Home / Romansa / Selcouth / 01. Ketika Semua Itu Dimulai

Share

Selcouth
Selcouth
Author: mochachash88

01. Ketika Semua Itu Dimulai

Author: mochachash88
last update Huling Na-update: 2021-06-14 11:12:26

Wiuw wiuw wiuw..

Suara antara Sirine mobil ambulance dengan mobil polisi saling beriringan di tengah sepinya kota London. Bagaimana tidak, barusan terjadi sebuah tabrakan antara mobil pribadi dengan bus kota. Banyak korban jiwa yang diakibatkan karena bus terbalik cukup hebat.Bahkan sekarang rumah sakit terdekat kota London  kini dipenuhi oleh semua kerabat yang datang untuk melihat keluarga yang menjadi korban kecelakaan tersebut. Beragam tangis dan rasa lega yang memenuhi rumah sakit tersebut pada tengah malam hari itu.

Seperti halnya kini seorang wanita yang terbaring lemah di ranjang pasien dengan berbagai peralatan medis yang ada pada dirinya. Kylee, dia merupakan penumpang mobil pribadi terlebih dia adalah korban dari tabrakan bus. Isak tangis terdengar ketika pintu ruang rawat terbuka, Ibunya sangat terpukul melihat anaknya terbaring lemah. Tak hanya Ibunya, bahkan Ayah dan Kakaknya pun hanya bisa berdo'a untuk kesedaran Kylee.

Disisi lain ruangan tak jauh beda dari ruang sebelumnya. Sama halnya terdengar isakan, dari keluarga korban. Sang ibu hanya menggenggam tangan dia kuat sambari mengusap pelan surai hitamnya. Menghabiskan waktu beberapa hari dengan di isi sebuah harapan dan doa dari sanak keluarga akhirnya wanita tersebut sadar akan tidurnya.

Perlahan mata dengan bulu lentik itu terbuka, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menyilaukan. Dilihatnya langit-langit, berwarna putih. Aroma khas rumah sakit menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Kepalanya sungguh berat, badannya terasa kaku dan sakit, ia perlahan merotasikan matanya untuk melihat sekitar.

Cklek

Kesadarannya berangsur pulih hingga kini ,matanya menangkap sosok anak kecil dengan rambut sepinggang keluar dari kamar mandi. Mata anak kecil itu membulat sempurna ketika ia melihat bahwa kakaknya telah sadar.

"Eh?! Jean kau sudah sadar? Mana yang sakit? Aku akan panggil Ibu dan dokter." ujarnya sangat semangat, lantas ia berlari keluar. Anak kecil berumur 9 tahun itu sungguh tak pemalu. Ia bahkan berani memanggil dokter sendiri. Sebegitu sayangkah dia pada kakaknya.

Wanita bernama Jean itu mengerjap pelan, kepalanya masih teramat sakit, mengumpulkan kesadaraannya terdiam, "Tunggu bukankah.. Aku tak punya adik perempuan?" monolognya dalam hati, tak lama dokter dan suster datang diikuti anak kecil tadi dan wanita paruh baya dengan raut amat khawatir.

"Eum.. Apa kau merasakan sesuatu Jean seperti sakit kepala apa bagaimana?" tanya dokter itu sambari memeriksa Jean.

Jean? Jean? Tunggu! Aku Kylee bukan Jean!

Jean semakin mengerutkan keningnya. Rasa sakit dikepalanya yang berangsur reda kini kembali berdenyut. Jean hanya diam tak mengerti situasi disekitarnya bagaimana bisa dia disebut Jean. Padahal dirinya adalah Kylee. Lantas siapa wanita paruh baya itu dan anak kecil itu.

"Dokter apa terjadi sesuatu dengan anakku? Kenapa dia hanya diam saja?"

tanyanya dengan raut wajah amat khawatir. Dokter menghela nafas pelan.

"Nyonya aku sungguh bingung, awalnya aku tak mengira bahwa dia tak akan mengingat. Dia sepertinya hilang ingatan. Ada benturan cukup keras dikepalanya aku awalnya hanya menduga hilang ingatan kecil namun sepertinya akan lama." Jelas sang dokter. Tentu saja ibu Jean sangat terpukul atas keterangan dokter. Bahkan ia tak menyangka bahwa ini akan terjadi pada anaknya.

"Nyonya tak perlu khawatir , Kami akan melakukan CT-SCAN, jika terbutki benar maka nanti, nyonya hanya perlu memberikan ingatan ingatan kecil agar ia bisa mengingat." ujar sang dokter yang dibalas anggukan oleh wanita paruh baya tersebut.

“Kalau begitu permisi,” kemudian pamit pergi meninggalkan ruangan.

Wanita dan putri kecilnya kini duduk dibangku samping ranjang Jean. Ia tersenyum juga meneteskan airmata. Ia menggenggam erat tangan putrinya.

"Mau kau tak mengingatku tak apa. Tapi perlu kau tau aku Ibumu satu-satunya yang menyayangimu. Kau anakku mengerti? Kau anakku." ujarnya sambari mengusap kepala Jean lembut.

Jean terdiam lama mengamati wanita paruh baya didepannya, mencoba mencerna situasi tapi terlalu dini, dirinya hanya bisa diam bergelut dengan pikirannya, karena tidak ingin kepalanya kembali sakit, lantas Jean awalnya diam tak mengerti namun perlahan tersenyum mengangguk pasrah.

"Jean cepatlah sembuh aku ingin berdebat denganmu lagi. Heheh.. Aku Gee adik kesayanganmu."

Jadi tuhan telah mengabulkan doaku? Lalu dimana pemilik tubuh ini? Batin Jean. Ia masih tak mengerti dengan semua yang menimpanya. Hanya yang ia ingat, ia menabrak pembatas jalan dan juga namanya. Apa itu kerja otak alam bawah sadarnya atau benar ia hilang ingatan? Tapi mengapa ia sangat yakin bahwa namanya, Kylee.

                                                                   ---

Tit tit tit

Bunyi beberapa peralatan medis memenuhi ruangan pasien yang terbilang ini adalah sebuah ruang rawat VVIP. Bahkan jauh dari kebisingan karena memang terletak dilantai atas.

Seorang pria yang menenteng kantong plastik menghela nafas berat tatkala melihat ibunya tertidur sambari mengenggam putrinya. Lantas ia menghampiri sang ibu dan membangunkannya.

"Ibu bangun. Ibu harus makan, dari tadi malam Ibu belum makan." Bujuknya.

Sang ibu terbangun, ia menggeleng lemah pertanda tak ingin. "Bagaimana aku bisa makan jika anakku juga tak makan?" Menatap sendu yang putri yang masih terbaring lemah dengan berbagai bantuan alat medis.

"Ibu jangan seperti ini Ray janji Kylee akan bangun. Kau tahukan aku dokter terhebat disini. Percayakan padaku. Aku tak ingin jika Ibu juga sakit." ujar Ray , Ray adalah kakak Kylee yang berprofesi sebagai dokter disitu. Dia adalah salah satu dokter terbaik di rumah sakit itu.

"Ibu bukan Ibu yang baik. Ibu tak bisa menjaga adikmu. Ibu terus saja sibuk Ray.. Maafkan Ibu.." isak tangis ibunya kembali terdengar memilukan di telinga Ray. Bagaimanapun Ray juga tak tega melihat semua terjadi pada keluarganya.

"Ssttt sudah Ibu. Jangan bicara yang tidak tidak. Sekarang makanlah ya?" Ibu nya mengangguk lemah, ia makan akhirnya dengan disuapi sang putranya.

Kedua orang tua Ray dan Kylee sangatlah sibuk terlebih bisnisnya berkembang dimana mana membuat mereka tak sempat menyalurkan kasih sayangnya pada anak anak mereka. Terlebih putrinya, ia sering mengeluh sendiri, kesepian mengingat Ray juga sibuk bekerja sebagai dokter. Alhasil Kylee hanya tinggal sendiri dengan pembantunya.

Cklek

Kedua orang itu menoleh ketika melihat seseorang yang membuka pintu. Seorang lelaki berberawakan tak terlalu tinggi, berkulit putih, hidung mancung dan mata lumayan sipit tak lupa bibir tipisnya membentuk kurva senyum kepada mereka berdua. Pria berambut hitam kebiruan itu menunduk memberi hormat. Terdapat tatto di bagian lehernya.

"Maaf aku baru datang." Ujarnya kini berjalan menghampiri Ray dan Ibu Ray.

"Tidak papa Gavin, terima kasih sudah datang." Kata Ray sambari tersenyum.

Gavin tersenyum tipis, "Bibi dan kau pulanglah dulu aku akan menjaga Kylee. Kalian pasti lelah." Kata Gavin.

"Iya Ibu sebaiknya Ibu pulang dulu nanti sore kita kesini lagi. Ibu harus istirahat."

"Memangnya tak mengapa?" tanya Ibu Ray kepada Gavin.

"Tidak papa. Aku akan menjaga Kylee." Kata Gavin meyakinkan Ibu Rayyang tampak ragu. Namun pada akhirnya Ibu Ray mengangguk setuju.

"Baiklah jaga putriku. Jika ada apa apa kau hubungi aku?" Gavin mengangguk.

"Jaga adikku, Vin." pesan Ray menepuk pundak Gavin lalu melenggang pergi.

Sepergi mereka berdua Gavin menatap wanita yang kini tengah terbaring lemah nanar. Ia merasa dadanya benar-benar sesak melihat gadisnya tidur dengan damainya. Ia lantas duduk dikursi samping ranjangnya. Menggenggam tangan kecilnya dengan lembut, mengusap dengan ibu jarinya lalu mengecup pelan punggung tangan Kylee.

Lantas ia bergumam,"Maafkan aku Kylee." Diakhiri dengan isakan pilu darinya. 

-To Be Continued-

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Selcouth   20. Five Step

    Author'sTok tok tokKetukan pintu itu membuyarkan seorang gadis yang tengah larut dalam pikirannya. Berbagai pertanyaan berkecamuk saling bercamur menjadi satu.Gadis itu menepuk nepuk pipinya singkat,menyadarkan dirinya , lalu membuat sebuah kurva senyum sebelum seseorang itu masuk ke dalam kamarnya."Masuk Ray!" serunya dari dalam./cklek/Presensi pria berwajah manis itu kini menyebulkan kepalanya sebelum akhirnya menampakkan seluruh tubuhnya. Kylee tersenyum begitu pula Ray yang kini masuk menghampiri adik kesayangannya."Aku menganggumu hm?" tanya Ray kini duduk di tepi ranjang.Kylee menggeleng cepat,"Tidak kok, memang ada perlu apa?""Tidak ada, hanya sedikit khawatir denganmu. Kenapa tidak keluar kamar setelah jalan jalan dengan Jessi? Kau sakit?"Ray memang khawatir dengan Kylee. Semenjak kecelakaan itu dan perpisahan orang tuanya membua

  • Selcouth   19. Four Step

    Kylee atau Jean, gadis itu kini tengah mangut mangut mengerti mendengarkan celotehan Jessi. Semenjak jalan tadi mereka saling mengobrol ringan dan bercerita tentang banyak hal. Sesekali bernostalgia tentang masa lalu, tentu dengan cerita versi Jessi. Hingga kini mereka mengistirahatkan tubuh mereka di sebuah cafe dengan memesan beberapa makanan."Kami itu bersahabat baik, awalnya aku hanya murid pindahan di kelasmu. Sedangkan Hans dan Gavin di kelas yang sama. Bahkan kau yang mengajakku berteman dulu."Kylee mengangguk, sepintas ingatan tentang foto yang terpasang di meja kerja Gavin itu memungkinkan bahwa Hans yang memotretnya dan benar mereka sahabat baik. Hanya saja ada yang menggangg

  • Selcouth   18. Three Step

    Jean's (real Kylee pov) Flashback Sedihku sedikit terobati dengan kedatangan Hans yang pulang dari Belanda. Hans adalah sahabatku sewaktu masa SMA. Dia mengajakku jalan jalan seharian ini, sebenarnya aku malas namun mengingat bosan dirumah maka aku mengiyakan saja tawarannya toh sambari melepas rindu 4 tahun tak bertemu. Mobil kami sudah sampai di depan rumahku, aku terdiam sebentar. Rasanya malas saja harus memasuki rumah. Kulihat juga mobil Ayah dan Ibu terparkir di halaman rumah. Hingga tepukan dipundakku menyadarkanku dari lamunanku. Aku tersenyum mendapati dia juga tersenyum kearahku. "Masuklah." Aku menghela nafas kasar, "Apa kau tidak ingin mampir dulu?" kulihat dia mengrenyit samar. "Boleh?" Aku mengangguk cepat. "Baiklah, sekalian menyapa orang tuamu." ucapnya yang pada akhirnya kami keluar bersama menuju rumahku. Belum sampai dalam rumah aku mendengar samar-samar suara laki-laki dan wanita t

  • Selcouth   17. Two step

    Ting tong"Ya sebentar." Ucap Jean dari dalam. Sebenarnya tadi ia sempat ragu jika akan membukakan pintu untuk tamu mengingat akhir-akhir ini baik kakaknya ataupun Gavin sangat overprotective dengannya. Terlebih sudah diwanti-wanti agar menjaga jarak dengan pria bernama Hans. Memang mencurigakan tapi ia tak ambil pusing, semakin ia diam semakin banyak hal yang tidak akan ia ketahui termasuk alasan mengapa jiwanya ada di Kylee. Jean bergegas membukakan pintu untuk tamu yang mengunjungi rumahnya. Walaupun sedikit bertanya-tanya, apa itu tamu kakaknya, tapi kenapa kakaknya tak berpesan padanya./cklek/Dilihatnya presensi seorang wanita cantik kira-kira seusia nya itu tengah tersenyum manis ke arahnya. Jean terdiam berfikir menatap lekat wanita di depannya itu, ia sungguh tak tahu siapa gerangan yang berdiri di depannya itu bersama laki-laki di belakangnya yang juga tengah tersenyum ke arahnya.“Kylee?” panggil wanita t

  • Selcouth   16. One Step

    Lama tak berjumpa Kylee. Tangan Gavin meremas kuat gelas yang ia pegang. Pertemuan dengan seorang tak terduga itu tak pelak membuat kepalanya berdenyut hebat. Semalaman dia tak bisa tidur hanya memikirkan hal itu. Gavin menuang kembali wine yang sedari tadi entah berapa kali ia teguk, ia bahkan tak ingat rasanya. Sungguh sial, umpat Gavin. Ia menarik rambutnya frustrasi. Belum juga masalah satu kelar kini bertambah rumit. Satu tegukan terakhir, akhirnya dia berhenti. Tubuhnya beringsut berdiri, dengan gontai ia berjalan menuju ruang kerjanya. Ia dudukkan dirinya ke kursi kerja yang sering ia pakai, tangannya terulur meraih bingkai foto yang terakhir kali Kylee tanyakan. Kilas balik tentang masa lalu membuat hatinya berdenyut. Masa lalu yang membuat semua menjadi runyam saat ini, masa lalu yang membuat ia menyesal. Andai ia tak bertemu wanita dan pria sialan itu. Andai saja. "Gavin!! Gavin.,. Tunggu aku bisa jelaskan." ucap

  • Selcouth   15. Not Yet Marveolus

    Kylee sedari tadi memberengut kesal, ia mengecutkan bibirnya sembari wajahnya di tekuk kesal. Menatap pria di depannya itu yang sibuk mengolah bahan-bahan mentah di yang berjajar rapi. Setelah berhasil mengacau di depan alhasil ia bisa bertemu pemuda yang kini tak memperdulikannya, tidak pelak membuat dirinya geram setengah mati. Berbagai penawaran yang ia berikan tak ada yang mempan untuk pemuda keras kepala ini. "Kau masih tak percaya iya, ‘kan?" tanya Kylee kesekian kalinya. Pemuda itu melirik sekilas, ia menghela nafas berat. Pada akhirnya pemuda itu memilih mengalah dengan wanita kelewat sinting itu. "Tunggu di ruanganku. Setelah aku membereskan kekacauan mu aku akan menyusul." Ucap Brian yang dibalas dengusan keras dari Jean. Di ruang kerja Brian, Kylee mendengus beberapa kali. Mungkin jika terhitung ia sudah mengelilingi ruangan ini lima kali. Pemuda itu sungguh lama hingga Kylee dilanda kebosanan. Kini tungkai kakinya pun melangkah pada bangku kebesar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status