Share

9. Mimpi Apa Semalam?

Author: Arthamara
last update Last Updated: 2025-07-24 01:29:44

“Mas Doni, sembunyi dulu disini ya,” kata Sandra yang langsung dituruti Doni. Tidak ada jalan keluar memang, kecuali hanya sembunyi sementara. Dia juga tidak akan bisa dengan mudah menjelaskan keberadaannya ke suami Sandra tersebut.

Sandra segera mengenakan handuk kembali, lalu merapikan rambut dan mengibaskan tangan. Makanan yang dipegangnya memang masih panas. Wajar, dia teriak panik seperti tadi. Dia segera membuka pintu.

“Loh, ayah? Sudah pulang. Ini masih jam 10?” Sapa Sandra pada Bayu, suaminya.

“Mama kenapa? Kenapa teriak? Ada apa?” Bayu kembali menjawab pertanyaan istrinya dengan pertanyaaan balik.

Sandra mengatur napas sejenak. Mencoba menguasai keadaan,”Gak apa-apa, yah.”

“Kenapa kamu terlihat gugup seperti itu?” tanya Bayu lagi.

“Eeh anu yah. Mau mindahin sayur, malah tidak sengaja tumpah kena tangan.” Kata Sandra lalu menunjukan jarinya yang memerah pada Bayu.

Suaminya langsung melangkah masuk dan menutup pintu. Memegangi jari jemari istrinya yang memang sedikit memerah.

“Ohalah, pantes teriak. Buat khawatir saja. Ayo sini rendam air dingin.” Kata Bayu seraya menarik Sandra ke kamar mandi.

Doni yang sembunyi di bawah ranjang yang dipakai tidur Syakila, tidak menyangka kalau dia akan berada di situasi seperti ini. Bagaimanapun dia salah, dan bisa berabe kalau sampai Bayu melihatnya.

Sekilas, pikirannya masih terbawa pada kemolekan tubuh Sandra. Mama muda beranak satu itu memang sangat sintal. Buah dadanya lebih besar daripada milik Nadia maupun Erna. Namun, membayangkan hal itu di saat yang seperti ini harus dibuang.

“Dasar. Otak philogynik! Bisa-bisanya aku masih mikir itu. Aku harus segera keluar dari sini.” Gumamnya menyumpahi dirinya sendiri. Mata Doni kembali mencari keberadaan Sandra dan Bayu.

Beberapa saat kemudian, dia melihat Sandra dan suami berjalan masuk ke kamar mandi itu, Doni merasa ini adalah saatnya. Dia melihat ke arah pintu utama, tertutup rapat.

Dia kembali teringat perkataan Sandra bahwa akan memberinya kode, “kalau situasi aman setelah kode kuberikan, Mas Doni  segera keluar.” Begitu pesan Sandra sebelum dia bersembunyi di bawah ranjang. Jadi Doni mengurungkan niat. Dari arah kamar mandi kembali terdengar.

“Sudah mas. Sudah aman, tidak sakit. Ini mengapa mas pulang lebih awal?” Tanya Sandra kembali pada suaminya.

Doni sedikit berdegup mendengar kata aman. Tetapi kata itu tidak ditunjukan padanya. Melainkan pada suami Sandra. Dia kembali menahan napas, serapat mungkin. Sebisa mungkin jangan sampai terdengar.

“Ooh, itu sekolah dipakai rapat kepala sekolah se kecamatan. Jadi yang tidak berkepentingan pulang lebih awal. Ya ngapain ya kan?” jawab Bayu, lalu laki-laki itu melepas seragam yang dikenakan. “Syakila sudah tidur?” bisiknya lirih pada Sandra.

“Tidur barusan. Capek habis masuk PAUD, perdana pulang pagi tadi sih. Larian-larian terus dia di sekolah. “ Ucap Sandra, dia mulai melepas handuk kembali dan mengambil plat Jambi, pakaian dalam lalu berusaha mengenakan.

Pada bawah ranjang, Doni melihat Sandra berusaha mengenakan Cup payud4ra dengan sangat jelas dari posisinya. Dia hanya bisa menelan ludah. Namun, di posisi setengah ketakutan akan ketahuan, senjatanya tidak akan berdiri.

“Jangan dipakai dulu. Ayah tahu, mama sengaja menyambut ayah kan dengan tanpa memakai pakaian? “ Ujar Bayu lalu menggendong Sandra ke ranjang sebelah. Di dalam unit yang mereka tempati memang ada dua ranjang yang dipisahkan sekat tipis dari plastik. Sedangkan posisi kamar mandi berada di tengah.

“Ayah ini, siang-siang begini ngajak ML?” tanya Sandra sedikit terperanjat. Dia tahu, ada Doni yang sedang bersembunyi.

“Mumpung Syakila tidur. Ayo. Kalau malam, nanti ayah yang ketiduran.“ Jawab Bayu. Tanpa persetujuan lebih lanjut dari Sandra, Bayu sudah melepas celana yang dia kenakan. Lalu menarik kembali Sandra ke ranjang.

“Ayah…beneran sekarang? Malu iih.” Sandra berusaha menggeser tubuh Bayu yang mulai menindihnya.

“Malu pada siapa? Ada yang melihat memang? Syakila juga sudah tidur. Gak akan bangun dia, niru bapaknya. Pulas sampai menjelang sore.” Jawab Bayu spontan.

Mendengar perkataan suaminya demikian, membuat Sandra hanya bisa pasrah. Dia tidak mungkin akan bilang kalau ada Doni dibawah ranjang.

Maka, Sandra segera merebahkan tubuh dan melemahkan badan. Dia mengikuti akan kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan sang suami. Bayu langsung memasang kuda-kuda di tengah pangkal kaki Sandra.

“Ma..kok tidak basah sih.” Protes Bayu.

“Iya ayah basahin lah, itu tugas ayah. Buat mama merangsang dan banjir.”

Bayu langsung mencumbui leher Sandra. Memainkan gunung kembar istrinya, menggigit buah dada kembar dan meremasnya.  Sandra mengerang, dia membelai rambut suaminya. Sesekali tangannya merangkul pinggang sang suami.

“Urrgh..mas,” Sandra mendesah. Bayu semakin semangat meremas buah dada Sandra. Perlahan Sandra mulai mencumbui dada suaminya, mengarahkan senjata sang suami pada lubang di tengah pangkal kaki. Lalu mendesah kembali.

“Sudah banjir mas, ayo genjot dan buat aku melayang.” Kata Sandra menggoda.

Dan keduanya melanjutkan pergulatan itu sampai beberapa saat kemudian sang suami mengerang, lalu tergeletak di atas tempat tidur.

Doni hanya mengumpat dalam hati. Mimpi apa dia semalam, melihat sepasang suami istri bersenggama di depan mata. Meski dia tahu, itu tidak berlangsung lebih dari 5 menit. Namun tetap saja pengalaman yang menyiksa.

Sandra mulai menggeser tubuh Bayu ke pinggir. Memastikan suaminya sudah tertidur. Lalu segera menjatuhkan kepala ke tempat Doni berada.

“Mas Doni. aman, segera keluar.” Kata Sandra, dia memang sudah hapal di saat seperti ini suaminya sudah terlelap dan tidak akan bangun untuk beberapa menit kedepan.

Doni perlahan menggeser tubuhnya dan segera bangun begitu keluar dari bawah ranjang. Dari posisi itu terlihat, baik Syakila maupun Bayu semuanya terlelap.

Jantung Doni masih berdebar cepat. Antara terangsang melihat tubuh Sandra atau takut ketahuan Bayu. Dia segera berjalan mendekati pintu dengan langkah yang hati-hati meski berusaha tetap gesit dan cepat layaknya Cheetah mengincar mangsa. Namun sepertinya tidak. Dia lebih seperti maling yang mengendap-endap agar yang tidur tidak kembali membuka mata.

“Saatnya keluar dari lorong neraka.” Pekiknya dalam hati.

Dia memegang handle pintu pelan, lalu menggesernya dengan lebih pelan lagi. Berharap tiada suara yang ditimbulkan. Dia hapal, semua pintu di unit apartemen ini berisik tiada terkira.

Setelah berhasil terbuka, dia langsung keluar dengan segera. Sekarang dia baru sadar, kalau sandalnya sedari tadi di depan.

“Semoga dia gak melihat ini.” Kata Doni pelan sambil mengenakan sandal sejuta umat, bermerk angsa tersebut.

Saat dia berusaha menutup pintu dan berbalik arah, betapa terkejutnya Doni melihat Nadia, tetangga samping unitnya yang berdiri mematung dengan alis terangkat.

“Loh, mas tetangga..ngapain hayoo?” Ucap Nadia yang langsung dengan refleks ditutup mulutnya oleh Doni dengan tangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Erine Widyia N
ngakak juga begitu ya bakal panjang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   Bab 83. Mata Panda

    Hujan berhenti menjelang fajar, tapi langit tetap kelabu. Aroma tanah basah bercampur bau obat-obatan di koridor rumah sakit. Di dalam ruang ICU, mesin monitor berhenti berdetak beberapa detik, lalu berbunyi datar. Mata sembab Nadia sangat kentara karena dia memang terjaga hampir semalaman. Namun, doa dan harapan untuk kesembuhan suaminya lebih terasa menggelora untuk dia dapatkan dengan mengalahkan rasa kantuk dan lelah tersebut. Doni yang kebetulan ikut bersama Nadia menyaksikan betapa besarnya harapan Nadia. “Nad…istirahat dulu.” Ucap Doni pelan. Meski dia tahu jawaban apa yang akan keluar dari Nadia. Benar, Nadia hanya menggeleng. Netranya fokus ke tubuh Ikhsan yang lemas di atas ranjang. Beeeep... “Dokter! Tolong!” jerit Nadia, suaranya parau. Dua perawat dan dokter berlari masuk. Doni berdiri kaku di luar kaca, napasnya tercekat. Lampu merah menyala di atas pintu. Ia menatap tanpa berputar seperti dunia berhenti berputar. Di dalam, dokter berusaha melakukan resusitasi. Sa

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   Bab 82.Janji Malam Minggu

    Doni merasa hari-hari ini lebih berat. Permohonan pengambilan datanya ditolak oleh perusahaan kedua. Padahal, dia harus mendapatkan data dari minimal 3 sumber perusahaan berbeda. Sejak pagi dia sudah ke kampus. Konsultasi dengan dosen pembimbing, lalu mencoba menghubungi perusahaan rekanan kampus. Dan mengurus surat permohonan perizinan lagi di tata usaha. “Mas Doni, emang kemarin ditolak? “ Tanya Mira. Perempuan itu mengenakan jilbab berwarna hitam tipis dengan pakaian yang longgar. Sangat sopan untuk petugas formal di kampus. Berbeda dengan pakaian yang dikenakan saat keluar dengan Doni beberapa hari lalu. “Iya nih Mir, ditolak lagi. Aku harus memulai dari awal ini. Bantuin ya? “ Jawab Doni sambil mengangkat alis. “Oke saja. Tapi tidak ada yang gratis ya. Harus bayar. “ Ucap Mira, tidak kalah menggoda Doni. Seakan mereka berdua saling memanfaatkan situasi. “Apa memang bayarnya coba? “ Mira memberi kode ke Doni untuk mendekat. “Jalan-jalan ke bukit paralayang nanti

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   Bab 81. Ujung Lorong

    Rumah sakit malam itu terasa seperti dunia yang berhenti berputar. Hanya bunyi tetesan infus dan langkah kaki perawat yang bergema di koridor panjang. Doni duduk di kursi tunggu ruang ICU, bahunya bersandar ke dinding. Di sebelahnya, Nadia menatap kosong ke lantai, wajahnya pucat dan lelah.Doni melirik jam tangan. Sudah lewat pukul sepuluh malam. Mereka belum makan sejak siang.“Nad,” katanya pelan, “kamu lapar, nggak? Aku beliin bubur, ya?”Nadia menggeleng. “Aku nggak bisa makan. Rasanya kayak ada batu di dada.”Doni menghela napas. “Kamu butuh tenaga, Nad. Kalau kamu tumbang, siapa yang jagain bayi kalian nanti?”Nadia menunduk, menatap perutnya yang datar. “Aku bahkan belum sempat kasih tahu Ikhsan kalau aku hamil… Don. Aku telat sadar. Aku sibuk marah, sibuk merasa paling benar.” Suaranya pecah. “Sekarang dia di dalam sana, berjuang sendiri.”Doni menatapnya lama. “Nad, kamu nggak salah. Siapa pun bisa marah. Nggak ada yang tahu kejadian kayak gini bakal datang.”“Tapi aku sempa

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   Bab 80. Tangisan Kedua

    Doni yang mendengar dari luar langsung memegang bahunya, menuntunnya keluar ruangan.“Nad, tenang dulu. Tenang…”Nadia menatap Doni dengan mata yang penuh air.“Doni... aku nggak siap kehilangan dia...”Doni memeluk Nadia dengan pelan, menahan suaranya agar tidak pecah.“Kamu nggak akan kehilangan dia, Nad. Ikhsan masih berjuang. Kadang... orang yang hampir kehilangan nyawa itu justru yang paling keras bertahan.”Nadia menatap Doni, air matanya masih mengalir.“Kenapa Tuhan uji kami seperti ini?”Doni menghela napas, menatap langit-langit rumah sakit.“Mungkin... karena Tuhan tahu kalian cukup kuat untuk saling menggenggam di tengah api.”Hening. Hanya suara hujan di luar jendela yang perlahan turun lagi — seolah langit ikut meneteskan air mata untuk cinta yang tengah berjuang antara hidup dan mati.Beberapa jam setelah keluar dari rumah sakit, Doni masih belum tenang. Suara alat medis, tangisan Nadia, dan wajah pucat Ikhsan terus berputar di pikirannya. Ia menatap Nadia yang tertidur

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   Bab 79. Menjadi Orang Lain

    Seperti layaknya pekerja pada umumnya, Doni pagi buta segera mengirim pesan untuk memperoleh izin tidak masuk kerja pada Sylvi. Dia mengirim pesan yang formal pada atasan sekaligus orang yang menaruh perasaan lebih padanya. [Oke, aku gak kemana-mana minggu ini. Semua aku handle dari apartemen. Lagi malas keluar. Mau kemana kamu kok izin? “] Begitu bunyi jawaban dari pesan Sylvi. Doni segera membalas. [Ambil data penelitian di perusahaan kedua. Kemarin aku sudah memasukan berkas. Terima kasih atas izinnya. ] [Kamu gak mau ambil data di perusahaan kita saja? Data apa sih yang mau kamu ambil? ] Tawaran dari pesan Sylvi sepertinya mengasyikkan. Namun, Doni tidak memiliki rencana untuk itu. Dia memilih untuk mengambil data di perusahaan lain saja. Agar, datanya lebih netral dan valid. [Aku ambil data di perusahaan lain. Semoga berhasil dan bisa segera lulus. Biar bisa melamar kamu. ] Beberapa detik kemudian… Sylvi membalas. [AKU GAK MAU NIKAH! ] Doni hanya tertawa membaca ba

  • Semua Perempuan Itu Mengejarku   Bab 78. Ketukan Sebelah

    Tok..tok..toksuara pintu diketuk menggerakan kepala Doni untuk menggeser tulang punggungnya menjauhi kursi. Dia melirik mesin berpenggerak sederhana, yang menempel di dinding diatas lemari bajunya.[Pukul 19.35]“Iya…silakan masuk?” Sapa Doni, seraya membuka pintu.Di depannya tampak perempuan dengan daster dan tubuh yang lebih berisi. Baik bagian belakang maupun depan.“Maa….mas Doni..” sapa perempuan itu. Rambutnya memanjang sampai pinggang.“Mbak Nadia? Ada apa mbak? “ Tanya Doni.Tampak Nadia seperti dilanda kebingungan. Terlihat dari cara perempuan itu menatap juga gerakan tangannya yang menggulung ujung dasternya. “Mas… mas Ikhsan… “ Suara Nadia tercekat, nyaris tak terdengar. “Iya mbak? Kenapa Mas Ikhsan? ““Dia tidak ada kabar mas. ““Mbak tenang dulu. Mungkin mas Ikhsan lagi ngurusin tugas mbak. Damkar kan lagi bagus memang di mata masyarakat akhir-akhir ini. “Nadia mendongakan kepala sejenak, menatap Doni yang masih berusaha menenangkannya. Tiba-tiba Nadia malah menangi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status