seseorang wanita ketika melihat pintu Agatha terbuka namun dia berdiri diambang pintu dengan memandangi sebuah pemandangan yang mengejutkan. "Maaf saya akan pergi," ucapnya dan melangkah pergi meninggalkan ruangan Agatha.

Sontak karena terkejut dengan kedatangan seseorang membuat mereka berdua berdiri.

"Bapak jangan seenaknya sama saya ya!" ucap Agatha dengan kesal.

"Untuk apa saya seenaknya dengan kamu? Dan jangan menyalahkan saya, ini semua salah kamu ya Agatha!" jawabnya dengan kesal.

"Iya saya tidak akan salahkan Bapak, semua salah saya. Sudah cepat kalau Bapak mau minta bantuan saya!" ucapnya dan langsung saja pergi meninggalkan Seno.

***

Wajah cantik seperti bidadari membuat Seno tak mengedipkan matanya. Sedangkan Agatha bergerak tak nyaman dengan pakaian mewah yang dia gunakan ini.

"Pak, apa ini tak terlalu ketat?" tanya Agatha.

"Benar juga ya, kalau begitu saya cari yang lain lagi," jawab Seno dengan melangkahkan kakinya, dia bergerak sendiri mencari pakaian untuk Agatha dengan tangan kosongnya. Sedangkan Agatha hanya mengikuti dari belakang kemana saja langkah bosnya itu. Hingga akhirnya mereka berdua menghentikan langkahnya ketika mendapatkan gaun yang cocok untuk Agatha. "Ini, cepat kamu pakai dan berdandan lah secantik mungkin!" ucapnya sehingga membuat Agatha mengangguk.

Dia menerima semua pakaian yang dibelikan oleh Seno, lagi pula dirinya jarang-jarang berbelanja banyak seperti ini selagi gratis mungkin tak apa-apa dan rejeki tidak boleh ditolak.

Melihat Agatha yang masuk ke dalam ruangan untuk mengganti pakaian dan berdandan membuat Seno menunggu kembali dan dengan sesekali dia menatap jam yang melingkar di tangannya.

Seno yang menunggu tiba-tiba saja mendengar sebuah dering pada ponselnya. "Halo, ada apa Yah?" tanya Seno menjawab telepon tersebut karena jika tidak dia akan dimarahi habis-habisan.

"Dimana kamu Seno, cepatlah Ayah akan segera sampai dan jangan sampai Ayah menunggu lama."

"Iya Ayah, aku akan datang," jawab Seno yang terlihat takut.

"Dan jangan lupa bawa pacar kamu!" 

"Iya Ay... tut... tut.... " Panggilan tiba-tiba saja terputus padahal Seno belum menjawab. Dia terdiam takut jika wanita yang baru saja dirinya kenal itu tak ingin menjadi pacar pura-puranya.

"Pak Seno saya sudah siap."

Seno yang sedang melamun tiba-tiba lamunannya buyar ketika dia yang sedang menundukkan kepalanya melihat sebuah kaki jenjang dengan menggunakan sepatu heels merah.

"Baik jika kamu sudah siap.... " Terkejut diam melihat pemandangan yang begitu indah.

Sedangkan Agatha merasa gugup karena ditatap seperti itu, dia yang selalu mendapatkan tatapan oleh Pak Seno terus saja membuat dirinya mengingat kejadian dulu. "Pak.... " Cetus Agatha dengan suara yang kencang.

"Iya, ayo kita berangkat!"

Agatha mengangguk dan dia lagi-lagi berjalan mendahului Pak Seno, namun langkah kakinya terhenti karena ucapan Pak Seno.

"Agatha tunggu!" ucap Pak Seno yang tiba-tiba saja berada di belakang tubuh Agatha yang terdiam. Jarak mereka sangatlah dekat dan bahkan Agatha dapat merasakan setiap hembusan nafas bosnya itu, hingga akhirnya dia merasa sesuatu bagian belakangnya tersentuh.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ranny Ferianti
Agatha Cantik bngt pasti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status