Ya, entah apa yang harus kulakukan. Rasanya aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, ingin menepis bahwa semua yang kulihat hanya mimpi... tapi sekali lagi aku menjepit wajah dan semuanya masih kenyataan yang sama.
Bukti transferan itu masih terpampang nyata di depan mata, meski aku terus menggulir ke bawah, bukti transfer itu tidak ada habis-habisnya, bahkan mungkin ratusan kali dalam sehari, tidak habis, dan tak kuasa lagi kubaca hingga air mata ini menetes begitu saja. Aku berusaha menyembunyikan perasaan di dekatnya, menghapus air mataku secepat mungkin.Parahnya, aku terbelalak dengan semua bukti yang ada, sedang suamiku ada di sisiku.Ya Allah, jantungku bergemuruh.Pertanyaannya ... berapa banyak uang yang harus dikeluarkan, kalaupun uang itu bolak-balik ditransfer dalam jumlah yang sama, bukankah ada biaya transaksi?Tapi ah, tapi mereka sama-sama memakai bank yang sama, jadi, gratis. Sumpah, ini kreatif. Aku ingin tertawa tapi aku sedih dan tidak menyangka.Astaga ... kepalaku berdenyut, jantungku berdebar makin kencang, seolah darahku dipompa dua kali lebih cepat hingga membuat tubuhku panas dingin, telapak tanganku mulai berkeringat dan perlahan sensasi pusing dan mual melengkapi rasa syok yang tidak pernah kuduga. Apakah ini modus perselingkuhan terbaru.Setelah kemarin viral artis yang berselingkuh dengan aplikasi ojek online, Apakah kini suamiku terinspirasi untuk berselingkuh dengan menggunakan m-banking?Apa apaan ini!ingin sekali aku bertanya kepada mas Widi tapi jika aku buru-buru bertanya, maka akan terjadi perdebatan dan dia akan segera menghilangkan history percakapan itu dengan menghubungi pihak bank.(Sayang yang kemarin enak)Apanya yang enak? Astagfirullah, dadaku sangat panas. Pesan opsional itu terjadi di dua hari yang lalu.Apakah dia baru saja ditraktir makanan oleh suamiku sehingga dia bilang enak tapi kenapa lancang sekali pengirim pesan opsional itu bilang sayang kepada suami orang.Kenapa si pengiring misterius itu menyebut suamiku dengan panggilan yang begitu mesra. Apa dia gila. Dan lantas, suamiku yang membalasnya juga adalah orang gila? Dan kita semua yang ada dalam lingkaran permainan mereka jadi gila?Jadi dua orang gila sedang berselingkuh menggunakan m-banking.Ya Allah, perlahan air ludahku pahit, seolah-olah seperti mengulum sabun atau soda kue, sensasi rasa pahit yang korosif di tenggorokan membuatku tercekat, seakan asam lambungku langsung melonjak naik.Apakah ini rasanya ketika seseorang memergoki suaminya melakukan perselingkuhan?Ya Allah, amit amit,Di dalam keputus asaan, aku masih berharap bahwa ini hanya main-main saja.Tapi fakta yang ada menamparku. Kalau mereka hanya main-main kenapa harus pakai m-banking dan mengirimkan uang. Bukannya ada cara yang lebih simpel dengan menelepon langsung atau bertemu? Konyol sekali."Hei, ada apa?"Suamiku bangkit dan menepuk punggungku aku yang refleks segera tidak sengaja log out dari mutasi rekeningnya. Ah, aku geram dengan ketidaksengajaanku."Kenapa? Kenapa bola matamu berkaca-kaca?"tiba-tiba lelaki itu merasa tegang dan heran."A-aku t-tiba-tiba kepikiran ibu mertua dan merasa belum menjadi menantu yang baik sepenuhnya. Seharusnya kita berada di samping beliau untuk menemani beliau terapi dan menghibur masa-masa tuanya.""Ah, kau benar-benar berhati lembut Sayang," ucapnya sambil segera merangkul diriku tapi tangan kanannya menyambar ponsel dari tanganku.Sepertinya lelaki itu punya feeling kalau aku melihat mutasi rekeningnya, ah, aku bahkan belum menyimpan bukti kalau tiba-tiba dia menghilangkan mutasi rekening itu. Aku benar benar panik."Aku mencintaimu," ucap mas Widi sambil membingkai wajahku dengan kedua tangannya dan mengecup diantara kedua mataku. Entah kenapa ucapannya terdengar sumbang dan pura-pura. Aku tiba-tiba jadi curiga dan jijik pada suamiku sendiri.Sekali lagi, aku harus melihat history percakapan itu agar bisa menarik kesimpulan yang sebenarnya. Rasa penasaran dan ingin tahu bergejolak di hatiku, pun aku geram dengan bunyi kata sayang dan kalimat kangen kangen tadi.Tapi, dari manakah aku tahu pemilik kode misterius yang menghubungi Suamiku, haruskah aku pergi ke bank dan bertanya? tentu saja Bank tidak akan memberitahuku siapa pengirimnya karena itu akan melanggar privasi.Ataukah aku harus menguntit suamiku sepanjang hari?lalu bagaimana dengan tugasku di rumah dan tanggung jawabku kepada anak-anak?Allahu akbar... aku harus bagaimana.Kudengar pembicaraan saat berkunjung terakhir kali ke kantor polisi, berdasarkan pasal 354 dan 353 KUHP tentang penganiayaan berat dan penganiayaan berencana, maka Dinda terancam dituntut dengan hukuman empat tahun penjara dan denda. Usut punya usut, wanita itu sejak awal memang sudah merencanakan untuk mencelakakan orang lain, ditambah dengan keterangan saksi dan laporan pria yang ditangkap kemarin, bahwa dia memang dibayar oleh Dinda agar menusuk diriku dan mencelakakan diri ini.*Jangan tanya seberapa besar keluarganya berusaha untuk menyelamatkan wanita itu dari tuntutan penjara. Berulang kali staff dari keluarganya mencoba menemuiku dan meyakinkan diri ini untuk tidak memberikan kesaksian, aku juga diiming-imingi uang dan rumah baru juga pekerjaan yang layak tapi aku menolaknya.Pada akhirnya lelaki yang sudah lelah membujuk diriku itu kemudian berkata,"Mengingat betapa baiknya hubungan Anda di masa lalu dengan Nyonya Dinda. Saya rasa Anda harus mulai bermurah hati kepadanya.
Saat polisi menggiring Dinda keluar dari rumah sakit banyak orang-orang yang memperhatikan peristiwa itu. Mereka berkerumun dan membicarakan peristiwa yang bagaikan drama itu. Berulang kali Dinda mencoba melepaskan diri dan menjerit serta berteriak. Dia bilang dia tidak bisa ditangkap karena keluarganya akan segera melindunginya tapi itu tidak urung membuat polisi terus membawa wanita itu ke atas mobil patroli dan meluncur pergi. Kuhela napas pelan setelah keadaan mulai mereda, orang-orang kembali ke ruangan dan posisi mereka, pun Syifa yang sudah dibaringkan di tempat tidur dan ditenangkan oleh suaminya."Maafkan aku, andai aku tidak datang kemari untuk menjenguk Syifa mungkin Dinda juga tidak akan datang dan melakukan itu.""Jangan salahkan dirimu," ujar Syifa.Usai menyelimuti Syifa Adrian mendekatiku Dia memberi isyarat agar kami berdua bicara ke suatu tempat. "Ayo kita bicara fisiknya sambil mengarahkanku dan membukakan pintu untukku. Kami berjalan perlahan ke arah balkon da
Dua hari kemudian.Aku sengaja membeli bunga lili dan lavender juga sedikit mawar merah untuk kurangkai di sebuah buket lalu kubawakan untuk Syifa yang keadaannya sudah mulai membaik di rumah sakit.Kutemui wanita yang sudah mulai pulih itu dan sudah bisa duduk serta tersenyum di tempat tidurnya."Apa kabarmu?" tanyaku. Aku menyalaminya dan dia menyambutku dengan senyum hangat, kondisi dirinya yang sedang hamil 6 bulan membuatnya nampak sulit bergerak dan sedikit gemuk."Aku baik. Aku semakin membaik.""Bagaimana dengan lukanya.""Memang nyeri, tapi aku baik baik saja," balasnya."Kau memang kuat.""Alhamdulillah.""Tapi kenapa kau mau melakukan itu untuk melindungiku. Andai kau biarkan saja lelaki itu menyerangku agar kau tidak mengalami hal seperti ini?""Tidak, Mas, aku merasa berguna menyelamatkanmu.""Tapi kau juga punya bayi di dalam perutmu bagaimana kalau bayi itu sampai meninggal gara-gara aku? Aku yakin suamimu tidak akan memaafkanku.""Tidak, Adrian tidak menyalahkanmu, dia
Aku bisa menangkap kemarahan pria itu, pria yang punya perusahaan multinasional dan cukup terkenal itu dia tidak akan melepaskan pelaku penusukan terhadap istrinya juga dalang dibaliknya.Tidak akan butuh waktu lama untuk tahu dan menangkap pelaku penusukan. Cukup memeriksa CCTV Rumah Sakit lalu memeriksa plat motor yang digunakan pelaku untuk melarikan diri dan tak lama kemudian polisi tidak akan kesulitan untuk melacak keberadaan pria tersebut, lalu menangkap dan mengintrogasinya kemudian mengungkap siapa pelaku di balik semua ini.Seperti yang kuduga, 10 menit kemudian Adrian didatangi oleh beberapa orang polisi Dia terlihat berbicara dengan serius dan mengantarkan petugas itu ke ruangan istrinya, polisi melihat keadaan Syifa dari balik kaca ruang perawatan dan terlihat mengerti apa yang diperintahkan oleh Adrian."Kami akan memeriksa kamera pengawas dan kami berjanji akan menemukan pelakunya secepatnya.""Istriku tidak pernah punya musuh bertengkar atau menyakiti orang lain saya
Aku dinaikkan kembali ke kursi roda lalu didorong dan dibawa masuk ke ruang tunggu. Bunda menangis dan pergi melihat mantan menantunya yang kini sedang kalang kabut ditolongi oleh dokter. Adrian juga nampak panik, terlihat berlari ke arah apotek untuk mencari kantung darah dan beberapa alat yang diperlukan. "Dorong ayah masuk ke UGD," ujarku pada anak anak."Dokter bilang nggak boleh masuk," ujar putriku dengan mata sembab."Kita harus liat keadaan Bunda.""Bunda ga sadar, dia dipasangi selang oksigen," ujar anak sulungku. Dengan didorong oleh mereka berdua kami tertatih masuk ke ruang UGD dan melihat betapa kalang kabutnya dokter yang ada di sana. Lantai lantai jadi kotor berserakan dengan kain kasa yang sudah berwarna darah, bahkan dari ranjangnya, Syifa juga mengalirkan dan cairan itu menetes dari brankar, membuat lantai jadi becek dengan warna merah yang membuat kepalaku pusing."Dokter gimana keadaannya?""Kami sedang memberikan pertolongan. Dia mengeluarkan darah yang begitu b
"Bu, berangkat dulu.""Apa kau akan sepanjang hari di gym?""Iya.""Baiklah, kalau begitu. Ibu mau menjenguk ayahmu di pusat perawatan lansia.""Iya, apa ibu akan butuh uang?""Ibu masih punya simpanan.""Baiklah kalau begitu Ibu hati-hati juga."Setelah mencium tangan halus dan mengecup kening ibuku tercinta, aku segera mungkin berangkat menggunakan motor menuju ke gym yang berada 20 KM jauh dari rumah.Berkendara sambil menikmati suasana kota dan sejuknya udara pagi, sambil menatap pohon rindang yang ada di sebelah kanan kiri jalan, membuatku sedikit menikmati perjalanan. Telah sedikit saja aku bisa terjebak macet ditambah cuaca mulai panas maka hati akan mudah runyam. Aku mengemudikan motor sambil mendengarkan alunan musik pelan di headset yang ku pasang di telinga.Karena ingin mempersingkat waktu aku mengambil jalan pintas, memotong melewati blok-blok bangunan dan jalan yang sepi. Hingga tiba di sebuah Jalan yang berada di belakang barisan ruko-ruko besar. Aku menyadari sebuah mo