"Loh kalian udah saling kenal?"Carla membatu di tempat saat Shasha berhambur ke pelukan Savian tanpa permisi. Rasa terkejut dan bingung menjadi satu. Melihat interaksi seperti itu, Carla yakin mereka pernah saling kenal. Namun sejauh apa hubungan mereka sampai harus berpelukan di hadapannya?Tidak jauh berbeda dengan reaksi Carla, Savian pun sempat mematung saat mendapatkan pelukan tiba-tiba dari Shasha, namun ia segera tersadar saat melihat gurat Carla yang menyendu, Savian lantas mendorong pelan tubuh Shasha untuk menjauh. Kemudian menarik Carla ke dalam rangkulannya kembali. "Kamu apa kabar, Sha?" tanya Savian dengan suara bergetar. Ada perasaan sesak di dadanya saat bertemu kembali dengan Shasha, ia seperti berkelana ke masa lalu yang sebenarnya tidak ingin Savian ingat lagi."Savian?" satu suara lain memanggil. Membuat Savian dan Carla spontan menoleh ke sumber suara, mendapati orang tua dari Shasha yang tengah berjalan menghampiri mereka dengan raut kaku
Pada akhirnya, Carla berangkat ke Bandung sendirian. Savian baru di kabarkan oleh Miera kalau pagi ini dia ada meeting dengan klien. Mau tidak mau Savian membiarkan Carla pergi diantar oleh supir kantornya. Savian khawatir kalau Carla naik kendaraan umum atau taksi online.Usai sarapan bareng Savian, Carla berangkat ke Bandung dan sampai di rumah Mama mertuanya pada siang hari. Kirana membiarkan Carla untuk istirahat lebih dulu di kamar Savian. Ketika sore tiba, Carla terbangun dari tidurnya."Sudah bangun, Sayang?" Carla melukis senyum mendengar pertanyaan dari suara merdu itu. Ia lantas berjalan ke ruang makan, tempat Kirana berada sekarang."Mama masak?" tanya Carla sembari berdiri di samping Kirana yang sibuk menata lauk pauk di atas meja makan."Iya. Kan mantu kesayangan Mama datang, harus di kasih makan enak dong." jawabnya sambil tersenyum cerah. "Ah, Mama..." Carla peluk pinggang Kirana lalu bergelayut manja. "Mbok ke mana, Ma?" pandangan Carla mengedar, mencari keberadaan A
Unknown: Mas Savian, ini aku Shasha. Maaf karena aku lancang minta kontak mas Savian dari Alvero.Savian yang baru saja selesai meeting dengan kliennya harus menghembuskan napas panjang usai membaca pesan dari nomor tak di kenal. Yang ternyata nomor Shasha. Ada kepentingan apa Shasha menghubunginya?Dengan malas Savian mengetik balasan."Ada apa, Sha?" Sambil menunggu balasan —yang sebenarnya tidak Savian tunggu, Savian mengetik pesan ke Carla. Istrinya itu ternyata masih di jalan. Mungkin satu jam lagi akan sampai di tempat tujuan.Shasha: Aku cerita ke Mbak Kaluna kalau Mama ketemu sama Mas Savian. Dan Mbak Kaluna minta ketemu sama mas. Hembusan napas panjang Savian kembali terdengar. Apa ini akan menjadi awal kerikil di rumah tangganya? Tapi, seharusnya Savian tidak perlu khawatir jika memang Kaluna sudah tidak berarti apa-apa lagi untuknya, Savian harus bersikap biasa saja, kan?"Bertemu untuk kepentingan apa, Sha?" Itu balasan yang Savian kiri
Sabtu adalah hari bebas untuk sebagian besar orang. Sesuai dengan janjinya, hari ini Savian akan pergi ke Bandung untuk menjemput istrinya itu pulang. 4 hari tidak bertemu Carla membuat rasa rindu Savian membuncah. Sebenarnya di hari kedua mereka berpisah, Savian sempat menyesali keputusannya untuk menyuruh Carla menemani Mamanya di Bandung. Hari terasa lebih panjang dan membosankan tanpa Carla di rumah, untuklah Sabtu sudah datang.Mobil Savian berhenti di depan halaman rumah orang tuanya, ia melukis senyum bahagia saat melihat Carla keluar dari dalam rumah dan berjalan menghampirinya sambil tersenyum senang. "Mas..." tubuh Savian terasa hangat saat Carla memeluknya begitu ia keluar dari mobil. "Kangen..." lirih Carla sambil menenggelamkan wajahnya di dada bidang Savian."Aku juga." Savian menjawab setelah menjatuhkan kecupan dalamnya di kepala Carla. Wangi khas Carla dan kehangat seperti ini yang Savian rindukan selama 4 hari. "Bawa apa, Kak?" Deica datang menghampiri, membuat pa
Sambil mengusak rambut basahnya menggunakan handuk, Savian berjalan menuju lemari pakaian. Ia melepas handuk yang melilit setengah badannya lalu memakai baju tidurnya yang sudah istrinya siapkan.Usai berpakaian lengkap, Savian berjalan menuju nakas. Meraih ponsel sembari melirik Carla yang anteng tengkurap di atas ranjang dengan laptop di hadapannya."Tadi Miera telepon," celetuk Carla membuat Savian menahan pandangan ke arahnya."Ban mobilnya Miera bocor. Jadi aku suruh dia ke sini nya besok aja." lanjutnya membuat Savian memijat pangkal hidungnya, nampak frustrasi. "Kan bisa suruh dia naik ojol. Kamu gimana sih! kenapa nggak ngomong dulu sama aku?" sentaknya kesal. Sepasang mata Savian mulai menajam, lengkap dengan rahangnya yang sedikit mengeras. Tidak biasanya Carla ikut campur dengan pekerjaannya, apa lagi mengambil keputusan tanpa bertanya lebih dulu. Carla menghembuskan napas pelan. Ia menegakkan badannya dan menatap Savian dengan jengkel. "Kamu tau nggak sekarang jam berap
"Tapi apa nggak kegedean beli rumah yang ini. Tante cuma tinggal sendiri, kan?" "Tapikan harganya murah, Al. Tante aja kaget lihat rumah gede harganya segitu, apa lagi di Jakarta. Lagi jual butuh, Al?" sahut Mirda yang duduk tenang di kursi belakang.Alvero melirik Mirda lewat kaca. "Iya, di jual karena cerai sama suaminya. Itu yang punya rumah kakaknya calonnya bang Jovan." Meski terlampau fokus pada layar ponselnya, tapi telinga Carla tidak budeg untuk tidak menangkap apa yang barusan Alvero katanya. Dalam sekejap Carla menoleh ke Alvero dengan kening mengernyit. "Kakaknya Shasha maksud kamu?"Alvero menoleh diiringi anggukan singkat. "Rumahnya baru direnovasi padahal, tapi namanya musibah nggak ada yang tau." Carla terdiam. Tadinya ia cukup senang karena menemukan rumah murah di Jakarta, apa lagi rumahnya bagus dan cukup besar. Tapi setelah tau akan hal lainnya, Carla jadi bingung.Apa yang sedang Tuhan rencanakan hingga membawanya masuk ke dalam ranah masa lalu Savian? Apa na
Savian melukis senyum menyambut kepulangan istrinya. Sementara Carla mengernyitkan keningnya kebingungan mendapati sang suami yang sedang santai di atas sofa ruang tengah. Bukankah tadi Savian bilang mau pergi cek lokasi proyek bersama teman kantornya? "Loh mas, kamu nggak jadi pergi?" tanya Carla sembari berjalan mendekati Savian."Nanti sore," Savian menggeser duduknya, memberi ruang untuk Carla duduk di sebelahnya. "Kamu ikut aku, ya? Sekalian nanti kita makan malam di luar."Carla mencibik, "Tumben!" "Kan udah lama kita nggak ngedate, Sayang." ujar Savian seraya menarik Carla ke dalam pelukannya. Carla menahan senyum, tangannya bergerak melingkar dipinggang Savian sebelum mendusel manja di dada bidang milik suaminya."Akhirnya kamu ingat juga." sindir Carla membuat Savian terkekeh. Ya, akhir-akhir ini mereka memang jarang keluar bersama. Sudah serumah, ketemu setiap hari, untuk apa juga keluar bareng? Lebih enak juga kelonan di kamar. Begitu menurut Savian. Tapi agaknya hari
Kaluna: Aku yang ke rumah kamu aja, Car. Aku nggak keberatan kokIsi pesan yang baru saja masuk ke ponselnya membuat Carla berpikir sejenak. Ia tidak masalah jika Kaluna mau ke rumahnya, hanya saja Carla merasa tidak enak. Yang butuhkan dirinya, masa Kaluna yang mendatangi? "Gakpapa, mbak, nanti aku ke rumah mbak aja sama Al," balas Carla. Rencananya hari ini dia akan memberikan uang DP untuk rumah Kaluna yang akan ia beli. Carla dan Mirda sudah mantap untuk meminang rumah itu. Kaluna: Kirim alamat kamu aja ya, Car. Kening Carla mengernyit. Kenapa Kaluna jadi maksa begini? Sudahlah, biar cepat selesai, jadi Carla segera mengindahkan permintaan wanita itu dengan mengirimkan alamat rumahnya. "Sayang, kok malah main ponsel sih? memang sudah enakan?" Savian muncul dan berjalan mendekati. Tangan besar pria itu terulur, menempel di kening Carla. "Aku nggak demam, Mas." jawab Carla. Sejak pulang dari ngumpul-ngumpul dengan rek