Share

Selcouth
Selcouth
Penulis: mochachash88

01. Ketika Semua Itu Dimulai

Wiuw wiuw wiuw..

Suara antara Sirine mobil ambulance dengan mobil polisi saling beriringan di tengah sepinya kota London. Bagaimana tidak, barusan terjadi sebuah tabrakan antara mobil pribadi dengan bus kota. Banyak korban jiwa yang diakibatkan karena bus terbalik cukup hebat.Bahkan sekarang rumah sakit terdekat kota London  kini dipenuhi oleh semua kerabat yang datang untuk melihat keluarga yang menjadi korban kecelakaan tersebut. Beragam tangis dan rasa lega yang memenuhi rumah sakit tersebut pada tengah malam hari itu.

Seperti halnya kini seorang wanita yang terbaring lemah di ranjang pasien dengan berbagai peralatan medis yang ada pada dirinya. Kylee, dia merupakan penumpang mobil pribadi terlebih dia adalah korban dari tabrakan bus. Isak tangis terdengar ketika pintu ruang rawat terbuka, Ibunya sangat terpukul melihat anaknya terbaring lemah. Tak hanya Ibunya, bahkan Ayah dan Kakaknya pun hanya bisa berdo'a untuk kesedaran Kylee.

Disisi lain ruangan tak jauh beda dari ruang sebelumnya. Sama halnya terdengar isakan, dari keluarga korban. Sang ibu hanya menggenggam tangan dia kuat sambari mengusap pelan surai hitamnya. Menghabiskan waktu beberapa hari dengan di isi sebuah harapan dan doa dari sanak keluarga akhirnya wanita tersebut sadar akan tidurnya.

Perlahan mata dengan bulu lentik itu terbuka, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menyilaukan. Dilihatnya langit-langit, berwarna putih. Aroma khas rumah sakit menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Kepalanya sungguh berat, badannya terasa kaku dan sakit, ia perlahan merotasikan matanya untuk melihat sekitar.

Cklek

Kesadarannya berangsur pulih hingga kini ,matanya menangkap sosok anak kecil dengan rambut sepinggang keluar dari kamar mandi. Mata anak kecil itu membulat sempurna ketika ia melihat bahwa kakaknya telah sadar.

"Eh?! Jean kau sudah sadar? Mana yang sakit? Aku akan panggil Ibu dan dokter." ujarnya sangat semangat, lantas ia berlari keluar. Anak kecil berumur 9 tahun itu sungguh tak pemalu. Ia bahkan berani memanggil dokter sendiri. Sebegitu sayangkah dia pada kakaknya.

Wanita bernama Jean itu mengerjap pelan, kepalanya masih teramat sakit, mengumpulkan kesadaraannya terdiam, "Tunggu bukankah.. Aku tak punya adik perempuan?" monolognya dalam hati, tak lama dokter dan suster datang diikuti anak kecil tadi dan wanita paruh baya dengan raut amat khawatir.

"Eum.. Apa kau merasakan sesuatu Jean seperti sakit kepala apa bagaimana?" tanya dokter itu sambari memeriksa Jean.

Jean? Jean? Tunggu! Aku Kylee bukan Jean!

Jean semakin mengerutkan keningnya. Rasa sakit dikepalanya yang berangsur reda kini kembali berdenyut. Jean hanya diam tak mengerti situasi disekitarnya bagaimana bisa dia disebut Jean. Padahal dirinya adalah Kylee. Lantas siapa wanita paruh baya itu dan anak kecil itu.

"Dokter apa terjadi sesuatu dengan anakku? Kenapa dia hanya diam saja?"

tanyanya dengan raut wajah amat khawatir. Dokter menghela nafas pelan.

"Nyonya aku sungguh bingung, awalnya aku tak mengira bahwa dia tak akan mengingat. Dia sepertinya hilang ingatan. Ada benturan cukup keras dikepalanya aku awalnya hanya menduga hilang ingatan kecil namun sepertinya akan lama." Jelas sang dokter. Tentu saja ibu Jean sangat terpukul atas keterangan dokter. Bahkan ia tak menyangka bahwa ini akan terjadi pada anaknya.

"Nyonya tak perlu khawatir , Kami akan melakukan CT-SCAN, jika terbutki benar maka nanti, nyonya hanya perlu memberikan ingatan ingatan kecil agar ia bisa mengingat." ujar sang dokter yang dibalas anggukan oleh wanita paruh baya tersebut.

“Kalau begitu permisi,” kemudian pamit pergi meninggalkan ruangan.

Wanita dan putri kecilnya kini duduk dibangku samping ranjang Jean. Ia tersenyum juga meneteskan airmata. Ia menggenggam erat tangan putrinya.

"Mau kau tak mengingatku tak apa. Tapi perlu kau tau aku Ibumu satu-satunya yang menyayangimu. Kau anakku mengerti? Kau anakku." ujarnya sambari mengusap kepala Jean lembut.

Jean terdiam lama mengamati wanita paruh baya didepannya, mencoba mencerna situasi tapi terlalu dini, dirinya hanya bisa diam bergelut dengan pikirannya, karena tidak ingin kepalanya kembali sakit, lantas Jean awalnya diam tak mengerti namun perlahan tersenyum mengangguk pasrah.

"Jean cepatlah sembuh aku ingin berdebat denganmu lagi. Heheh.. Aku Gee adik kesayanganmu."

Jadi tuhan telah mengabulkan doaku? Lalu dimana pemilik tubuh ini? Batin Jean. Ia masih tak mengerti dengan semua yang menimpanya. Hanya yang ia ingat, ia menabrak pembatas jalan dan juga namanya. Apa itu kerja otak alam bawah sadarnya atau benar ia hilang ingatan? Tapi mengapa ia sangat yakin bahwa namanya, Kylee.

                                                                   ---

Tit tit tit

Bunyi beberapa peralatan medis memenuhi ruangan pasien yang terbilang ini adalah sebuah ruang rawat VVIP. Bahkan jauh dari kebisingan karena memang terletak dilantai atas.

Seorang pria yang menenteng kantong plastik menghela nafas berat tatkala melihat ibunya tertidur sambari mengenggam putrinya. Lantas ia menghampiri sang ibu dan membangunkannya.

"Ibu bangun. Ibu harus makan, dari tadi malam Ibu belum makan." Bujuknya.

Sang ibu terbangun, ia menggeleng lemah pertanda tak ingin. "Bagaimana aku bisa makan jika anakku juga tak makan?" Menatap sendu yang putri yang masih terbaring lemah dengan berbagai bantuan alat medis.

"Ibu jangan seperti ini Ray janji Kylee akan bangun. Kau tahukan aku dokter terhebat disini. Percayakan padaku. Aku tak ingin jika Ibu juga sakit." ujar Ray , Ray adalah kakak Kylee yang berprofesi sebagai dokter disitu. Dia adalah salah satu dokter terbaik di rumah sakit itu.

"Ibu bukan Ibu yang baik. Ibu tak bisa menjaga adikmu. Ibu terus saja sibuk Ray.. Maafkan Ibu.." isak tangis ibunya kembali terdengar memilukan di telinga Ray. Bagaimanapun Ray juga tak tega melihat semua terjadi pada keluarganya.

"Ssttt sudah Ibu. Jangan bicara yang tidak tidak. Sekarang makanlah ya?" Ibu nya mengangguk lemah, ia makan akhirnya dengan disuapi sang putranya.

Kedua orang tua Ray dan Kylee sangatlah sibuk terlebih bisnisnya berkembang dimana mana membuat mereka tak sempat menyalurkan kasih sayangnya pada anak anak mereka. Terlebih putrinya, ia sering mengeluh sendiri, kesepian mengingat Ray juga sibuk bekerja sebagai dokter. Alhasil Kylee hanya tinggal sendiri dengan pembantunya.

Cklek

Kedua orang itu menoleh ketika melihat seseorang yang membuka pintu. Seorang lelaki berberawakan tak terlalu tinggi, berkulit putih, hidung mancung dan mata lumayan sipit tak lupa bibir tipisnya membentuk kurva senyum kepada mereka berdua. Pria berambut hitam kebiruan itu menunduk memberi hormat. Terdapat tatto di bagian lehernya.

"Maaf aku baru datang." Ujarnya kini berjalan menghampiri Ray dan Ibu Ray.

"Tidak papa Gavin, terima kasih sudah datang." Kata Ray sambari tersenyum.

Gavin tersenyum tipis, "Bibi dan kau pulanglah dulu aku akan menjaga Kylee. Kalian pasti lelah." Kata Gavin.

"Iya Ibu sebaiknya Ibu pulang dulu nanti sore kita kesini lagi. Ibu harus istirahat."

"Memangnya tak mengapa?" tanya Ibu Ray kepada Gavin.

"Tidak papa. Aku akan menjaga Kylee." Kata Gavin meyakinkan Ibu Rayyang tampak ragu. Namun pada akhirnya Ibu Ray mengangguk setuju.

"Baiklah jaga putriku. Jika ada apa apa kau hubungi aku?" Gavin mengangguk.

"Jaga adikku, Vin." pesan Ray menepuk pundak Gavin lalu melenggang pergi.

Sepergi mereka berdua Gavin menatap wanita yang kini tengah terbaring lemah nanar. Ia merasa dadanya benar-benar sesak melihat gadisnya tidur dengan damainya. Ia lantas duduk dikursi samping ranjangnya. Menggenggam tangan kecilnya dengan lembut, mengusap dengan ibu jarinya lalu mengecup pelan punggung tangan Kylee.

Lantas ia bergumam,"Maafkan aku Kylee." Diakhiri dengan isakan pilu darinya. 

-To Be Continued-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status