“El ….” Suara Alzea terdengar begitu Elzio membuka pintu unit apartemen.Elzio mengangkat pandangannya setelah melepas sepatu sehingga netranya dengan netra Alzea bertemu.“Kamu belum tidur?” Elzio bertanya dingin.“Belum, aku nunggu kamu pulang.” Alzea mendekat, meraih tangan Elzio yang kemudian dia genggam.“Bagaimana kalau aku enggak pulang? Kamu akan nungguin aku sampai besok?” Elzio bertanya random karena kesal melihat Alzea yang masih saja bersikap baik padanya.Alzea menganggukan kepalanya disertai senyum. “Tapi kalau bisa kamu pulang ya, El … kamu suami aku.” Alzea mengerjap pelan, bibirnya masih tersenyum tapi Elzio yakin kalau di balik senyum itu menyimpan banyak kesedihan.Elzio tahu kalau Alzea tengah terluka dan semestinya dia tidak boleh menyiksa Alzea terus seperti ini.“Kamu mau mandi air hangat? Aku siapkan ya?” Alzea bertanya membuyarkan lamunan Elzio yang sedari tadi menatap wajahnya kosong.“Enggak usah.” Elzio melepaskan tangan Alzea dan melengos begitu saja masuk
Sarapan pagi kali ini terasa hening setelah tadi malam Elzio dan Alzea sedikit bicara tentang masa depan hubungan mereka.Elzio tidak berani bicara banyak dulu, tidak sampai hati mengatakan yang sebenarnya kepada Alzea.Sedangkan Alzea masih melayani Elzio seperti biasa, meski matanya sembab karena memeras air mata semalaman tapi dia berusaha mengembangkan senyum di bibirnya.“El …,” panggil Alzea di tengah sarapan pagi.Elzio hanya mendongak menatap Alzea sebagai respon.“Nanti malam … mau aku masakin apa? Makan malam sama aku ya?” Alzea melayangkan dua pertanyaan sekaligus.Elzio menatap Alzea sesaat dia lantas menggelengkan kepala dengan sangat menyesal.“Aku memiliki janji nanti malam.” Elzio sengaja jujur agar Alzea membencinya.Tapi reaksi Alzea adalah menganggukan kepala disertai senyum ironi di bibir.Setelah sarapan pagi dia mengantar Elzio hingga depan pintu.“Hati-hati ya El …,” ucap Alzea lalu Elzio pergi begitu saja tanpa peluk atau cium seperti biasa.Alzea menyimpan tan
Elzio selalu pulang malam semenjak Alzea menemukan pesan manis dari wanita lain di ponsel pria itu.Alzea tidak berani memprotes atau mempertanyakan karena takut memercik pertengkaran.Dia diam dan menerima meski hatinya gundah gulana.“Tadi papa telepon, katanya besok mau ke sini.” Alzea berujar sembari membantu Elzio membuka kancing kemeja di dadanya.“Ngapain?” Elzio bertanya dingin.“Kangen sama anaknya mungkin … usahakan besok pulang cepet ya, biar papa enggak banyak nanya … kamu mau aku buatkan makan malam apa?” “Apa aja,” sahut Elzio datar.“Tunggu,” kata Alzea saat Elzio hendak memutar badan usai kemejanya berhasil ditanggalkan Alzea.Elzio menatap lekat Alzea yang juga sedang menatapnya dengan pendar sendu di mata.Detik selanjutnya Alzea memeluk Elzio, menempelkan sisi wajah di dada bidang polos pria itu.“Aku kok kangen sama kamu ya, El?” Alzea bergumam.Kedua tangan Elzio berada di sisi tubuh, enggan membalas pelukan Alzea.“Aku minta maaf ya, kalau aku ada salah … sikap
Alzea berusaha mengabaikan sikap dingin Elzio, dia mencoba berpikiran positif dan melupakan prasangka buruk yang mengotori hati serta pikirannya.Setiap hari Alzea tetap melakukan perannya sebagai seorang istri, memenuhi kebutuhan gizi Elzio dengan baik dan menunggunya pulang.Tidak ada yang memintanya agar menunggu Elzio pulang dulu baru makan tapi Alzea melakukan itu agar bisa makan malam dengan Elzio.Makan malam selalu terasa nikmat kalau dilakukan bersama Elzio.Tapi hari ini Elzio belum juga sampai ke rumah meski malam telah larut.Alzea tidak menyerah begitu saja, dia tetap menunggu sampai ketiduran di meja makan.Sementara itu, di sebuah apartemen—banyak tawa dan canda menemani makan malam Elzio dan mantan kekasihnya.Setelah makan malam, Angela dan Elzio pindah ke ruang televisi.Layaknya seperti sepasang kekasih yang telah berpisah kemudian bertemu kembali, banyak momen yang mereka berdua bahas sampai tidak terasa kalau hari sudah larut malam.“Aku pulang ya,” kata Elzio ser
“Bunga yang di mobil tadi, milik siapa?” Angela bertanya.“Milik Alzea.” Elzio menjawab jujur.Mereka sedang duduk di living room apartemen Angela dengan posisi saling berhadapan hanya terhalang meja tapi demi Tuhan, Elzio rasanya ingin melempar meja itu lalu memeluk Angela erat.“Pacar kamu?” tebak Angela.Elzio menggelengkan kepala. “Semenjak kepergianmu aku tidak pernah mencari penggantimu … sampai suatu hari papa menjodohkanku dengan anak dari teman mama … dia sama sepertimu, bersedia dijodohkan untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya.”Kedua alis Angela terangkat, tidak menyangka kalau ada yang bernasib sama dengannya dan beruntungnya itu adalah orang yang Elzio kenal jadi pantas saja pria itu langsung mempercayai ucapannya barusan.Tuhan sedang berpihak pada Angela Chandler.“Kamu banyak berubah Zio, kamu lebih matang dan dewasa sekarang.” Elzio menatap Angela lekat, menuntaskan rasa rindu yang pernah diselimuti benci selama beberapa tahun terakhir.Dia juga tidak menghindar saa
“Aku akan pulang dengan menyetir sendiri,” kata Elzio memberitahu Arman-sekretarisnya.“Baik, Tuan … saya akan siapkan mobil di depan loby!” “Pesawat siap jam berapa?” Elzio bertanya lagi.“Jam delapan waktu Singapura, Tuan.” Elzio mengangguk-anggukan kepalanya, dia akan pulang menjemput Alzea di rumah kemudian ke Bandara untuk terbang pulang ke Jakarta.Beberapa hari ini istrinya antusias sekali dengan rencana kepulangan mereka ke Jakarta.Elzio memberikan berkas yang telah dia tanda tangani kepada Arman sebelum kemudian sekretarisnya itu undur diri dari ruangannya.Setelah menyelesaikan tumpukan pekerjaan, Elzio keluar dari ruangannya lalu di antar Arman hingga loby.Sesampainya di loby, sudah ada mobil terparkir eksclusive di sana.Elzio duduk di belakang kemudi dan mulai mengendarainya menuju toko bunga.Dia akan membeli bunga untuk Alzea.Toko bunga yang terletak searah jalan pulang menuju gedung griya tawangnya menjadi pilihan Elzio.Setelah membeli bunga, dia melanjutkan per