Share

Bab 55. Pesan Xiaoping.

Penulis: Zhang A Yu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-26 16:29:52

Chun Mei terdiam. Tangisnya mereda pelan, berganti tatapan terkejut.

Liu Ning mengeluarkan sesuatu dari balik lengan bajunya, itu sebuah gulungan kecil bersegel kain putih, disematkan tusuk rambut kayu sederhana yang Chun Mei kenal betul. Benda itu dulu sering dipakai Xiaoping saat tidur, karena katanya, “Kalau giok terlalu berat, kepala bisa sakit.”

Dengan tangan bergetar, Liu Ning berjalan mendekat, lalu berlutut, menyodorkan gulungan itu menggunakan dua tangan.

“Kak Xiaoping menitipkan ini. Beliau bilang... hanya boleh diberikan langsung kepada Nyonya, jika beliau tidak sempat kembali.”

Chun Mei menatap benda itu lama. Seolah dunia mendadak membisu. Melalui tangan yang gemetar, dia mengambilnya pelan-pelan, merasakan serat kainnya, kehangatan samar yang seolah masih tertinggal.

Perlahan dia membuka segelnya, membentangkan surat itu di pangkuan.

Tulisan tangan Xiaoping langsung menyambut matanya. Huruf demi huruf yang begitu dia kenali, miring sedikit ke kanan, dan kadang terlalu ra
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 80. Kaisar Harus Mengalah.

    Di Paviliun Qingxin, hawa dingin malam yang tersisa masih mengendap di sela-sela kayu dan tirai bambu. Lentera di sudut ruangan bergoyang pelan ditiup angin, bayangannya menari-nari di dinding, seolah mengintip percakapan yang tak terdengar.Kaisar Lin Yi duduk bersandar santai di atas ranjang besar berlapis kasur tebal. Jubah dalam putih bersih membalut tubuhnya, sementara mantel bulu beruang menggantung longgar di bahunya. Cahaya lentera menyentuh wajahnya dari samping, menegaskan garis rahang tegas dan mata yang masih menyimpan bara tak padam.Tatapannya tidak beranjak dari Chun Mei! Wanita itu duduk di kursi baca, agak jauh darinya. Bahunya tertarik tegak, menunjukkan ketegangan yang masih dia sembunyikan di balik ketenangan palsu. Sebuah buku tua tanpa judul terbuka di pangkuannya, tapi sudah beberapa halaman, jemarinya tak lagi membalik lembaran.Dia sadar diperhatikan. Namun, Chun Mei enggan menanggapi. Matanya tetap tertuju pada halaman yang sudah berulang kali dibaca, tetapi

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 79. Menggoda Chun Mei.

    Di Paviliun Qingxin.Begitu merasakan sentuhan lembut dari bibir Kaisar yang menggigit pundaknya, Chun Mei tersentak.Refleks, dia melangkah mundur satu langkah penuh, suaranya teredam oleh embusan napas yang tertahan. Wajahnya menegang, dan matanya menatap Kaisar Lin Yi dengan campuran keterkejutan sekaligus amarah.Butuh beberapa detik baginya untuk menemukan kata-kata. “Kenapa Yang Mulia menggigit pundakku?” suaranya akhirnya keluar, terputus, tapi tegas.Tangannya masih menggenggam belati yang sudah mulai dingin. Ujungnya bergetar sedikit, entah karena marah, gugup, atau karena hal lain yang tak ingin dia akui.Kaisar tidak menjawab seketika. Dia hanya mengangkat sebelah tangan, mengusap pelan bibir bawahnya, lanjut menatap Chun Mei dengan pandangan yang tenang, tapi menyala.Tatapan itu seperti bara yang tersembunyi di bawah salju. Tak membakar, tetapi menghanguskan perlahan.Seakan baru saja menikmati sesuatu yang tak semestinya dia cicipi.“Panas dari belati itu,” katanya, sua

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 78. Hanya Ingin Dekat Chun Mei.

    Di dalam kamar Chun Mei, cahaya lentera redup menyinari sudut-sudut ruangan, menimbulkan bayangan lembut di dinding kayu. Aroma kayu cendana menguar perlahan dari dupa yang menyala, bercampur dengan sisa lembap hujan yang menempel pada pakaian Kaisar.Chun Mei berdiri di hadapan Lin Yi. Tubuh pria itu menjulang tenang, diam, tetapi jelas terlihat basah dan terluka.Dengan hati-hati, tanpa sepatah kata pun, Chun Mei mulai melepaskan jubah luar Kaisar. Jubah bersulam burung Hong itu berat oleh air, dan saat terlepas dari bahu kekarnya, terdengar suara basah yang nyaris menyayat.Jubah itu dijatuhkannya ke lantai tanpa memedulikan genangan yang ditimbulkan.Kaisar Lin Yi tidak bergerak. Dia hanya menunduk, membiarkan Chun Mei melanjutkan.Chun Mei menarik napas pelan, lalu menyentuh pengait jubah dalam yang melekat erat di bahu Kaisar. Jari-jarinya dingin dan sedikit gemetar, tapi tetap tegas. Satu per satu, kait itu terlepas. Perlahan, dia menurunkan kain satin dalam itu, hingga memperl

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 77. Asal Kamu Meminta.

    Li Jiancheng terduduk di tanah, separuh tubuhnya membungkuk, tangannya menekan perut yang kembali basah oleh darah hangat. Tubuhnya bergetar pelan, batuk susulan terus datang, mengguncang dada yang terasa remuk. Setiap kali batuk menggema, darah segar mengalir dari sudut bibirnya, menodai rerumputan hijau musim semi.Ukhuk!Ukhuk!Tangannya yang lain menggenggam tanah, jari-jarinya mencakar rumput seolah mencari sesuatu untuk bertahan. Napasnya berat, sesak, dadanya naik turun cepat. Cahaya senja yang lembut membias di peluh dan darahnya, membuat tubuh itu tampak rapuh, tapi tetap berdiri pada sisa martabatnya yang belum hancur.Dari kejauhan, suara langkah kaki terdengar tergesa. Pelayan-pelayan kediaman Li yang sempat mundur kini kembali datang. Mereka menyingkir cepat, memberi jalan bagi sosok yang melesat masuk tanpa ragu.Li Yuan.Langkahnya setengah berlari, menyibak angin sore dan bunga-bunga liar. Gaunnya terseret di tanah, matanya membelalak saat melihat darah putranya. Jantu

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 76. Menguji Li Jiancheng.

    Taman belakang, kediaman Li. Musim semi sedang ranum, bunga-bunga liar tumbuh liar di antara batu-batu jalan setapak yang mulai retak termakan waktu. Angin sore menghembus pelan, membawa aroma dedaunan basah dan kenangan lama.Kaisar Lin Yi berdiri diam di tengah taman. Tatapannya menyapu pelan seluruh tempat itu. Mata yang tajam, tapi tidak menunjukkan emosi."Tempat ini tak banyak berubah," gumamnya, "masih ada jejak-jejak latihanku dulu."Jenderal Shang Que berdiri di belakangnya, tegak seperti bayangan, mengenakan baju besi ringan yang memudahkan pergerakan. Dia menoleh sedikit, melihat sebilah pedang kayu tua yang bersandar pada dinding bambu di sudut taman, bekas latihan masa lalu.Kaisar berjalan perlahan menyusuri jalur batu, langkahnya tenang. Sesekali ujung sepatunya menyentuh kelopak bunga yang gugur. Kemudian dia berhenti di dekat kolam kecil, yang dahulu menjadi tempat mereka membasuh wajah setelah latihan berat.“Shang Que.”“Ya, Yang Mulia.”“Menurutmu, apakah dia akan

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 75. Kedatangan Kaisar Tidak Sesederhana itu

    Di kediaman Li, menjelang sore.Cahaya sore menembus tirai tipis, menyorot separuh wajah Li Jiancheng yang sedang bersandar di dipan kayu berlapis selimut kapas. Bibirnya pucat, tapi tatapannya hidup.Dia menatap langit di luar jendela, tempat seekor burung kecil terbang melintasi awan, membawa ranting di paruhnya. Entah mengapa pemandangan itu memancing senyum sinis di wajahnya. Mungkin karena burung itu bebas. Sementara dia, sekujur tubuhnya masih dipenuhi luka yang entah kapan sembuh.Suara langkah kaki perlahan memasuki ruangan. Lalu terdengar suara lirih dan hangat dari seorang wanita.“Cheng'er, Ibu bawakan bubur. Ayo makan pelan-pelan, ya.”Li Yuan, ibunya, mendekat dengan semangkuk bubur putih hangat dan sendok perak. Tangannya gemetar sedikit saat menyendokkan bubur ke bibir putranya.Li Jiancheng membuka mulutnya pelan, menelan tanpa bicara.Tak ada percakapan, tak ada tanya.Li Yuan hanya ingin memastikan anaknya hidup dan tetap bisa makan.Setelah suapan ketiga, Li Jianche

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status