Home / Romansa / Sengketa Hati Mantan Suami / BAB 2. PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

Share

BAB 2. PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

Author: baeyorka
last update Last Updated: 2024-07-05 02:07:51

Laksmi menatap layar laptopnya dengan serius, mencoba memusatkan perhatian pada laporan kasus yang harus dia selesaikan untuk pertemuan besar sore ini. Ruangan rapat tempatnya duduk terletak di ujung lorong panjang di lantai tujuh gedung kantor hukum yang megah. Sebagai salah satu pengacara terkemuka di firma ini, Laksmi terbiasa dengan kegiatan sehari-hari yang sibuk dan tekanan yang tak terelakkan dari pekerjaannya.

Saat dia mengetik dengan cepat, fokusnya terganggu oleh kehadiran seseorang yang duduk di sudut ruangan. Jaka. Mantan suaminya. Dia tidak sengaja melihat ke arahnya ketika rekan kerja Jaka datang berbicara dengannya dengan antusias, sementara Jaka sendiri duduk dengan tatapan hampa, berusaha menenangkan diri di tengah keriuhan kantor yang ramai.

Laksmi menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir perasaan tidak nyaman yang tiba-tiba menyergapnya. Ini adalah pertemuan pertama mereka sejak mereka bercerai tiga bulan yang lalu. Setelah perceraian yang sulit dan penuh pertengkaran, mereka berdua memutuskan untuk menjaga jarak satu sama lain di tempat kerja, menjaga profesionalitas mereka di depan rekan-rekan kerja mereka.

Namun, kehampaan dalam pandangan Jaka membuat Laksmi tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Dia masih merasa hampa, terluka oleh akhir dari hubungan mereka yang pernah penuh cinta dan harapan. Di sudut hatinya yang paling dalam, dia merindukan apa yang mereka miliki bersama, sebelum segala sesuatunya runtuh.

Sementara itu, Jaka memperhatikan Laksmi dari kejauhan. Dia bisa merasakan kerinduan di balik tatapan dinginnya, meskipun dia tidak yakin apakah dia berani menghadapinya. Mereka telah melewati begitu banyak, dan rasa sakit yang dia rasakan masih begitu segar. Tetapi di antara semua kesulitan itu, dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dia merindukan Laksmi dengan segala hatinya, meskipun dia tahu itu semua sudah terlambat.

Setelah beberapa saat yang tegang, Jaka akhirnya mengambil langkah berani mendekati meja Laksmi. Hatinya berdebar kencang ketika dia berdiri di depannya. "Hai, Laksmi," kata Jaka dengan suara yang terdengar kikuk dan lembut.

Laksmi menoleh perlahan, tidak yakin bagaimana cara merespons. Dia melihat tangan Jaka yang terulur ke arahnya, menawarkan salam. Setelah sesaat ragu, Laksmi merentangkan tangannya dan menggenggam tangan Jaka. Sentuhan hangat dari tangan yang pernah dikenalnya begitu baik, tapi sekarang terasa begitu asing, membangkitkan kenangan-kenangan yang sekarang terasa pahit.

Mereka berdua terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk mengakhiri keheningan yang tidak nyaman ini. Keduanya tahu bahwa perceraian mereka telah meninggalkan luka yang dalam di hati mereka masing-masing, luka yang sulit untuk sembuh.

"Apa kabar?" tanya Jaka dengan cemas, mencoba memecah keheningan.

Laksmi menatap Jaka dengan pandangan tajam, mencoba menemukan keberanian untuk berbicara. "Baik. Bagaimana denganmu?" balasnya dengan suara yang terdengar kaku.

Jaka mengangguk singkat. "Baik-baik saja. Hanya mencoba untuk menyesuaikan diri dengan segalanya," jawabnya dengan jujur.

Laksmi mengangguk juga, mencoba menahan gelombang emosi yang mendesak. Mereka berdua sadar bahwa mereka tidak bisa menghindari satu sama lain di tempat kerja, terlepas dari seberapa sulitnya situasi ini bagi keduanya.

"Kita mungkin perlu berbicara," kata Jaka akhirnya dengan suara rendah, matanya menatap tajam ke arah Laksmi.

Laksmi mengangguk pelan. Dia tahu bahwa pertemuan ini tidak bisa dihindari, meskipun dia tidak yakin apakah dia siap untuk menghadapinya. Mereka berdua telah memutuskan untuk menjaga jarak setelah perceraian mereka, tetapi bagaimanapun juga, masih ada banyak yang harus dibicarakan, banyak luka yang belum sembuh.

Jaka menarik kursi di sebelah Laksmi dan duduk dengan hati-hati. "Mungkin kita bisa bicara setelah rapat sore ini. Ada beberapa hal yang perlu kita klarifikasi," usulnya dengan penuh pertimbangan.

Laksmi menatap Jaka dengan ekspresi ragu. Dia tidak yakin apakah dia sanggup menghadapi konfrontasi emosional seperti itu, terlebih setelah segala yang terjadi di antara mereka. Namun, ada bagian dari dirinya yang ingin menyelesaikan segala sesuatu dengan baik-baik, meskipun hanya untuk menutupi luka yang terbuka.

"Baiklah," kata Laksmi akhirnya dengan suara lemah. "Setelah rapat, kita bisa bicara."

Jaka mengangguk. "Terima kasih, Laksmi."

Mereka berdua terdiam lagi, duduk di ruangan rapat yang sunyi. Diantara mereka terbentang jurang yang dalam, dipenuhi dengan kenangan-kenangan manis dan pahit dari masa lalu mereka. Meskipun mereka berusaha untuk menjaga jarak, mereka tidak bisa menghilangkan perasaan yang masih saling mengikat satu sama lain.

Rapat sore itu berlangsung dengan lancar, meskipun pikiran mereka berdua terus melayang pada pertemuan mendatang. Ketika akhirnya rapat selesai, mereka berdua keluar dari ruang rapat dengan hati-hati. Beberapa rekan kerja yang sadar akan situasi mereka memilih untuk menghindari tatap muka langsung, meninggalkan mereka sendirian di lorong kosong.

Laksmi dan Jaka berjalan berdampingan menuju ruang konferensi kecil di ujung koridor. Setelah masuk dan menutup pintu, mereka duduk di sisi yang berlawanan dari meja kecil. Atmosfer di ruangan itu tegang, seperti yang bisa mereka duga.

Laksmi memulai dengan ragu. "Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan, Jaka?"

Jaka menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku tahu kita berdua telah berusaha untuk menjaga jarak di tempat kerja ini. Tapi, aku merasa bahwa ada beberapa hal yang belum kita selesaikan dengan baik. Percakapan ini penting bagi kita berdua."

Laksmi mengangguk, wajahnya memperlihatkan ekspresi campuran antara ketegangan dan kerinduan. Dia tahu bahwa dia tidak bisa menghindar dari pembicaraan ini, meskipun hatinya berdegup kencang dalam ketakutan akan apa yang mungkin diungkapkan.

Jaka melanjutkan dengan hati-hati. "Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu setelah semuanya ini. Setelah perceraian kita."

Laksmi menatap Jaka dengan tajam, mencoba menahan air mata yang menetes di sudut matanya. "Aku... Aku merasa hampa, Jaka. Kami telah melalui begitu banyak bersama, dan sekarang semuanya terasa seperti hanya kenangan yang terlalu cepat berlalu."

Jaka menelan ludah. Dia juga merasa hal yang sama, meskipun dia tidak yakin apa yang bisa dia katakan untuk menghibur Laksmi. "Aku merindukanmu, Laksmi. Dan aku menyesal atas segalanya yang terjadi di antara kita."

Laksmi menundukkan kepala, menutup matanya untuk beberapa detik. "Aku juga merindukanmu, Jaka. Tapi... tapi bagaimana kita bisa kembali pada seperti semula setelah segala yang terjadi?"

Jaka merasa dadanya terasa sesak. Dia tidak memiliki jawaban yang pasti untuk pertanyaan itu. Mereka berdua telah melangkah terlalu jauh untuk kembali ke masa lalu yang mereka kenal. "Aku tidak tahu, Laksmi. Tapi aku tahu bahwa aku tidak ingin kehilanganmu dari hidupku sepenuhnya."

Laksmi mengangguk perlahan, memahami kata-kata Jaka. "Aku juga tidak ingin itu, Jaka. Tapi kita harus menghadapi kenyataan bahwa kita mungkin tidak bisa kembali seperti dulu."

Mereka berdua terdiam, terjebak dalam lingkaran kehampaan dan harapan yang sulit untuk diungkapkan. Meskipun mereka mencoba untuk menemukan jalan keluar dari situasi ini, mereka tahu bahwa masa depan mereka bersama tidak lagi seindah dan semudah yang mereka bayangkan.

Setelah beberapa saat yang penuh ketegangan, Jaka mengulurkan tangannya ke arah Laksmi. "Maafkan aku, Laksmi," ujarnya dengan lembut. "Aku tahu aku telah menyakitimu, lebih dari yang bisa aku ungkapkan dengan kata-kata."

Laksmi menatap tangan Jaka dengan penuh perasaan. Setelah beberapa detik ragu, dia akhirnya meraih tangan Jaka dalam genggamannya. "Aku juga minta maaf, Jaka. Kita berdua melakukan yang terbaik yang kita bisa."

Jaka menanggapi genggaman tangannya dengan hangat. Dia merasa sedikit lega bahwa mereka bisa menemukan titik temu, meskipun mereka tidak bisa memperbaiki masa lalu mereka.

Mereka duduk bersama di ruangan konferensi yang sunyi, merenungkan masa lalu yang mereka bagi bersama dan masa depan yang mungkin ada di depan mereka. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi mereka merasa lega bahwa mereka setidaknya mencoba untuk menyelesaikan segalanya dengan baik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Menonton Pertandingan Sepakbola

    Pertandingan sepakbola selalu menjadi acara yang dinanti-nantikan oleh banyak orang, tak terkecuali bagi Laksmi dan Jaka. Di tengah jadwal kerja yang padat, mereka berdua memutuskan untuk meluangkan waktu dan menonton pertandingan sepakbola bersama, meski dengan perasaan campur aduk. Pertandingan ini bukan hanya soal tim favorit yang bertanding, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa menikmati waktu bersama di luar lingkungan kerja.Stadion yang penuh sesak dengan para penggemar menciptakan atmosfer yang meriah dan bersemangat. Suara sorak-sorai, teriakan, dan nyanyian dari para suporter menggema di seluruh arena. Laksmi dan Jaka tiba di stadion dengan langkah penuh semangat, mengenakan atribut tim favorit mereka. Laksmi mengenakan syal berwarna biru, sementara Jaka dengan kaos merah menyala, menunjukkan dukungan mereka untuk tim yang berbeda."Mungkin kita seharusnya tidak duduk bersebelahan," canda Jaka, melihat perbedaan warna syal dan kaos mereka.Laksmi tersenyum tipis. "Oh, j

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Reuni Keluarga

    Hari itu cerah, sinar matahari menembus dedaunan dan menciptakan bayangan-bayangan indah di halaman rumah besar tempat reuni keluarga diadakan. Laksmi dan Jaka tiba bersamaan, meski tidak direncanakan. Mereka berdua datang atas undangan klien mereka, Pak Agus, yang telah menangani kasus hukumnya bersama-sama.Reuni keluarga Pak Agus adalah acara besar. Banyak tamu yang hadir, dari kerabat dekat hingga keluarga jauh yang sudah lama tidak bertemu. Meja-meja panjang dihiasi dengan makanan lezat, tenda-tenda putih berdiri megah di sudut halaman, dan suara musik yang lembut mengalun, menciptakan suasana yang hangat dan akrab.Laksmi dan Jaka bertemu di pintu masuk, keduanya tampak rapi dengan pakaian semi-formal. Laksmi mengenakan gaun berwarna biru muda, sementara Jaka tampil gagah dengan kemeja putih dan celana panjang hitam. Mereka saling tersenyum dan menyapa dengan canggung."Selamat datang, Laksmi, Jaka," kata Pak Agus dengan ramah sambil menjabat tangan mereka. "Terima kasih sudah d

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Pesta Pernikahan

    Pesta perpisahan diadakan di ruang pertemuan besar firma hukum, sebuah ruang yang sering dipakai untuk rapat besar atau acara penting. Namun, kali ini suasananya berbeda. Ruang yang biasanya serius dan penuh tekanan kini didekorasi dengan balon, bunga, dan hiasan yang meriah. Semua orang mengenakan pakaian yang rapi dan suasana penuh dengan tawa serta percakapan hangat.Laksmi berdiri di dekat meja minuman, mengenakan gaun elegan berwarna merah marun. Ia memegang gelas jus di tangannya, sambil memperhatikan keramaian di sekelilingnya. Malam itu terasa istimewa, bukan hanya karena perpisahan untuk salah satu anggota tim senior, tetapi juga karena suasana yang penuh dengan kenangan dan harapan.Jaka mendekatinya, membawa dua gelas anggur. "Ini untukmu," katanya sambil menyerahkan salah satu gelas kepada Laksmi."Terima kasih," jawab Laksmi dengan senyum lembut. "Malam ini benar-benar mengingatkan kita pada banyak hal, ya?""Benar," kata Jaka sambil menatap sekeliling ruangan. "Banyak ke

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Ulang Tahun yang Tak Terlupakan

    Hari itu adalah hari yang istimewa di kantor firma hukum tempat Laksmi dan Jaka bekerja. Seluruh kantor terasa lebih hidup, dengan hiasan balon dan pita yang menghiasi ruang kerja. Beberapa kolega terlihat sibuk mengatur meja-meja dengan kue, minuman, dan hadiah yang tertata rapi. Semua orang tampak bersemangat, karena mereka merencanakan sebuah kejutan besar untuk Laksmi yang berulang tahun hari ini.Pagi itu, Laksmi datang ke kantor seperti biasa, tanpa mengetahui apa yang sedang direncanakan untuknya. Ia mengenakan gaun biru sederhana dan senyum ramah yang selalu ia bawa. Jaka, yang sudah mengetahui rencana kejutan tersebut, berpura-pura tidak tahu apa-apa dan menyambut Laksmi dengan senyum hangat di pintu masuk."Selamat pagi, Laksmi," sapa Jaka sambil menahan tawa. "Siap untuk hari yang penuh dengan tumpukan dokumen?"Laksmi tertawa kecil. "Selalu siap, Jaka. Kamu sendiri bagaimana?""Oh, aku? Aku merasa hari ini akan menjadi hari yang menarik," jawab Jaka dengan nada misterius.

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Perjalanan Ke Tempat Liburan

    Matahari bersinar cerah di langit biru saat Laksmi dan Jaka berdiri di depan kantor firma hukum mereka, menunggu jemputan untuk perjalanan liburan yang telah lama mereka rencanakan. Setelah berbulan-bulan tenggelam dalam tumpukan pekerjaan dan tekanan kasus-kasus hukum yang rumit, mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti dan melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk kota.Mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadi tiba, dan mereka memasukkan koper-koper mereka ke dalam bagasi. Dengan hati yang ringan dan senyum yang tak terelakkan, mereka melangkah masuk ke dalam mobil dan duduk berdampingan di kursi belakang. Perjalanan mereka dimulai dengan obrolan ringan dan tawa yang mengisi suasana, membuat mereka merasa seperti kembali ke masa-masa awal hubungan mereka."Sudah lama sekali kita tidak bepergian bersama," kata Laksmi sambil melihat keluar jendela, mengagumi pemandangan yang berubah dari gedung-gedung tinggi menjadi perbukitan hijau.Jaka mengangguk setuju. "Benar. Kita terlalu

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial - Kenangan Pertama

    Di sebuah kantor hukum yang sibuk di pusat kota, terdapat sebuah ruang tunggu kecil yang sering kali terabaikan oleh kebisingan lalu lintas pekerjaan sehari-hari. Di pagi yang cerah itu, suasana tenang di ruang tunggu terganggu dengan kedatangan Laksmi, seorang pengacara muda yang terkenal dengan kecerdasan dan dedikasinya dalam menangani kasus-kasus hukum yang rumit. Dengan langkah ringan, dia memasuki ruang tunggu dan duduk di salah satu sudut, menata berkas-berkas klien yang perlu dia tinjau.Sementara itu, dari ujung koridor, langkah-langkah mantap terdengar semakin dekat. Itu adalah Jaka, seorang pengacara berpengalaman yang dihormati atas keahlian dan keberaniannya dalam ruang sidang. Pikirannya dipenuhi dengan strategi-strategi hukum untuk kasus terbaru yang sedang dia tangani. Saat dia memasuki ruang tunggu, dia tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya, fokus pada ponselnya yang berdering tanpa henti.Mata mereka bertemu secara kebetulan di tengah ruang tunggu yang sunyi. Itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status