Isabel tak bisa tidur sepanjang malam. Kata-kata Joseph terus terngiang di dalam benaknya. Dia merasakan bahwa dirinya berada di dunia mimpi, tapi kenyataan membawanya bahwa ini semua nyata bukanlah di dalam dunia mimpi.Rasanya jantung Isabel ingin berhenti berdetak. Gadis itu mengingat tadi malam dirinya meminum kopi melalui mulut Joseph. Demi Tuhan! Isabel sudah berkali-kali memberikan tamparan di wajahnya demi membuktikan ini adalah nyata. Hasil yang Isabel dapatkan adalah dia tetap berada di dunia ini. Itu menandakan bahwa kejadian tadi malam bukanlah mimpi. Semua terasa sangat amat nyata. Bukanlah sebuah ilusi. Akan tetapi, hal yang paling membuat Isabel menjadi salah tingkah adalah ketika dirinya bercerita pada Joseph, bahwa ada pangeran tampan hadir di mimpinya dan mencium bibirnya.Ah, itu sungguh memalukan! Ternyata itu bukanlah mimpi melainkan kenyataan sama seperti kejadian tadi malam di mana dirinya meminum kopi melalui mulut Joseph.Saat Isabel tahu bahwa Joseph menciu
Isabel belum pernah merasakan sebahagia ini. Bangun pagi terbangun dalam keadaan berada di pelukan Joseph adalah sebuah kebahagiaan yang tak pernah dia pikir terjadi di dalam hidupnya. Menatap keindahan paras tampan Joseph, membuat sejak bangun pagi jantung Isabel sudah meronta-ronta. Jika ini yang dinamakan jatuh cinta, maka itu artinya dia memiliki perasaan bahagia dan takut yang melebur menjadi satu.Isabel bahagia melihat pria yang dia cintai. Tetapi, tak dipungkiri bahwa gadis itu juga memiliki ketakutan sendiri. Ketakutan kehilangan sosok yang dia puja. Isabel belum siap merasakan sakit luar biasa. “Mau sampai kapan kau melihatku seperti itu, Isabel?” Joseph bersuara dan sontak membuyarkan lamunan Isabel—yang tengah menatap dalam dan lekat pria itu. Isabel salah tingkah. “J-Joseph? Kau sudah bangun kenapa masih memejamkan mata?” serunya jengkel. Gadis itu tengah asik menatap Joseph, karena dia pikir Joseph masih memejamkan mata. Tapi ternyata malah Joseph hanya memejamkan ma
Jantung Isabel seakan ingin berhenti berdetak mendengar apa yang Arthur katakan. Seperti bumi yang berhenti pada porosnya, tubuh Isabel nyaris tersungkur di lantai. Untungnya, wanita itu menginjakkan kaki kuat di lantai. Jika tidak, sudah pasti dirinya akan tersungkur—dan berhasil menyita perhatian banyak orang di sana.Kegelisahan menyelimuti Isabel. Rasa takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Otaknya berputar mencari solusi. Tetapi sayangnya, tidak bisa sama sekali menemukan jalan keluar. Napas Isabel merasakan sesak akibat kepanikan dan ketakutan menyelimutinya.‘Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?’ batin Isabel yang benar-benar seakan ingin meronta-ronta.Jika Isabel panik dan cemas, lain halnya dengan para menantu di keluarga Afford yang sangat senang mendengar kabar tentang Arthur yang mengundang Raja dan Permaisuri Spanyol. Dua kakak laki-laki Joseph pun ikut senang akan keputusan ayah mereka, yang ternyata mengundang Raja dan Permaisuri Spanyol. Namun, hany
Isabel berjalan cepat keluar meninggalkan pesta. Gadis itu tadi sempat berada di toilet, namun sayangnya dia bertemu dengan pengawal dari kerajaan. Itu yang membuatnya berlari keluar meninggalkan pesta. Bersyukur di pesta itu tidak ada media sama sekali. Jika ada, entah apa yang harus Isabel lakukan.Isabel berlari keluar meninggalkan pesta menggunakan masker di wajahnya. Untungnya, di dalam clutch miliknya ada masker wajah. Dia memang sudah mengantipasi kemungkinan terburuk. Yang dia pikirkan adalah mungkin saja ada yang mengenalinya. Sialnya yang dia temui bukan hanya orang yang sekedar mengenalinya saja. Tetapi, dua sosok yang telah dia hindari.Dalam riasan glamour seperti ini, akan mempermudah Isabel ditemukan oleh keluarganya ataupun oleh kerabat dari keluarganya. Ya, menjadi Putri dari Raja Spanyol adalah hal yang tidak pernah diinginkan Isabel Ortiz.Isabel lelah harus berlari ke sana-sini, demi menghindari orang-orang yang tak ingin dia temukan lagi. Dia sudah berlari meningg
Joseph tak menemukan keberadaan Isabel. Pria itu sudah mencari ke berbagai titik ballroom hotel yang disewa oleh keluarganya. Hasil yang didapatkan adalah nihil. Dia tak menemukan keberadaan Isabel sama sekali. Apa yang dikatakan pelayan itu benar, bahwa Isabel tidak ada di toilet.Sialnya, Joseph lupa membelikan ponsel untuk Isabel. Alhasil, dia kelimpungan mencari Isabel. Ya, sekarang perasaan yang dirasakan Joseph adalah cemas, takut dan khwatir.Isabel belum makan. Gadis itu pun terlalu polos dan ceroboh. Itu yang membuat Joseph tidak bisa tenang sama sekali. Dia takut kalau ada orang jahat yang berniat melukai Isabel.“Ck! Kenapa aku bodoh sekali.” Joseph merutuki kebodohannya yang lupa memberikan ponsel pada Isabel. Seharusnya, hal-hal seperti itu tidaklah dia lupakan. Tapi, sialnya malah dia lupa. Padahal itu sangat penting.Joseph mondar-mandir tidak jelas dan memejamkan mata singkat. Dia berpikir kemungkinan ke mana Isabel pergi. Tidak mungkin Isabel melarikan diri. Tidak mun
Isabel menatap bingung dan tak mengerti interaksi antara Joseph dan Hazel. Terlebih sangat terlihat jelas bahwa Joseph dan Hazel seakan mengenal dekat. Tentu saja, Isabel menjadi tidak mengerti. Akan tetapi, lepas dari kebingungannya yang sekarang Isabel harus tangani utama adalah emosi Joseph. Pasalnya emosi Joseph tidaklah stabil ketika mendengar dirinya mengalami kecelakaan. Isabel tak ingin Hazel disalahkan. Di sini yang salah adalah dirinya, bukan Hazel.“Joseph, yang salah aku bukan Hazel. Aku jalan tidak hati-hati. Sopir Hazel mengemudi dengan benar. Aku saja yang ceroboh.” Isabel segera membela Hazel. Tentu, dia tidak mau sampai Joseph marah pada Hazel. Joseph terdiam mendengar apa yang Isabel katakan. Dia sedikit kesal pada Isabel yang melarikan diri, tapi mendengar bahwa Isabel tabrakan membuatnya emosi. Sialnya, yang menabrak Isabel adalah saudara kembarnya sendiri.Lelucon macam apa ini? Persetan jika Isabel yang salah. Kalau saja pengemudi yang menabrak Isabel bukanlah
PrangIsabel tak sengaja menjatuhkan salah satu foto Joseph yang ada di ruang tengah. Kaca dari bingkai foto itu sudah berserakan di lantai. Refleks, Isabel membersihkan pecahan kaca itu, namun pelayan yang ada di sana segera mencegah Isabel.“Nona, jangan.” Pelayan tak ingin sampai Isabel terluka.“Aku yang salah. Biar aku yang membersihkan pecahan kaca.” Isabel menatap sang pelayan dengan tatapan rasa bersalah. Dia tidak mau lepas tangan sampai membiarkan pelayan itu, membereskan yang dirinya kacaukan.“Nona, biar saya yang bersihkan saja. Nanti kalau Tuan Joseph tahu Anda membersihkan ini, beliau akan marah pada saya,” tutur sang pelayan sopan.Isabel terdiam sebentar dengan raut wajah muram. Sampai detik ini, Joseph masih mendiaminya. Joseph masih berpikir bahwa Isabel berniat untuk melarikan diri. Padahal, tidak pernah sedikit pun Isabel berniat untuk melarikan diri dari Joseph.“Hm, apa Joseph ada di kamar?” tanya Isabel pelan.Sang pelayan menggeleng. “Tidak, Nona. Dua jam lalu
Jarum jam dinding bergerak detik demi detik. Isabel menatap ke jam dinding—waktu menunjukkan hampir pukul dua pagi. Gadis itu duduk di ranjang empuk Joseph. Ya, saat ini, gadis itu berada di kamar Joseph. Dia menunggu sampai Joseph pulang, tapi sampai detik ini Joseph belum juga pulang.Isabel menghela napas dalam. Dia sama sekali tidak mengira kalau Joseph dijam seperti ini, sampai belum pulang ke rumah. Jika saja, Isabel tahu ke mana Joseph pergi, pasti dia akan menyusul Joseph. Dia tidak tahan kalau terus berdiam-diaman dengan pria itu.“Apa Joseph tidak pulang?” gumam Isabel pelan menduga bahwa Joseph tidaklah pulang. Mungkin, karena terlalu marah padanya, membuat pria itu memilih untuk tidaklah pulang.Isabel mulai sedikit mengantuk. Tapi, dia memutuskan untuk menahan rasa kantuknya. Gadis itu tidak mau tidur sebelum Joseph pulang! Dia ingin menunggu Joseph. Akan tetapi, bagaimana kalau ternyata benar pria itu malam ini tidak pulang?Raut wajah Isabel menjadi muram membayangkan J