Share

Senja Terakhir di Wu Chan
Senja Terakhir di Wu Chan
Penulis: Wee Dee

bab 1

Penulis: Wee Dee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-05 23:44:13

“Dua puluh lima, dua puluh enam, tujuh, delapan, sem ... eh, mana nomor dua puluh sembilan?” gumam Chou sambil pelan-pelan menyibak kelelawar yang bergelantungan di kurungan. Chou berulang kali mengecek ulang kumpulan kelelawar yang menjadi tanggung jawabnya.

“Ah ... sialan!” Chou segera menarik tangannya dari dalam kurungan. Tangan Chou yang berkali-kali membolak-balikkan tubuh kelelawar-kelelawar yang sedang tidur itu sangat mengganggu mereka. Mungkin karena sejak dilahirkan kelelawar-kelelawar ini sudah ada di laboratorium, mereka tidak lagi takut pada manusia. Mereka juga sudah terbiasa keluar masuk kurungan untuk dijadikan percobaan.

Chou melihat sarung tangannya yang lumayan tebal terkoyak, ada sedikit darah mengalir dari ujung jarinya. Dia tidak begitu memperhatikan kelelawar nomor berapa yang menggigitnya tadi.

“Ada apa? Kenapa tanganmu?” tanya Angel.

I’m ok. Don’t worry.” Chou menutupi rasa sakit di ujung jarinya di depan ‘malaikat’ cantik yang diam-diam sudah memasung hatinya sejak pertama bertemu itu, dengan senyum lebar.

Are you sure? Coba kulihat.” Setengah memaksa Angel berusaha menarik tangan Chou yang disembunyikan di belakang punggungnya. Namun, Chou menepis lembut tangan halus Angel dan menggenggamnya.

“Aku enggak apa-apa, percayalah.”

Tiba-tiba, terdengar suara bel tanda pintu laboratorium terbuka. Keduanya menoleh ke arah pintu kaca yang hanya bisa dibuka menggunakan kartu khusus.

“Hai, pagi-pagi sudah genggam-genggaman tangan! Pacaran jangan di sini, ada CCTV dimana-mana,” canda James pada dua rekannya.

“Tangan Chou terluka, tapi dia tidak membiarkan aku melihat lukanya.”

Angel segera menarik tangannya. Seandainya bukan di dalam laboratorium mungkin dia akan membiarkan tangan hangat pemuda tampan yang jenius itu menggenggam jemarinya berlama-lama. Seandainya Chou tahu gemuruh di dada Angel saat jari mereka saling menggenggam ....

“Terluka kenapa?” James menatap Chou yang sedang membersihkan lukanya dengan alkohol swab.

“Aku tadi melihat si nomor dua puluh sembilan tidak ada di kurungan. Mungkin aku mengganggu teman-temannya yang sedang tidur, salah satu dari mereka menggigitku.” Chou memperlihatkan ujung jarinya yang sobek kecil dan sarung tangan yang juga terkoyak cukup lebar.

“Kurungan nomor berapa?” Wajah James berubah tegang.

“Kurungan D13. Aku heran kemarin masih lengkap tiga puluh ekor. Pagi ini berkurang satu, tapi aku lihat catatan sebelumnya tidak ada riwayat yang mati.”

Chou menyodorkan catatan yang setiap hari harus diisi oleh petugas jaga yang bertanggungjawab sesuai jam kerja.

“Kamu yakin? Sudah kamu cek ulang? Sudah cek kurungan yang lain?” James cemas sekaligus tegang, dia berkali-kali membaca laporan timnya.

“Eh, kamu tidak melihat jariku luka begini? Kamu pikir mengapa aku digigit? Itu karena aku berkali-kali mengecek dan mencari nomor dua puluh sembilan. Tidak mungkin tertukar kurungan. Kalau memang iya, harus ada yang bertanggungjawab.” Chou sedikit tersinggung karena James sebagai ketua tim meragukan kinerjanya.

Sorry, bukan begitu maksudku, aku hanya ...,” James tidak sempat menyelesaikan kalimatnya.

“Ada apa James?” tanya Profesor Lim.

James hanya terdiam dengan wajah tegang. Ada sebersit ketakutan bila dia mengatakan yang sebenarnya, tetapi dia tidak mungkin berbohong. Setiap sudut ruang laboratorium terpasang CCTV yang merekam semua kegiatan selama 24 jam penuh setiap hari.

“Nomor dua puluh sembilan dari kurungan D13 ... menghilang, Prof.”

James menyerahkan berkas laporan dari sif sebelumnya. Sang Profesor menatap tajam mahasiswa andalannya satu persatu. Dahinya berkerut.

“Bagaimana bisa?” Suara Profesor Lim nyaris seperti bisikan. Kalau sudah begitu, artinya ada yang sangat serius terjadi. Para mahasiswanya sudah sangat mengenal kebiasaan Profesor terbaik versi Dewan Komunis China itu.

Kurungan D13, tidak sembarangan petugas boleh mendekatinya. Hanya orang tertentu dan mendapat wewenang khusus yang boleh mengecek keadaan kelelawar-kelelawar yang ada di dalamnya. Hewan-hewan ini memang diperuntukkan untuk percobaan. Bila menggunakan anjing atau kelinci, selain biaya yang mahal, sejumlah organisasi penyayang binatang akan terus menerus mengganggu mereka dengan surat protes yang tidak berhenti mereka kirimkan.

“Siapa terakhir yang mengawasi kurungan D13?” tanya Profesor yang sudah memutih seluruh rambutnya itu.

James segera melihat daftar nama petugas yang mengawasi kurungan D13 selama 24 jam terakhir.

“Chen, Siau Chen Liu. Chou, bisa kau hubungi dia? Siapa tahu dia masih belum pulang.”

Chou segera melakukan perintah James. Dia mengambil telepon genggamnya dari saku seragam lalu menekan nomor telepon Chen.

“Chen, kau di mana? Segera kembali ke laboratorium, Profesor Lim mencarimu.”

Tanpa basa-basi Chou langsung meminta Chen kembali ke laboratorium

“Ada apa?” tanya Chen di ujung telepon.

“Pokoknya kau segera ke laboratorium, urgen!” tegas Chou.

“Ok.”

Setelah mendengar jawaban Chen, Chou segera menutup telepon selularnya. Dia mengangguk pada James, mengisyaratkan tugasnya sudah dia lakukan.

“Sebentar lagi Chen datang, Prof.”

Profesor Lim mengangguk mendengar laporan James.

Angel pura-pura sibuk dengan beberapa gelas piala berisi cairan berwarna kuning. Chou mendekat, membantunya menyusun tabung-tabung reaksi di raknya. Angel merapatkan tubuhnya pada Chou.

“Kenapa semua panik?” tanya Angel lirih.

“Kamu tidak tahu?” Chou balik bertanya.

Angel menggeleng. Dia benar-benar tidak paham mengapa kurungan D13 sangat istimewa. Dia termasuk yang ada di tim proyek ini sejak awal, tetapi tidak semua dia tahu. Hal itu karena ada rumor yang beredar kalau proyek ini adalah salah satu proyek rahasia pemerintah pusat, hanya beberapa orang saja yang diberi akses untuk ‘tahu segalanya’ dan yang pasti mereka memang orang-orang istimewa.

“Kurungan D13, adalah proyek rahasia itu. Semakin sedikit yang kamu tahu akan semakin baik.”

Chou bicara dengan suara sangat pelan, nyaris berbisik. Angel yang mendengarnya tertegun, tubuhnya menegang.

“James, jaga jangan sampai berita hilangnya nomor dua puluh sembilan tersiar keluar. Aku tidak mau orang-orang panik.” Semua terdiam mendengar ucapan Profesor Lim yang tegas dan sangat hati-hati. Raut wajahnya sangat serius dengan sorot mata tajam.

“Baik, Prof,” jawab James tidak kalah tegas.

"Jangan lupa, cek CCTV dua hari terakhir," perintah Profesor Lim sambil berjalan ke luar laboratorium.

"Siap, Prof,” jawab James tegas.

Kemudian dia berpaling ke arah Chou, “Chou bisa kau minta petugas keamanan mengirimkan rekaman CCTV dua hari terakhir khusus ruangan ini? Katakan saja Profesor Lim ingin mengecek hasil tes pada kelelawar kita. Ingat, jangan bicara macam-macam!" pesan James pada Chou yang menjawab dengan anggukan saja.

Sepagi ini, dahi James berkeringat cukup deras. Padahal, sudah hampir musim dingin. Dia benar-benar panik dan tidak bisa berpikir jernih hari ini.

“Tenanglah, James. Kita pasti menemukannya, apa pun caranya.”

Chou memang selalu bisa menutupi perasaannya. Sepanik apa pun keadaan, dia tetap bisa tenang dan tampil bersahaja. Walau sebenarnya dia sempat gemetar ketika pandangannya beradu dengan Profesor Lim tadi.

“Kenapa Chen lama sekali?” teriak James kesal sambil membanting laporan yang berkali-kali dibacanya.

Sementara itu, Angel berdiri di sudut laboratorium dengan tubuh gemetar.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 25

    “Bagaimana mungkin?” tanya Angel hampir tidak percaya.“Itulah yang membuat kami memutuskan mengirim kalian ke Beijing. Penelitian kalian bisa dibilang paling berhasil di antara tim-tim yang lain,” ujar Tuan Guan sambil membuka file yang lain dari komputernya.“Tim-tim yang lain? Sebenarnya ada berapa tim yang terlibat dengan penelitian corona virus ini, Prof?” tanya Chou hati-hati.“Kalian tidak mengira akan banyak tim yang terlibat, kan? Ini proyek besar. Hasil dari penelitian ini akan membuat kita semua dikenal dan dikenang. Mengangkat nama besar negara kita dan menjadikan bangsa ini dihargai, bahkan ditakuti dunia. Apa menurut kalian proyek ini hanya tentang karier kalian di WIV?” Tuan Guan mengakhiri kalimatnya seraya memperlihatkan layar komputer pada empat pemuda yang masih terkejut dengan semua info yang baru mereka terima.Di layar komputer terlihat rekaman dari proses penyilangan coronavirus SARS d

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 24

    Tepat pukul 08.00, kedua senior yang mereka tunggu datang. Lengkap dengan dua box berisi data lengkap penelitian selama hampir tiga tahun. Box plastik yang lumayan besar itu diletakkan di sebuah meja beroda yang di dorong oleh Dao. Tim James mengernyitkan dahinya melihat pemandangan ganjil itu. Seorang ketua tim yang terkenal sangat arogan melakukan pekerjaan yang receh. Bagaimana mungkin itu terjadi pada seorang ketua tim yang otoriter dan keras kepala.“Terima kasih Dao, kau boleh pergi.” Profesor Zangli berdiri di depan pintu dan tangannya sengaja menahan tubuh Dao yang hendak masuk ke laboratorium.“Tugasmu sudah selesai, kau boleh kembali ke laboratoriummu. Oh, iya, jangan lupa, nanti sore timmu akan bertemu dengan Profesor Kim di ruang rapat utama. Ingatkan teman-temanmu.” Tuan Guan mendekat dan segera menutup pintu laboratorium sebelum Dao menjawab.Di balik pintu kaca, Dao menatap tajam pada James yang melambaikan tangan sambil te

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 23

    Pagi hari, di Wu Chan. Distrik Jiangxia, bermandikan sinar matahari pagi yang hangat. Empat orang anak muda menyusuri tepi sungai Yangtze sambil berbincang santai. Jalanan masih sepi, maklum waktu masih menunjukkan pukul 06.00. Namun, karena ini adalah akhir musim semi, matahari sudah mulai bersinar terang menyambut awal musim panas. Sungai Yangtze atau sungai Panjang adalah sungai terpanjang di daratan China dan Asia, serta menjadi yang terpanjang ketiga di dunia. Sungai yang membelah kota Wu Chan dan membaginya ke dalam beberapa distrik itu menjadi pembatas kebudayaan kuno China di selatan, sedang batas di utara adalah sungai Kuning. Distrik Jiangxia sendiri terletak di sebelah timur atau kanan sungai Yangtze. Distrik yang paling sedikit jumlah penduduknya. Alam pedesaan yang masih asri lebih mendominasi distrik ini. Makanya, salah satu daya tarik wisata Jiangxia adalah alamnya yang masih asri. “Chou, semalam kau yakin itu Wangli yang meneleponmu?” James me

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 22

    Siapa yang tidak iri, mendengar rekanan satu proyek-walau bukan satu tim-mendapat undangan ke tempat paling bergengsi di daratan China. Bahkan, keberadaan Chinese Academy of Sciences sudah diakui dunia sebagai salah satu yang terbaik di Asia. CAS berkantor pusat di distrik Xijheng, Beijing. Berada langsung dibawah Dewan Negara Republik Rakyat China. Artinya semua yang melibatkan CAS berada di bawah kendali langsung dewan tertinggi partai berkuasa di China. CAS memiliki 100 institut cabang, dua universitas bergengsi, dan beberapa perusahaan komersial. Salah satu perusahaan komersial yang terbesar dan sudah diakui dunia kualitasnya adalah Lenovo. Shanghai Institute of Material Medica hanya salah satu cabang dari seratus institute yang tersebar di seluruh pelosok China. Salah satu bagian dari CAS yang menjadi basis penelitian tentang virus dan penyakit yang pernah menjadi pandemi dunia adalah Wuhan Institute of Virology. CAS bekerjasama dengan The Word Academy of Sciences untuk menghasi

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 21

    James tampak berlari kecil menuruni tangga sesaat setelah Chou meneleponnya. Beruntung urusannya sudah selesai dengan Profesor Kim saat gawainya berbunyi. Pintu kaca laboratorium yang hanya bisa dibuka dengan chip yang tertanam di kartu identitas tiap-tiap pekerja itu terbuka setelah James menempelkan kartu ID-nya di detektor yang terpasang di kanan pintu. “James ... bagaimana kabarmu, anak muda?” Profesor Lim muncul dengan wajah ceria dan senyum lebar. “Ba-baik, Prof. Saya baik-baik saja, terima kasih sudah bertanya.” James justru agak gugup melihat profesor senior di WIV saat masih sangat pagi. Sedari tadi dia gelisah, takut kasus hari itu akan dibuka kembali. Doanya sejak keluar dari ruang Profesor Kim hanya satu, semoga tidak ada lagi yang ingat tentang kelelawar nomor 29 itu. “Bagus, temanmu si dokter hewan itu belum datang?” Profesor Lim menanyakan Chen yang belum tampak batang hidungnya. James, Chou, dan Angel saling pandang. Chou segera berinisiatif menelepon Chen lagi. Be

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 20

    Bab 20Gedung Wu Chan Institute of Virology, lantai dua.“Chou, mengapa perasaanku tidak enak kalau ingat kelelawar itu. Apa menurutmu hewan itu benar-benar sudah mati?” tanya Angel.Chou masih terus menatap layar komputer di depannya. Sesekali jarinya menekan keyboard untuk mencari file yang dia inginkan.“Chou ...,” panggil Angel.“Apalagi? Semua sudah beres. Jangan terlalu khawatir. Tidak akan ada masalah, percayalah. Kamu tenang saja, ada aku dan James serta Chen yang akan membereskan semua bila terjadi hal yang tidak diinginkan.”Gadis itu menatap lelaki yang selalu melindunginya dari segala kesulitan. Angel merasa seperti mempunyai malaikat penjaga sejak mengenal Chou. Empat tahun dia sudah mengenal lelaki yang dua tahun belakangan resmi menjadi pacarnya itu. Kedekatan mereka pun karena terlibat dalam satu proyek untuk bahan skripsi mereka. Angel sempat terkejut saat dia menjadi satu ti

  • Senja Terakhir di Wu Chan   bab 19

    Bab 19“Yuma, papamu mana?” tanya tetangga depan rumah mereka.“Ada di dalam, Paman. Dia sedang menyiapkan kelelawar dan ular tangkapannya untuk dibawa ke Huanan,” kata si bocah dengan rambut hanya sejumput di bagian depan saja itu sambil mengambil tali yang diminta papanya.“Banyakkah tangkapan papamu?” tanya si Paman penasaran.“Lumayan, Paman. Aku tadi juga menangkap seekor kelelawar,” kata Yuma dengan bangga.“Benarkah? Hebat kau!” puji tetangga mereka sambil melangkah masuk rumah.“A Xiu, besok jadi pergi ke Huanan?”“Entahlah! Tangkapanku belum banyak, tetapi kalau terlalu lama disimpan di sini, aku takut mereka mati. Kalau mati harganya bisa turun,” jelas A Xiu sambil mengikat beberapa karung berisi binatang melata.“Apa kita harus ke hutan dulu? Tapi sekarang penjagaan sangat ketat, k

  • Senja Terakhir di Wu Chan   bab 18

    Bab 18 Mey Ling terkesiap, tubuhnya limbung ke belakang dan hampir jatuh. Sebuah tangan kokoh menopang tubuhnya agar tidak ambruk. “Hati-hati, Nona,” kata lelaki dengan seragam khas penjaga pintu masuk mal. Dia menyeringai, sambil mencengkeram lengan Mey Ling. Gadis itu baru tersadar siapa yang tiba-tiba muncul itu. Penjaga pintu keluar mal itu semakin kuat mencengkeram lengan Mey Ling yang berusaha melepaskan diri. “Apa maumu?” bentak Mey Ling. “Berikan I-padmu! Atau kau ingin menjadi seperti temanmu itu?” ancam lelaki asing itu sambil melirik tempat sampah. Mey Ling berusaha tetap tenang. Dia menyadari berbohong adalah hal sia-sia karena mereka pasti sudah tahu semua. Lelaki dengan rambut klimis dan rapi, jelas Mey Ling pun tahu siapa mereka. Sebenarnya sebagai kurir yang biasa membawakan pesanan klien bosnya, dia sudah terbiasa menghadapi bahaya yang mengancam nyawanya. Kematian bukan hal yang mengeju

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 17

    Satu notifikasi masuk ke telepon genggam Harrison.“Ok, sudah masuk,” kata Harrison sambil mengacungkan ibu jarinya.Lelaki tanpa nama itu segera berdiri, mengambil gawai, kacamata, dan satu kotak wadah kacamata yang barusan dia pakai saat melihat I-pad Mey Ling.“Kapan kalian akan mentransfer datanya?” tanyanya gugup dengan wajah masih pucat. Sangat jelas terlihat dia belum bisa menghilangkan keterkejutannya saat melihat layar I-pad tadi.“Sebelum Anda sampai di hotel, data itu sudah selesai kami transfer,” sahut Mey Ling sambil memamerkan senyum manisnya.“Ba-baiklah, aku pergi dulu.”Lelaki berwajah asia tenggara itu bergegas meninggalkan kedai Pizzaexpress. Terlihat dia sangat terburu-buru. Beberapa kali tubuhnya yang agak tambun itu bertabrakan dengan orang lain. Mey Ling mengerutkan dahinya. Matanya terus mengawasi lelaki itu sampai hilang di kerumunan orang yang lalu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status