Home / Rumah Tangga / Selingkuhanku, Kakak Iparku / Bab 7: Hadiah Ulang Tahun Irene

Share

Bab 7: Hadiah Ulang Tahun Irene

Author: Yumiharizuki
last update Last Updated: 2023-11-12 18:28:38

Mobil Kevin menepi di bahu jalan sebuah komplek perumahan elit yang ada di Kota Bandung. Dia turun dari mobilnya dan menuju ke salah satu rumah yang terletak di wilayah hook. Layaknya orang yang sedang kunjung pacar, Kevin merapikan diri sedikit sebelum akhirnya membunyikan bel pintu.

Seorang pelayan rumah tangga berusia 40 tahunan terlihat berlari membukakan pintu pagar.

"Den Kevin? Mari masuk ke dalam," sapa Simbok, begitulah pelayan itu disapa.

"Selamat sore, Mbok. Irene sudah pulang?" tanya Kevin dengan senyuman lebar di wajah.

"Non Irene mungkin sebentar lagi pulang. Biasanya selepas maghrib dia baru sampai di rumah. Ayo tunggu di dalam saja, Den Kevin," jawab Simbok ramah.

Kevin masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Dengan begitu cekatan, Simbok melayaninya sebagai tamu kehormatan sang Tuan Rumah. Saking seringnya Kevin datang, Simbok sudah hapal betul jenis minuman dan makanan apa saja yang harus disuguhkan untuk Kevin.

"Terima kasih, Mbok," ucap Kevin berterima kasih.

Seusai mengerjakan tugasnya, Simbok pun menghilang. Menyisakan hanya Kevin yang berada di area ruang tamu. Jam dinding antik di ruangan itu menunjukan pukul enam sore. Seharusnya sebentar lagi Irene akan sampai di rumah.

Kevin merogoh saku celananya. Sebuah kotak kecil berwarna biru berbahan beludru terlihat ada di genggamannya. Perlahan laki-laki itu membuka penutup kotak yang menampakan sebuah cincin bertahtakan berlian yang berkilau ada di dalamnya.

Bunyi deru mobil terdengar di depan rumah. Kevin dengan cepat menutup kembali kotaknya dan menyimpannya di saku celananya. Simbok sudah berlari keluar untuk membukakan gerbang. Mobil itu akhirnya terparkir di garasi. Seorang wanita berusia hampir mendekati 30 tahunan keluar dari mobil dengan menjinjing tas tangannya.

"Non Irene, ada tamu yang sudah menunggu di dalam." Simbok melaporkan kepada majikannya yang baru datang itu.

"Siapa? Kevin ya?"

Seolah sudah bisa menebak, Irene begitu saja menyebut nama Kevin. Memang tidak ada lagi orang yang akan datang ke rumahnya saat ini selain Kevin. Apalagi di dekat rumahnya, dia sempat melihat ada mobil Kevin yang terparkir di sana.

"Benar, Non." Simbok membenarkan tebakan Irene.

Dengan cepat, Irene pun masuk ke dalam rumah, di mana dia melihat Kevin sedang duduk santai di ruang tamunya. Segera dia menghampiri dan menyongsong sang kekasih dengan pelukan hangat.

"Sayang!" seru Irene seraya memeluk Kevin dengan erat. "Aku kangen banget sama kamu!"

"Iya, Sayang. Aku juga. Tapi jangan pelukan di sini juga. Malu, dilihat sama Simbok!" bisik Kevin malu-malu.

Dengan canggung, Irene melepaskan pelukannya segera dari Kevin. Sementara Simbok sudah menutup muka di dekatnya.

"Ya sudah sayang. Ke atas yuk!" ajak Irene sambil menggamit tangan Kevin.

Kevin pun mengikuti Irene ke lantai dua. Irene mengajaknya ke kamarnya di mana mereka sering menghabiskan waktu di sana.

"Tumben kamu bisa datang ke sini, Sayang? Bukannya kamu sedang senang-senangnya sama istrimu itu?" tanya Irene dengan agak sarkas pada Kevin. Terlihat adanya kecemburuan dari nada bicaranya saat itu.

"Aduh, jangan marah dong, Sayang. Walaupun statusku dan wanita itu menikah, tapi aku sama sekali tidak pernah menyentuhnya! Aku bisa bersumpah atas nama Tuhan!" Kevin berlutut di hadapan Irene, untuk membuktikan kesungguhannya.

"Iya-iya. Aku percaya. Terus bukannya kamu katanya habis pergi ke tempat wisata bersama istrimu? Kenapa sekarang justru kamu datang ke rumahku?" tanya Irene untuk kedua kalinya.

"Ada timing yang tepat untuk pergi, Sayang. Lagi pula aku benar-benar ingin bertemu sama kamu. Jangan-jangan kamu gak senang aku datang menemuimu?" Kevin kini mengambil tempat duduk di samping Irene.

Irene mencubit pelan tangan Kevin. "Mana mungkin aku gak senang? Aku ini kangen banget sama kamu, tahu!"

Irene pun merangsek lebih mendekat pada Kevin. Dia menyenderkan kepalanya di bahu Kevin yang bidang dengan tangan yang bergelayut mesra. Rasa senang meliputi hati wanita itu karena sang pujaan hati ada bersamanya.

"Oh iya, Sayang. Aku ada hadiah ulang tahun untuk kamu. Maaf karena aku terlambat memberikannya. Kamu tahu, 'kan? Aku sibuk sekali beberapa bulan ke belakang karena harus menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan dadakan itu," ucap Kevin kemudian.

Irene pun melepaskan Kevin. Kevin terlihat mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Dia membuka kotak itu di depan Irene. Sejenak Irene sungguh terpana dibuatnya. Pasalnya Kevin telah menghadiahkan dirinya cincin berlian mahal yang selama ini sudah menjadi idamannya.

"Wah! Bagus sekali, Sayang! Ini 'kan cincin yang aku ingin sekali beli? Kamu tahu dari mana aku menginginkan cincin ini?" ujar Irene bahagia.

"Aku tahu, Sayang. Aku 'kan sangat paham seleramu." Kevin merasa bangga. Dia lalu memasangkan cincin itu ke jari manis Irene. Ternyata cincin itu juga sangat muat di jari manis wanita itu.

"Syukurlah, ternyata sangat cocok buatmu," kata Kevin dengan seulas senyuman puas yang terukir di wajahnya.

"Aku mencintaimu, Kevin." Irene balik menghadiahkan Kevin sebuah ciuman singkat. "Terima kasih, ya."

Tiba-tiba suasana di antara mereka terasa intim. Baik Kevin maupun Irene terlarut dalam suasana tersebut. Mereka saling mendekat hingga akhirnya bertukar ciuman. Mereka berpanggutan lama, semakin terlarut ke dalam gelora asmara. Hasrat yang sempat tertahan selama sehari itu akhirnya tertumpah sudah.

Tanpa terasa waktu pun bergulir. Kini telah memasuki hampir tengah malam. Kevin dan Irene bergelung tanpa busana dengan selimut menutupi tubuh mereka.

"Ya ampun, Sayang! Ini sudah tengah malam. Kamu tidak pulang ke villa?" pekik Irene ketika dia melihat jam dinding di kamarnya saat itu.

Kevin termenung sejenak. Akan tetapi, dia malah menarik selimut hingga hampir menutupi seluruh tubuhnya. "Ah, mendingan aku tidur saja bersamamu daripada harus kembali ke villa itu."

"Maksudmu, kamu mau menginap di sini hari ini?" Irene berusaha meyakinkan Kevin mengenai kata-katanya itu.

"Iya. Malas aku harus terjebak bersama Kenzo dan Ariana," jawab Kevin sekenanya.

Irene kemudian memeluk Kevin erat. "Ya sudah, menginap saja di sini. Kapan lagi kita bisa menghabiskan waktu panjang seperti sekarang?"

Tiba-tiba Kevin mengambil posisi di atas Irene, membuat wanita itu terkejut. Seringai nakal tersungging dari wajah Kevin.

"Kalau begitu, ayo kita mulai ronde kedua. Kita bercinta sampai pagi buta!" ajak Kevin yang langsung menyergap Irene untuk menyambung kegiatan mereka yang terhenti sejenak.

***

Ariana duduk di meja makan sendirian. Dia termenung dan berkali-kali memeriksa jam dinding yang ada di ruang makan. Sudah tengah malam saat itu. Bahkan udara di luar terlihat tak bersahabat dengan hujan yang mulai mengguyur wilayah Bandung.

Wanita itu resah dan gelisah perihal sang suami yang menghilang secara mendadak. Sejak sore itu Kevin pergi, sampai saat ini tak diketahui di mana keberadaannya.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif .... "

Ariana menghela napas panjang. Sudah berkali-kali juga dia mencoba untuk mengirim pesan dan menelepon Kevin namun sama sekali tak terkirim dan tersambung. Sepertinya Kevin sengaja mematikan handphone nya agar tidak dapat dihubungi.

"Apakah dia masih marah padaku terkait insiden tumpahnya bubur itu?" gumam Ariana bertanya-tanya.

Mendadak Ariana merasa merinding sekujur tubuh. Udara malam tak bersahabat untuk tubuhnya yang belum begitu pulih. Dia juga batuk berkali-kali.

"Ya ampun," keluhnya.

Kenzo sebenarnya memperhatikan Ariana dari balik pintu kamarnya yang terbuka. Dia sama sekali belum tidur malam itu. Dirinya khawatir dengan kondisi Ariana yang masih belum pulih betul. Apalagi ketika wanita itu mendadak batuk-batuk. Kenzo langsung mengambil selimut tebalnya dan menyelimutinya di tubuh Ariana.

"Mas Kenzo?" Ariana benar-benar terkejut, tak menyangka jika sang kakak ipar masih terbangun saat itu.

"Ariana, kamu ini ngapain sih? Ini sudah tengah malam, lho! Kamu harus segera masuk ke kamar dan berisitirahat!" omel Kenzo khawatir.

"Aku masih mau menunggu Kevin pulang, Mas," sahut Ariana yang terkesan sangat keras kepala. "Kevin masih belum pulang. Mana mungkin aku tidur begitu saja."

"Kevin tidak akan pulang. Pegang kata-kataku," timpal Kenzo kesal akibat sikap Ariana yang keras kepala.

Ariana mengernyitkan dahinya. Dia bingung dan tak mengerti mengapa Kenzo sebegitu yakinnya jika Kevin tidak akan pulang ke rumah.

"Kenapa Mas yakin sekali terhadap hal itu? Mas mengetahui sesuatu? Mas tahu ke mana Kevin pergi?" tanya Ariana bertubi-tubi.

Kenzo hanya terdiam, tak menjawab pertanyaan dari Ariana. Hatinya terlampau sedih dengan segala kenyataan yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

'Mas tahu karena ... Kevin, suamimu itu adalah lelaki bejat. Dia tega membohongimu yang mencintainya dengan sepenuh hati,' batin Kenzo sedih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selingkuhanku, Kakak Iparku    Bab 35: Tak Sengaja Bertemu Irene

    "Kebijakan perusahaan?" Kevin mulai bertanya. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Pak Maman.Dengan sabar. Pak Maman menjelaskan kepada Kevin maksud perkataannya. "Jadi begini, Mas Kevin. Setiap klien perusahaan memiliki standar produksi sendiri. Kita dilarang untuk menyebarkan informasi mengenai produk produksi milik klien perusahaan satu kepada klien lainnya.""Oh, begitu." Kevin menganggukkan kepalanya, paham."Dengan kata lain, saya dilarang menyebarkan segala jenis informasi itu. Walaupun Pak Kenzo memintanya. Jadi Pak Angga, tolong beritahu Pak Kenzo mengenai hal ini, ya." Pak Maman melanjutkan ucapannya."Baik, Pak Maman. Saya coba telepon Pak Bos dulu." Angga undur diri, mengambil tempat sepi untuk menelepon sang bos.Kevin berdiri kikuk di hadapan Pak Maman yang kini fokus kembali memeriksa data produk. Sejujurnya tak ada hal yang bisa dibicarakan oleh keduanya. Kevin juga tak pernah merasa ingat pernah akrab dengan pria paruh baya di hadapannya."Halo, Pak

  • Selingkuhanku, Kakak Iparku    Bab 34: Nostalgia Masa Lalu

    "Bapak yakin?" Kenzo meyakinkan kembali kepada Pak Joko atas apa yang disaksikannya.Pak Joko terlihat kembali berpikir keras. "Iya, Pak Kenzo. Saya yakin betul dengan apa yang waktu itu saya lihat. Ibu Irene beberapa kali bersama dengan adik Pak Kenzo. Mereka terlihat sangat ... dekat sekali."Mendengar hal itu, Kenzo terdiam dengan hati yang berdenyut nyeri. Berarti kecurigaannya terhadap perselingkuhan adiknya dan mantan tunangannya adalah benar. Melihat reaksi Kenzo yang hanya diam saja, membuat Pak Joko mulai merasa tak enak."Aduh, Pak Kenzo. Mohon maaf sekali ya. Saya bukan ada maksud untuk memecah belah Pak Kenzo dengan adiknya. Tapi, saya menyampaikan ini karena saya bersumpah pernah melihat mereka berdua bersama.""Iya, tidak apa-apa, Pak Joko. Terima kasih untuk informasinya." Kenzo memberikan senyumannya agar Pak Joko tidak lagi merasa tak enak hati padanya."Jadi ... rumor itu benar, Pak? Soal Pak Kenzo yang batal menikahi Bu Irene karena perselingkuhan dengan adiknya Bap

  • Selingkuhanku, Kakak Iparku    Bab 33: Reaksi Pak Joko

    Kevin mulai gemetar di tempatnya ketika mendengar gunjingan yang semakin memanasi telinganya. Rupanya Angga menyadari hal itu."Sudah, Mas. Tidak usah didengar. Cewek di sini memang senangnya bergosip."Kevin tentu tidak terima dengan hal itu. Dia tidak bisa mendiamkan apa yang sudah dilakukan para rekan kerja wanita di kantor itu. Dengan segera Kevin bangkit dari kursinya. Dia menghampiri para wanita yang sedang bergosip lalu menggebrak meja mereka.Seketika ruangan kantor itu sunyi senyap akibat perbuatan Kevin. Kevin lalu menatap satu persatu wajah yang berani menggosipkan dirinya seraya menandai siapa saja yang mengusiknya."Kamu, kamu, dan kamu! Aku sudah mengingat wajah-wajah kalian! Kalau kalian berani bergunjing lagi mengenai aku, awas saja!"Para wanita itu kini gemetar di tempatnya. Mereka tak berani lagi membicarakan keburukan mengenai Kevin. Setelah menyelesaikan keinginannya, dia pun kembali ke tempat duduknya bersama dengan Angga yang semakin merasa canggung bersamanya.T

  • Selingkuhanku, Kakak Iparku    Bab 32: Hari Pertama Bekerja

    "Kevin! Hey, Kevin! Bangun!" Kenzo mencoba untuk membangunkan adiknya yang tertidur pulas pagi itu.Kevin malah membalikan badannya seraya melenguh. Terdengar kembali suara dengkuran kecil dari bibirnya, membuat Kenzo semakin kesal dibuatnya."Apa-apaan ini! Aku sudah membangunkan dia selama setengah jam! Tapi dia sama sekali tidak terbangun! Katanya mau bekerja, tapi nyatanya bangun pagi saja tidak bisa! Ck!"Kenzo menyerah membangunkan adiknya yang jika sudah lelap tertidur malah seperti kerbau itu. Akhirnya dia cepat-cepat menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri dan segera berangkat menuju ke kantor. Ditinggalkannya Kevin di villa sendirian.Kevin akhirnya terbangun ketika ada telepon masuk. Dengan malas dia mengambil handphonenya dan memeriksa siapa yang menelepon. Begitu tertera nama Irene, dia begitu bersemangat untuk mengangkat telepon itu."Halo, Sayang." Suara Kevin masih begitu sengau sehabis bangun tidur."Sayang! Kamu sudah makan siang?" Suara Irene terdengar seakan sanga

  • Selingkuhanku, Kakak Iparku    Bab 31: Posisi Baru Kevin

    "Kenapa? Kamu gak suka aku datang ke sini?" tanya Kevin sengit dengan mata yang mendelik sinis pada kakak kandungnya itu. "Bukan begitu. Aku cuma bertanya. Kenapa kamu datang sendirian? Mana istrimu?" Kenzo mendadak meladeni Kevin dengan sikap yang memancarkan permusuhan. Kevin bersedekap sambil membuang muka. "Bukan urusanmu dia mau datang atau tidak. Kenapa? Kamu mengharapkan sekali dia datang ya?" Kenzo terlihat merengut di tempatnya. "Aneh sekali. Papa bilang kamu akan bekerja dalam waktu lama di perusahaan keluarga. Tapi setega itu kamu meninggalkan istrimu di Jakarta. Apa kamu sengaja melakukan itu supaya leluasa berselingkuh dengan Irene?" "Jaga mulut kamu ya, Kenzo! Sekali lagi itu bukan urusanmu! Lagipula, Ariana memang tidak diizinkan untuk pergi karena ... dia sedang mengandung!" bantah Kevin sengit. Seketika Kenzo membelalakkan matanya. "Apa? Ariana ... hamil?" "Ya. Jadi Mama menyuruh Ariana tinggal di sana. Sudah ah, aku mau beres-beres dulu!" Kevin tanpa menunggu la

  • Selingkuhanku, Kakak Iparku    Bab 30: Hijrah Ke Bandung

    "Kenapa kayak gitu?" Ariana hendak memprotes lagi, tapi Kevin segera membekap mulutnya."Sttt! Jangan keras-keras! Aku tampar kamu nanti!" ancam Kevin yang kemudian melepas bekapan mulut Ariana dengan kasar.Ariana terdiam sedih. Sementara Kevin berdecak tak suka."Ingat, kamu itu istri formalitas saja. Jadi aku mau kamu menuruti semua yang aku suruh. Kami tidak boleh ikut aku ke Bandung," lanjut Kevin. "Mama percaya kamu sedang hamil, 'kan? Kalau begitu, berpura-pura saja kalau kamu sedang hamil saat ini.""Tapi Kevin, itu 'kan belum pasti. Aku belum pasti mengandung," bantah Ariana."Kamu berani membantah aku? Iya? Turuti apa kataku atau kamu aku ceraikan!" Kevin mengancam lagi, kali ini Ariana langsung terdiam.Luka di hati Ariana kembali terbuka. Bukan hanya berani menyakiti Ariana secara verbal maupun tindakan, Kevin kini sudah berani mengancam untuk menceraikannya. Ariana merasa berada di ujung tanduk. Tak ada pilihan baginya untuk menuruti keinginan dari Kevin.Kevin kembali fo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status