Share

Big Guy (Part Dewasa)

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-12 15:05:33

Lady terpaksa mengikuti langkah Rain yang mengajaknya ke dalam kamar. Ia duduk di pinggiran ranjang sedangkan suaminya berdiri bersedekap tangan dengan tatapan menghakimi.

“Sekarang ceritain ke gue gimana lo bisa ngobrol seakrab itu sama asisten gue.”

“Akrab gimana? Perasaan biasa aja,” sahut Lady yang merasa interaksinya dengan Ale normal dan wajar. Tapi tidak menurut Rain yang menangkapnya dari sudut pandang yang berbeda.

”Lain kali kalau lagi ada temen gue lo nggak usah ikutan nimbrung. Nggak sopan.”

”Nggak sopannya di mana? Kan tadi aku emang lagi sama dia. Kamu-nya aja yang baru datang ikutan nimbrung. Tadi tuh aku lagi nunggu taksi di depan toko, terus kebetulan Ale lewat, aku nebeng dia aja sekalian,” tutur Lady apa adanya.

Penjelasan lugas perempuan itu sontak membuat Rain menegang. Garis-garis mukanya mengetat. “Lo kok jadi ganjen kayak gitu?” sergahnya marah.

“Aku ganjen gimana? Aku salah lagi?” tanya Lady dengan polos.

“Ya jelas dong lo salah. Apa lo nggak sadar juga kalau
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
virna putri
hihi.. kesel atuh da sama si rain.. othornya sengaja bikin yg baca gemesss
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
hahaha kocak si ibu. thornya aja cuek, buk...
goodnovel comment avatar
virna putri
Dihhh si Rain.. makanya yg halal itu lbh nikmat Rain.. smg sj berhenti celup sama Sydney..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Bitch Gonna Be Bitch

    Lady terkesiap. Hampir saja ia tersedak. Sebagian cairan Rain tertelan olehnya. Sedangkan separuh yang lain ia keluarkan dari mulutnya. Lady terkejut. Benar-benar terperanjat atas yang baru saja terjadi. Mata bundarnya melebar. Napasnya turun naik tak beraturan.Sementara itu Rain yang masih duduk di pinggir ranjang menatap Lady yang terduduk di lantai. Tak percaya jika perempuan itu baru saja memuaskannya. Menerbangkannya ke surga. Memberinya sensasi baru untuk pertama kali setelah rasa yang biasa-biasa saja ia dapat dari Sydney.Bangkit dari lantai, Lady setengah berlari ke kamar mandi dan menutup pintu rapat-rapat. Segera dibersihkannya mulut. Ia berkumur-kumur menghilangkan sisa-sisa cairan jika ada yang masih mengendap di mulutnya. Lantas disikatnya gigi dan lidahnya sampai bersih.Lady mendapati mukanya yang pucat di kaca wastafel saat bercermin di sana. Sungguh luar biasa. Apa yang baru saja ia lakukan merupakan pengalaman pertama yang menegangkan sekaligus membuatnya takjub. T

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Sesukamu Dan Sesukaku

    Ale menyusul Rain yang melangkah cepat dan masuk ke mobil. Ia dapati muka masam laki-laki itu saat mata mereka bertemu.“Semua yang dikatakan Kendrick nggak salah. Dengerin gue baik-baik, kalau lo kayak gini terus lo bisa ditikung Bobby. Lo mau kayak gitu?”“Lo kalau ngomong udah kayak tokoh film horor,” balas Rain pada Ale yang menakutinya.”Gue nggak lagi nakut-nakutin. Gue cuma bilang kemungkinan yang bakal terjadi.”Rain langsung terdiam. Perkataan Ale persis sama dengan ucapan Lady saat ia membentak perempuan itu di rumah bundanya.“Kenapa lo gitu banget ngeliat gue?” Kali ini Ale yang bertanya lantaran Rain menatapnya sedemikian intens.”Jalan sekarang.” Rain mengabaikan pertanyaan itu dan meminta agar Ale membawanya pergi dari sana.“Kita mau ke mana?” tanya Ale ingin tahu apa tujuan mereka selanjutnya.Rain juga bingung akan ke mana. Tidak mungkin ke rumah bundanya. Kanayya bisa curiga jika ia pulang secepat itu.“Tuh kan, lo kebanyakan bengong,” tegur Ale pada Rain yang terma

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Pria Berbahaya

    Ruang produksi Cake Palace sedang sibuk-sibuknya. Uap panas menambah kental suasana siang itu. Para pekerja berpacu di bawah tekanan waktu yang terus memburu. Mereka semua tekun, solid dan pekerja keras.Tidak ada satu pun suara yang terdengar dari mulut mereka. Semua sibuk dan terlihat fokus dengan tugas masing-masing. Hingga kemudian salah satu pekerja bagian depan masuk ke area itu.“Mbak Lady, ada supplier tepung ingin bertemu,” beritahunya.“Supplier tepung?” Lady mengernyit heran. Seingatnya ia tidak punya janji dengan siapa pun.”Supplier tepung mana ya? Aku nggak ada janji sama supplier apalagi supplier tepung. Lagian bahan-bahan kita masih banyak.””Nggak tahu juga sih, Mbak, katanya dia supplier tepung.”“Namanya siapa?”“Duh, aku udah tanya tapi dia nggak sebutin namanya, cuma bilang dia supplier tepung yang mau ketemu sama Mbak Lady. Tapi orangnya cakep, gagah, tinggi banget, senyumnya manis.””Laki-laki?” Lady terkejut. Apa mungkin Farrel? Tapi ciri-cirinya seperti bukan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Baru Mulut Atas, Gimana Kalau Mulut Bawah?

    “Kamu duduk aja dulu ya, biar aku yang pesen.” Ale menyuruh Lady duduk sedangkan dirinya ikut antri di counter makanan bersama para pembeli lain yang berjubel.Lady mengambil tempat duduk di pojokan. Agak tersembunyi posisinya, tapi dari sana ia bisa dengan leluasa memandang ke sekitarnya termasuk melihat Ale berbaris di tempatnya kini.Tanpa sadar bibir Lady melengkungkan senyum mengingat sikap manis Ale sepanjang kebersamaan mereka tadi. Tiba-tiba dari tempatnya berdiri Ale menoleh ke belakang memandang tepat ke arah Lady. Pria itu tersenyum penuh arti yang Lady balas dengan senyum tipis. Lalu ia kembali memandang ke depan saat tiba gilirannya.Tak lama kemudian Ale datang dengan tangan membawa nampan berisi dua porsi ayam goreng, dua porsi nasi, dua porsi kentang goreng plus dua gelas minuman bersoda dan air mineral.Ale duduk di hadapan Lady dan memisahkan makanan mereka.“Kena berapa semua, Le?” tanya Lady dan bersiap-siap mengeluarkan uang dari dompet yang baru saja ia ambil dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Ada Yang Panas Tapi Bukan Api

    “Kok malah ngelamun? Turun yuk!” ajak Ale untuk kesekian kalinya saat Lady masih saja mematung memandanginya.“Kita pergi aja deh.””Pergi ke mana? Katanya tadi kamu mau buru-buru pulang. Katanya banyak yang harus dikerjain,” kata Ale mengingatkan.Lady juga tidak tahu harus pergi ke mana. Saat ini ia hanya ingin tidak bertemu dengan Rain. Ia menyayangi dirinya sendiri dan ingin menjaga suasana hatinya agar tidak memburuk. Itu saja.Lalu kemudian pikiran positifnya datang. ‘Ngapain juga aku harus menghindar. Biarin aja. Terserah dia mau ngapain di sini.’Mereka kemudian turun dari mobil.Di dalam toko Sydney baru saja membayar belanjaannya. Sedang Rain berdiri agak jauh darinya. Sekilas Sydney lihat muka kusut laki-laki itu. Entah apa lagi yang terjadi. Akhir-akhir ini Rain memang sukar diprediksi.“Rain, ada tambahan?” seru Sydney pada laki-laki itu.Rain menggeleng tanpa minat. Dengan tidak sabar menunggu Sydney. Lama-lama di sini ia bisa semakin emosi bila mengingat Lady.‘Ngapain

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Ramalan Gipsi

    “Kita langsung ke sana atau mau makan malam dulu?” tanya Ale begitu mereka baru saja beberapa meter meninggalkan kampus Lady.“Langsung ke sana aja deh,” putus Lady. “Aku masih kenyang,” sambungnya lagi.“Awet ya makan siang sama aku? Kenyangnya lama.” Ale terkekeh menimpali. Kakinya menekan pedal gas lebih dalam.“Iya nih, biasanya jam segini aku udah laper, tapi tumben masih kenyang jam segini.””Itu karena tadi kamu makan siangnya sama aku. Coba kalau nanti makan bareng aku lagi dijamin kenyangnya bakal awet sampai besok.”Tawa Lady meledak. Pria di sebelahnya ini tak henti-henti mengocok perutnya. Entah sudah berapa kali sejak siang tadi.Lady kemudian memeriksa ponselnya. Tidak ada notifikasi apa pun di sana. Termasuk dari Rain. Suaminya itu tidak menghubunginya sama sekali, membuat Lady menjadi yakin bahwa pria itu memang tidak memedulikannya. Bahkan mungkin jika ia mati sekali pun Rain tidak akan mau tahu. Lelaki itu pasti mensyukuri kematiannya.“Tuh kan, tiap lagi sama aku pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Asal Sama Kamu

    Rain mengedarkan mata, memindai keadaan di sekelilingnya. Saat ini Rain sedang berada di kampus Lady. Tidak ada lagi aktivitas di sana. Kampus sudah sepi karena kegiatan perkuliahan sudah berakhir sejak beberapa jam yang lalu.’Kelayapan ke mana lagi lo, Lad?’Rain mulai pusing karena tak juga menemukan istrinya. Saat mencoba menghubungi Lady, ternyata tidak bisa dihubungi. Membuat Rain tidak bisa untuk tidak berpikiran negatif. Pasti Lady sengaja mematikan ponselnya supaya bisa bebas dan berkeliaran ke mana-mana.Keluar dari kampus Lady, Rain mengemudi tanpa arah. Ia susuri jalan raya sementara matanya berlarian dengan gelisah. Setiap sudut ruas jalan tidak lepas dari penglihatannya. Berharap ia akan menemukan Lady.Rain kemudian mendatangi Cake Palace. Yang ditemukannya hanyalah bangunan kosong. Tidak ada siapa pun di sana.‘Brengsek, lo bener-bener mau cari masalah sama gue.’ Rain menendang tong sampah yang berada di depan gedung saking kesalnya.Ia segera masuk ke dalam mobil saat

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Sebuah Penolakan

    Lady melangkah masuk ke dalam rumah mendahului Rain. Ia bermaksud menuju kamar pembantu dan tidur di sana, tapi suara laki-laki itu mencegahnya.“Lo mau ke mana?”Lady diam saja. Ia tidak peduli dan meneruskan langkah.“Lad, lo budek ya? Lo denger gue nggak sih?” Rain mencekal tangan Lady sehingga kakinya tertahan. Rain langsung menghadang di depan dan ia mendapati muka cemberut istrinya itu. “Harusnya gue yang marah, bukan lo, Lad.”Tanpa mengeluarkan suara, Lady terus menyingkir, menerobos Rain yang berdiri menghadang di depannya.“Lad, gue lagi ngomong sama lo, denger nggak sih? Lo hargai gue dong!””Aku mau tidur.”“Tapi ini bukan kamar kita.”‘Kita’. Kalimat itu membuat Lady merasakan sesuatu yang berbeda. Seingatnya baru dua kali Rain menggunakan kata itu y

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14

Bab terbaru

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Permintaan Maaf Sydney

    Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan didampingi kuasa hukum masing-masing.“Maaf, kalau kami terlambat,” kata Wisnu membuka percakapan.“Tidak sama sekali.” Reno yang menjawab. Keduanya sama-sama melempar senyum hangat.Wisnu kemudian menyapa keluarga Jacob satu per satu. “Gimana kabarnya, Pak Jacob? Sehat?”Jacob menganggukkan kepala sambil tersenyum berwibawa.“Bu Jasmine sehat juga kan? Arisan lancar, Bu?”“Lancar, Pak. Bisa kita mulai sekarang?” Perempuan itu sudah kehabisan kesabarannya.“Tentu saja bisa, Bu. Tapi sebelum dimulai dan saya membacakan isi kesepakatan, sebaiknya Sydney juga hadir di sini.”“Sebentar.” Jasmine lalu beranjak dari sana untuk kemudian memanggil anaknya di kamar.Selagi menunggu, Wisnu dan Reno saling mendekat dan berbicara dengan suara separuh berbisik mengenai kesepakatan mereka.Selang beberapa menit kemudian Jasmine kembali muncul beserta Sydney serta perawat pribadi. Sementara yang lain duduk di sofa, Sydney duduk sendiri di ku

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Win-Win Solution

    Sudah berbatang-batang rokok Rain isap. Puntungnya juga hampir menggunung memenuhi asbak. Sementara Wisnu sedang berbicara dengan Kanayya di dalam rumah.Rain menggeleng-gelengkan kepalanya nyaris putus asa kala menyadari saat ini sedang berhadapan dengan siapa. Mau tidak mau Rain mulai menyadari kebenaran perkataan Wisnu bahwa untuk menghadapi orang seperti Jacob dibutuhkan intrik yang cerdik.‘Tuhan… bantuin gue dong…’ Ia berteriak di dalam hati. Di saat itu Rain baru menyadari bahwa mungkin seseorang bisa membantunya. Ale. Jika selama ini sahabatnya itu selalu ada untuknya maka kali ini pasti Ale bisa menolong.”Nyet, bantuin gue,” ucap Rain ketika panggilan terhubung dengan Ale melalui saluran telepon.“Gue harus bantu apa? Kalau gue bisa pasti akan gue lakuin.” Ale menjawab dari seberang sana.“Gue udah bikin perjanjian sama bokapnya Sydney, tapi masa iya sih semua poinnya merugikan gue.” Rain kemudian menceritakan secara detail apa saja isi kesepakatan itu termasuk menyebutkan

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Kesepakatan Yang Gagal

    “Gimana, Mas Rain? Apa sudah cukup jelas? Apa masih ada yang ingin ditanyakan?” tanya Reno, pengacara keluarga Jacob setelah sekian menit Rain masih termangu.“Saya nggak bisa tandatangani surat ini sekarang, Pak.” Rain menjawab sembari memandang lurus ke arah sang kuasa hukum.Seluruh keluarga Sydney terkejut mendengar penolakan Rain.“Kenapa? Apa ada yang kurang jelas? Saya bisa terangkan kalau Mas Rain masih kurang mengerti.”“Saya mengerti apa maksud dan tujuannya. Tapi saya nggak setuju pada beberapa poin di dalam surat perjanjian ini.” Rain menyatakan keberatan.“Bagian mana yang Mas Rain tidak setuju? Mungkin kita bisa bicarakan sama-sama.” Reno terus berusaha membujuk Rain. Sebagai kuasa hukum tentunya pria itu piawai bersilat lidah dan andal bernegosiasi.”Hampir semua bagian saya tidak setuju, terutama poin nomor dua, lima dan enam. Untuk apa konferensi pers? Apa kalian ingin membuat saya malu? Kalian ingin orang-orang jadi tahu, begitu tujuan kalian?”“Mas Rain, tolong jang

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Kesepakatan Bersama

    Jasmine sontak memandang pada Rain dengan tatapan curiga. Untuk apa laki-laki itu hanya meminta berdua saja dengan anaknya di dalam ruangan? Jangan-jangan Rain akan mencelakakan Sydney. Pikiran buruk perempuan itu semakin liar berputar di kepalanya."Kenapa kami harus keluar? Kamu mau apa?" Jasmine memandang miring pada Rain."Saya mau bicara dengan anak Tante.""Tapi kenapa harus berdua? Memangnya apa yang mau dibicarakan?""Tentang solusi masalah ini. Apa Tante nggak ngerti juga? Nanti kalau saya sudah selesai bicara dengan Sydney, Tante dan semuanya boleh masuk. Tapi sekarang tolong kasih saya waktu untuk bicara berdua." Suara tegas Rain kembali membahana.Kemudian Jasmine memandang pada suaminya meminta pertimbangan. Lelaki itu mengerti dan lekas angkat suara. "Kalau kamu memang mau membicarakan solusinya kenapa hanya berdua? Kenapa kami tidak boleh berada di sini?""Om tenang saja, saya hanya minta waktu sebentar. Saya nggak akan mencelakai Sydney kalau memang hal itu yang ada d

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Anaknya Gugur Kan? Dia Juga Mati kan?

    Sukar dijabarkan dengan kata-kata bagaimana terkejutnya Kanayya setelah mendengarkan penuturan Jacob padanya. Pikirannya masih sibuk mencerna beberapa menit setelah panggilan dari laki-laki itu berakhir. Hingga kemudian ia tersadar lantas bergerak keluar dari kamarnya.“Rain, ini Bunda!” Kanayya berseru seraya memanggil nama sang putra. Ia merasakan getaran dari suaranya sendiri.Selang beberapa detik setelahnya daun pintu pun terbuka bersama dengan sosok Lady yang kini berdiri tegak di hadapannya.”Iya, Nda?””Rain mana, Dy?” kejar Kanayya cepat.”Lagi pasang baju, baru siap mandi.”“Kalau sudah selesai langsung temui Bunda.”“Baik, Nda.”Kanayya meninggalkan kamar anaknya sedangkan Lady menutup pintu dan menghampiri Rain yang sedang berpakaian.“Rain, tadi Bunda yang manggil, kalau udah selesai langsung temui.” Lady memberitahu sesuai dengan apa yang didengarnya dari Kanayya tadi.“Bunda mau ngomong apa, Lad?”“Aku juga nggak tahu, tapi dari yang aku lihat di mukanya Bunda kayak yan

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Aksi Nekat Sydney

    Dentingan notifikasi handphone Rain menginterupsi Rain dan Lady yang sedang bermesraan. Mereka baru saja tiba di rumah sekitar beberapa menit yang lalu dan menghabiskan waktu di kamar.“Siapa lagi sih?” gumam Rain kesal.Lady membantu Rain menjangkau ponsel dan memberikan pada sang suami.Mendapati pesan dari Sydney, Rain berdecih jengkel. “Mau apa lagi sih dia?”Rain kemudian menekuri ponselnya selama beberapa saat. Membaca pesan yang dikirimkan Sydney padanya. Sempat terdiam namun kemudian tertawa ringan. “Ada-ada aja,” gumamnya pelan.“Ada apa, Rain? Siapa yang chat?” tanya Lady di sebelahnya. Rain memberikan gawainya pada Lady agar sang istri bisa membacanya sendiri.Menerima ponsel yang disodorkan Rain, Lady terdiam cukup lama. Sebagai sesama wanita hatinya jelas tergugah. Ia sangat mengerti apa yang dirasakan Sydney. Kasihan, pikirnya.Apa yang Lady pikirkan lantas ia sampaikan pada sang suami. “Rain, kasihan dia.”“Lad, itu hanya modus, aku harap kamu jangan sampai luluh. Dia

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Mempermalukan Sydney

    “Kamu mau ke mana?” tanya Kanayya pagi itu pada Rain yang sudah rapi.“Mau ikut Lalad ke toko, Nda.”“Tumben?” “Sekali-sekali aku pikir nggak ada salahnya. Lagian aku juga nggak ada kegiatan di rumah.”Kanayya tidak bertanya lagi. Rain juga tidak mengatakan jika sesungguhnya ia akan bertemu dengan Sydney. Nanti saja. Rain pikir Kanayya tidak perlu tahu urusannya dengan perempuan itu.“Rain, kamu nggak mau ambil job iklan atau apa?” tanya Alana sebelum Rain dan Lady keluar meninggalkan rumah. “Kapan-kapan kali ya, Na, biar masalah ini kelar dulu.”“Bunda setuju. Nanti kamu nggak usah cari manajer baru, biar Lady yang manajerin kamu.” Kanayya menyarankan.Rain memandang pada Lady dan tersenyum lebar. "Boleh juga,” ucapnya. Lalu ia beralih pada Lady, meminta pendapat sang istri. “Kamu mau kan, Lad?”Lady kelihatan bingung. Perempuan itu menggigit bibirnya. “Caranya gimana? Aku nggak punya pengalaman sama sekali.”“Nggak perlu punya pengalaman apa-apa kok, Lad. Kerjaan kamu cuma arrange

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Malam Ini Kamu Yang Di Atas

    “Rain, dibales,” beritahu Lady pada Rain yang sudah naik duluan ke ranjang sedangkan Lady baru saja memakai krim malamnya.“Dia bilang apa?” tanya Rain tanpa membuka mata.“Okay, Bae, besok aku ke sana. I love you.” Lady menyampaikan balasan chat dari Sydney yang baru saja ia baca di handphone Rain.Rain detik itu membuka mata. “Jangan main-main, Lad.” Rain sangka Lady sedang meledeknya dengan kata I love you yang diucapkan Sydney.“Main-main gimana? Nggak percaya nih baca sendiri.” Lady memberikan ponsel di tangannya pada Rain.Lady ternyata tidak bohong. Rain melihat sendiri di gawainya balasan dari Sydney sama persis dengan yang diucapkan Lady.Rain berdecih, lalu setelahnya mematikan ponsel dan meletakkan di nakas.”Nggak kamu bales?” tanya Lady yang kini ikut berbaring di samping Rain di kasur.”Nggak ada yang perlu dibales. Infonya sudah jelas.”“Nggak mau bilang I love you too?” Perempuan itu menggodanya.”Jangan nakal ya, Lad, atau nanti aku–”“Aku apa?” potong Lady kilat.Ra

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Sesuatu Yang Akan Menjatuhkan Sydney

    Malam itu juga Rain meluncur ke apartemen Ale berdua dengan laki-laki itu. Ketika Ale bertanya untuk apa laptop lama tersebut dan apa yang akan mereka cari, Rain masih merahasiakannya. Membuat Ale penasaran setengah mati.“Ayolah, Rain, untuk apa laptop itu?” Ale yang menyetir terus mendesak agar Rain memberitahu.“Nanti lo juga bakal tahu sendiri.” Rain masih bersikukuh merahasiakannya.”Apa bedanya sih nanti sama sekarang?”“Ya bedalah, Nyet. Tapi lo yakin kan kalo laptop itu masih ada?” Sudah sejauh ini akan sia-sia kalau ternyata hasilnya zonk.”Ada kalo nggak dimakan kecoa,” ucap Ale asal.“Garing.”Dengan tidak sabar Rain menarik langkah cepat setelah mereka tiba di Heaven Residence. Gerak-gerik Rain membuat Ale benar-benar penasaran apa sebenarnya yang ingin dicari Rain di laptopnya."Kalo misal nggak ada, gimana?" Ale menyampaikan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi."Jangan macem-macem lo ya!" ujar Rain cemas."Gue nggak macem-macem. Itu kan misalnya.""Pokoknya harus

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status